Hujan turun tepat saat aku mulai jengkel. Jengkel dengan aku yang terjebak dalam permainan mu. Entahlah kalau itu memang bukan permainan. Tapi ini seperti permainan kurang ajar yang melempar ku ke banyak rasa. Detik ini aku loncat-loncat girang karenamu sedetik kemudian kau mampu membuat ku tak bergerak hanya dengan diammu. Dan aku terpaksa menuggu huja reda di pinggir jalan, sendiri di tengah malam.
Hujan pun tepat terhenti saat aku mulai jengkel (lagi). Jengkel dengan lagu yang ku suka namun ternyata nadanya dari mu. Menyadari nada yang ku dengar ini adalah karya mu, hasil mu dan hasil gerak jemarimu membuat ku merasa dekat namun terasingi karena engganmu. Aku senang kau kenalkan lagu ini pada ku di awal cerita kita, tapi sekrang aku benci mengapa aku suka mendengarnya.
Aku mengikuti jejakmu, sembarang berbicara. Mengatakan besok aka begini dan begitu tapi dalam hati meniadakan itu semua. Bukan! Bukan balas dendam, bukan juga memberimu pelajaran. Aku hanya ingin tau, bagaiaman rasa menjadi mu. Menjadimu yang hanya ku tau. Jalan mu bukan miliki ku dan rasanya ini tidak enak. Kita memang berbeda.
Dua orang berbicara tentang matamu kemarin. Yah! Aku menyukaimu sesaat setelah ku lihat mata mu. Tajam dan masih saja ku ingat detailnya hingga sekarang. Sial! Aku tidak suka bagian ini. Bagian dimana aku kembali terlempar di waktu itu, yang berkesan buatku dan yang terlupakan bagimu. Aku harap ini hanya tentang matamu.
Aku menulis ini di temani lagumu. Seakan aku melihat kau memainkan musik ini di sampingku, seperti hari keamrin. Aku pernah melihatmu gila dengan banyak lagu. Namun kemarin aku masih bisa bertanya, bisa tersenyum dengan mu, dan sekarang, hanya lirikan nanar dengan amarah. Kau berbicara tentang setan, sementara kau telah menjelama menjadi setan di sini, di sisa-sisa patah hati.
Pilihan mu untuk menjadi setan bagiku. Pilihanmu untuk menjadikan semua hambar tanpa rasa lagi. Besok, aku tak akan tinggal diam, kau harus dengar sebuah tuntutan. Kemarin aku memaksa bisa bertemu denganmu, namun nyata selalu gagal. Besok, aku ku biarkan waktu lagi yang bermain, saama seperti kita pertama bertemu.
No comments:
Post a Comment