Pada halaman 163 Novel Karya Darwis Darwis berjudul Senja Bersama Rosie ada rangkaian kata "Andaikata
aku diberikan kekuatan membalik dunia, maka aku akan melakukannya,
menyampaikan perasaan cinta itu jauh-jauh hari sebelum kejadian di
puncak Gunung Rinjani. Sebelum semuanya terlmabat....." Inti
kalimat ini adalah sebuah penyesalan karena telah lama menyimpan
perasaan. Apa yang telah berlalu, bahkan hanya seperseratus detik pun
tidak akan bisa kembali, terus maju dan pilihan terakhir adalah
menghadapinya, kalau tidak KAU GILA.
Jika pada cerita di Novel itu ingin kembali untuk mengungkapkan, maka aku inign kembali untuk tidak mengenal, berbicara dan menjelaskan. Rentetan kejadian yang memanas-manasi hati, menimbulkan ribut kala sepi, AH BISING!!!
Tapi, tak akan bisa aku kembalikan waktu itu, tak akan bisa aku ambil moment dimana aku melihat mata itu, tak kan bisa aku bakar masa dimana aku merasa getaran itu, semua sudah terjadi. Kalau kata sohib ku, ibarat nasi udah jadi bubur, bubur gak enak di makan. Yah emang gak enak, tapi harus di makan, di hadapi, kalau gak dimakan ya MATI, kalau gak di hadapi ya GILA. Gak mungkin juga aku menuntut waktu, menuntut perasaan, aku gak punya pengacara juga pengadilan hati ini memang tidak ada.
Kata sohib ku yang lain lagi ni, saat aku menerima hasil IPK yang menghentakan hati "eaaa, awalnya marah, ngamuk, marah lagi, protes, bertanya-tanya, ujung-ujungnya ya penerimaan" Ya, walaupun aku gak sempat ngamuk, hanya bertanya-tanya saja, tapi benar yang dia katakan, ujung-ujungnya ya harus menerima. Nah, daripada cape marah, ngamuk, protes, bertanya-tanya, mending nerima dari awal, Kan gak cape. Toh uda jadi bubur loh nasinya. Uda kejadian transfer rasa sepihak itu.
Iya deh, gak langsung nerima, diawalai galau berhari-hari dulu, galau stadium 3 setengah ibaratnya. Tapi sakit jenis itu obatnya ya dari diri sendiri. Mau grasak grusuk merubah diri, gak karu-karuan nge-kepo-in sesuatu yang entah apa yang ingin di ketahui, toh gak akan bisa balikin semua seperti satu minggu yang lalu, dua minggu yang lalu saat semua masih adem ayem aja. Normal berjalan pelan.
Satu kalimat penutup yang meng-adem-kan hati, yang ku baca di blog sohib ku "Tuhan akan memperhitungkan air matamu , suatu hari nanti"
note from facebook on Friday, September 30, 2011 at 12:06am
Jika pada cerita di Novel itu ingin kembali untuk mengungkapkan, maka aku inign kembali untuk tidak mengenal, berbicara dan menjelaskan. Rentetan kejadian yang memanas-manasi hati, menimbulkan ribut kala sepi, AH BISING!!!
Tapi, tak akan bisa aku kembalikan waktu itu, tak akan bisa aku ambil moment dimana aku melihat mata itu, tak kan bisa aku bakar masa dimana aku merasa getaran itu, semua sudah terjadi. Kalau kata sohib ku, ibarat nasi udah jadi bubur, bubur gak enak di makan. Yah emang gak enak, tapi harus di makan, di hadapi, kalau gak dimakan ya MATI, kalau gak di hadapi ya GILA. Gak mungkin juga aku menuntut waktu, menuntut perasaan, aku gak punya pengacara juga pengadilan hati ini memang tidak ada.
Kata sohib ku yang lain lagi ni, saat aku menerima hasil IPK yang menghentakan hati "eaaa, awalnya marah, ngamuk, marah lagi, protes, bertanya-tanya, ujung-ujungnya ya penerimaan" Ya, walaupun aku gak sempat ngamuk, hanya bertanya-tanya saja, tapi benar yang dia katakan, ujung-ujungnya ya harus menerima. Nah, daripada cape marah, ngamuk, protes, bertanya-tanya, mending nerima dari awal, Kan gak cape. Toh uda jadi bubur loh nasinya. Uda kejadian transfer rasa sepihak itu.
Iya deh, gak langsung nerima, diawalai galau berhari-hari dulu, galau stadium 3 setengah ibaratnya. Tapi sakit jenis itu obatnya ya dari diri sendiri. Mau grasak grusuk merubah diri, gak karu-karuan nge-kepo-in sesuatu yang entah apa yang ingin di ketahui, toh gak akan bisa balikin semua seperti satu minggu yang lalu, dua minggu yang lalu saat semua masih adem ayem aja. Normal berjalan pelan.
Satu kalimat penutup yang meng-adem-kan hati, yang ku baca di blog sohib ku "Tuhan akan memperhitungkan air matamu , suatu hari nanti"
note from facebook on Friday, September 30, 2011 at 12:06am
No comments:
Post a Comment