Tuesday, December 27, 2011

Ilfeel?

Ilang rasa??
Kemarin saya menghabiskan malam yang membosankan dengan seorang sahabat lama, yang menurut catatan perjalanan cinta saya dia juga mantan saya. Tapi sekrang kita mutlak hanya bersahbat seperti awal sebelum jadian 4 tahun yang lalu. Tidak ada lagi keinginan satu sama lain untuk mengulang masa pacaran yang singkat itu, Kita sepakat, persahabatan jauh lebih baik untuk kita daripada pacaran atau mungkin lebih. 

Perbincangan yang cukup lama ini akhirnya memberiku pengertian tentang sesuatu. Yaitu, apa yang disebut dengan ilang rasa. 

Aku pernah bertanya dengan seorang sahabat tentang hubunganny ayang berjalan cukup lama dengan pacarnya "Kok bisa si? Gak ada bosennya gitu?"
jawabannya simple "Ya adalah Lan, namanya juga hidup bareng seseorang, ada pasang surutnya, kadang malah gue benci sama dia, bukan cuma sekedar ilfeel doang. Tapi kan itu semua kembali ke komitmen kita di awal untuk saling nerima satu sama lain. Kalo emang ada yang perlu gue ubah buat jadi lebih baik lagi ya kenapa gak, gitu juga dengan dia. Toh kita ngejalaninya kan bareng-bareng, jadi ya bisa lebih ringan untuk berubah jadi lebih baik lagi. Berubah jaid lebih baik untuk seseorang kan gak salah."

Yup. Gak ada manusia yang sempurna. Karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah. Saat kita sepakat untuk menjalani hubungan dan menerimanya menjadi seseorang di hati kita, itu artinya kita juga menerima dia bersama kekuarang, kelebihan dan masa lalunya. Gak di pungkiri, kadang masa lalunya ada yang membuat rasa kagum kita menjadi berkurang, rasa sayang kita jadi hambar tapi apa karena itu lalu begitu saja kita tinggalin pasangan kita? Dengan bilang "aku sudah gak sayang lagi sama kamu". Apa itu adil buat pasangan kita? Karena pasti kita pun gak sempurna. Saat kita merasa rasa sayang mulai hambar karena kekuarangnnya, coba berkaca terlebih dahulu, sudah sempurnakah kita? Untuk menolak kekurangannya yang artinya kita menuntut kesempurnaan.

Memang gak ada salahnya mencari yang terbaik. Tapi alasan berhenti menyayangi hanya karena masa lalu dan kekurangan, buat ku bukan sesuatu yang adil. Tuhan saja tidak berhenti menyayangi umatnya yang kekurangannya sebesar bumi ini. Lalu kita sebagai manusia kenapa begitu egois menuntut kesempurnaan dari pasangan? 

Berat memang menerima atau menjalani hidup dengan orang yang memiliki kekurangan bersama kita, tapi setidaknya bisa kan kita sebagai seseorang yang berarti untuknya membantunya berubah menjadi lebih baik lagi, kalau memang kekurangan itu sangat tidak baik. Bukan meninggalkan begitu saja dan meninggalkan kesan orang seperti dia tidak berhak mendapatkan cinta kita.


Tapi ini semua bukan tentang kekurangan dari kesalahan yang bertentangan dengan prinsip, yang mengingkari janji dan yang mengkhianati kesetiaan cinta itu sendiri. Meskipun gak ada salahnya kesalahan ini mendapatkan maaf tapi tidak salah juga jika ini semua menghapus rasamu.


Sampai kapanpun, gak akan bisa kita temuin manusia yang benar-benar sempurna, kita semua sama-sama berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia di dunia ini, untuk itu kita butuh seseorang di samping kita, yang selalu mengingatkan kita dan membantu perjalanan menjadi lebih baik itu lebih ringan. Ketika kamu menerimanya hari ini, seharusnya sudah kamu sadari bahwa dia adalah manusia yang tidak sempurna, bahwa dia manusia yang memiliki masa lalu. Dan tentunya masa lalu dan kekurangan sudah tidak jadi masalah lagi untuk pertahanin hubungan dan perasaan sayangmu. 

Dan kamu, sahabtku, terima kasih memberi sebuah pengertian tentang saling menerima sesungguhnya. Semoga hatimu jadi lebih baik setelah berbincang kemarin serta hatimu menjadi lebih sehat lagi. Amin.

Monday, December 26, 2011

Anak Kost-an

Nge-Kost. Dulu sama sekali gak pernah kepikiran buat aku mengalaminya. Secara nempel terus sama orang tua apa lagi mama. Bangun dan mendapati rumah tanpa mama aja bisa bikin aku nangis meraung, atau kalau sudah besar aku hanya memeluk guling nangis ketakutan. Apa lagi nge-kost, yang artinya jauh dari orang tua. Apa-apa sendiri. Iiiiikh!!!

Waktu SMA harus jauh dari orang tua dan hanya berjarak 2 jam cukup buat aku galau tiap malam di minggu-minggu pertama. Gak mau merubah apapun yang ada di kamar yang sudah di susun mama demi merasakan kehadiran mama di sana. Tapi setelah mendapatkan temen dan kehadiran mama yang setidaknya dua minggu sekali di rumah nenek, sudah cukup buat aku tetap merasa baik-baik saja dan belajar jauh dari mama.

Daaaan, masa kuliah pun tiba. Au diterima kuliah bukan di kota tempat orang tua menetap. Harus menyebrang pulau dulu. Bogor. Yah, awalnya merasa "aku akan baik-baik saja". Tapi setelah tiba di Bogor, hari-hari orang tua di Bogor pun semakin sempit. Kekhawatiran mulai menjalar."Kalau lapar malam-malam gimana?" "Kalau kuliahnya jauh gimana?" "Nyuci baju gmn?" "Nytrika gimana?". Segala macam pertanyaan yang sekarang ku anggap kekanak-kanakan ku ajukan pada mama, mama menenangkan dengan menyediakan perlengkapan di kost seperti di rumah. Bahkan sempat bertengger seperangkat DVD dengan dua speaker besar, yang beberapa bulan kemudian aku merasa itu semua gak penting.

Malam pertama di kost, sendiri di kamar. Seperti mimpi buruk, menyeramkan, menakutkan, hp selalu di tangan, membalas cepat setiap sms yang masuk, mengangkat dengan semangat tiap telfon yang masuk. Tak sabar menunggu pagi, takut dengan malam. Permintaan pun masih terus mengalir, entah kenapa rasanya kurang aja. Kasur gak empuk, bantal kurang banyak, selimut yang gak hangat, kamar yang sempit. Segalanya di anggap kurang. Padahal mau di kayak gimana in pun itu kostan gak akan senyaman rumah. Karena tetap berbeda.

Tiga tahun nge-kost. Mendengar cerita-cerita teman, melihat langsung ke TKP. Belajar dari cerita hidup banyak orang, belajar dari sekedar nongkrong di lampu merah jalanan kota Bogor, belajar dari sekedar ngobrol sama pengamen jalanan, belajar dari perjalanan malam menemui gembel-gembel yang terlelap di emperan toko, aku benar-benar belajar tentang bersyukur. Tinggal di kamar yang isinya bikin hidup lebih mudah, makan berkecukupan, walau kadang mengalami pasang surut keuangan, tapi aku tetap makan. Memiliki barang-barang yang menyenangkan diri sendiri. Dan aku masih saja mengeluh (kemarin)? Itu syukur mungkin masih hinggap di tempat lain kali yah.

Dari semua itu aku jadi tau, ketika semua keterbatasn itu kita terima, ketika semua ketidaknyamanan itu kita maklumi dan nikmati dengan rasa syukur maka semua akan selalu menyenangkan.

Sering kali kita sebagai kost-kost-er suka lupa tujuan awal kita ke kota rantau, tapi lebih fokus pada kenyamana hidup di kota itu. Belum lagi godaan terhadap kebebasan yang di tawarkan dari hidup sebagai anak kost. Tujuan utama malah jadi sekedar pelengkap, tapi lebih fokus kepada mencari kesenangan semata. 

Saat kita berada di kota yang baru, peluklah mimpi-mimpi untuk lebih baik, melangkah lah untuk meraih dan mewujudkannya. Dan selalu ingat, ada dua hati yang menanti keberhasilan kita di sana. Yah mungkin tidak melulu tentang prestasi mu bidang akademik, tapi tentang dirimu, hidupmu yang seharusnya jadi lebih baik dari sebelumnya.

Selamat berjuang untuk jadi lebih baik kost-kost-ers.^^

Batas Pengantar

Diam setelah usai bercanda.
Dia: "Minggu depan aku pergi ke (menyebutkan sebuah kota)"
Aku: (Sebisa mungkin berusaha santai) "Oh iya,sampae kapan?"
Dia: "Gak tau, belum pasti"
Aku: (Berkerut) "Berarti bisa gak balik-balik lagi dong?"
Dia: "Ya enggak lah, kana aku masih ada urusan di sini."
Aku: "Oh..ya udah. Udah beli tiket?"
Dia: "Belum, rencananya besok, temenin ya..."
Aku : Nemenin kamu buat jauh dari aku? "Siip" (Senyum)


Satu minggu kemudian di sebuah stasiun.


Dia: "Jangan nakal yah, aku pergi dulu"
Aku: (Mengangguk)


Berjalan, berpegangan tangan, sampai ke pada tulisan




Aku: (Diam)
Dia: "Aku berangkat dulu ya, jaga diri, jangan nakal :) "
Aku: (Mengangguk) "Ati-ati, kabarin aku ya."
Dia: "Pasti."


Saat harus berbalik badan setelah mengantar di terminal, pelabuhan, bandara atau stasiun, seseorang pasti punya bertumpuk rasa. Mungkin ada yang senang karena beban dalam hidupnya telah pergi, atau ada yang seketika merasa sepi dan sedih, atau seperti aku, seperti ada yang hilang, seperti tidak lengkap.


Ini memang bukan perpisahan untuk selamanya, suatu hari, ketika semesta mengizinkan, maka pertemuan-pertemuan selanjutnya akan tetap terjadi. Hanya saja ini sedikit membuat sedih, ketika genggaman tangan harus terlepas hanya dengan tulisan "Batas Pengantar" dan saling mengucapkan kalimat "Hati-hati yaa".

Sunday, December 25, 2011

Tutup

Adakah doamu terurai untuk memberiku luka
Seperti pasir mengenai darah
Perihnya menghardik tubuh dalam diam
Termakan suara debur ombak


Adakah jenuh memeluk mu untuk mendengar busuk ku
Seperti bangkai terkubur belatung
Baunya membosankan
Angin pun tak sanggup menghilangkan


Tak tau lagi mana luka mana bekasnya, samar dan hambar
Pelananya rapuh tak tegas bergoyang
Kuda-kuda mimpi kita berhenti
Seiring semesta mengizinkan bentuk-bentuk waktu menggenggam langkahku
Tak setegar mu


Adakah doamu meminta luka mendekapku
Atau kau yang ingin langsung mendekapnya?
Datanglah, bawa setumpuk belati
Sembunyikan di balik tubuhmu
Lalu dekaplah aku bersama belatimu


Agar gerimis ini berhenti
Agar badai tak jadi datang
Agar darah berhenti menetes
Agar tangis dalam diam ini terhenti


Dan gemetar ini pun berlalu


Awan..tutup sinar bintangku

Friday, December 16, 2011

Sampai hati


  • Cowok: "Aku ngerasa gak perlu lagi kita lanjutin. Toh, kita juga bakal pisah" Di sebuah acara wisuda.
  • Cewek: "Maksud kamu?"
  • Cowok: "Ya...sudah jelas bukan? Kita gak perlu lanjutin hubungan ini lagi. Toh kamu bakal pulang ke kota kamu dan aku juga. Terus buat apa lagi kita lanjutin?"
  • Cewek: "Jadi...buat kamu perasaan gak lebih penting dari jarak? Cuma karena kita nantinya akan berjauhan dan kamu menganggap gak perlu lagi untuk lanjutin semua yang udah kita jalani?"
  • Cowok: "Ya..buat apa lagi? Apa yang bisa kita lakuin kalo saling jauh gini? Buat apa? Nothing tau semua itu.
  • Cewek: "Tapi..masih ada solusi lain kan?"
  • Cowok: "Apa?"
  • Cewek: "Aku ikut kamu atau kamu ikut aku, atau nanti kita bareng-bareng, atau..." menghela nafas, terdiam.
  • Cowok: "Tapi semua butuh proses juga kan? Sudahlah, hubungan yang berjarak itu gak akan sehat."
  • Cewek: (Diam menatap)
  • Cowok: (Memainkan pandangan, gelisah)
  • Cewek: "Salah aku kenapa gak mulai untuk membicarakan ini semua di awal. Aku kira kamu bisa bersikap bijaksana dengan keadaan kita saat pertama kita jadian. Berkali-kali kamu bilang semua ini beda, perasaan kamu nyata, tapi apa nyatanya? Hanya karena jarak dan kamu nyerah?Sekarang aku jadi mikir, apa mungkin semua yang sudah kita jalani kemarin cuman sandiwara dari kamu, hanya untuk kesenangan dan kepastian hubungan selama di sini? "
  • Cowok: (Geming)
  • Cewek: "Cukup dengan keputusan kamu saat ini, aku bisa tau dengan siapa aku menjalani hubungan selama ini dan siapa orang yang aku sayangi selama ini. Cukup dengan satu keputusan kamu ini, aku merasa salah dengan semua keputusan aku tentang kamu. Makasih. Makasih untuk hal yang gak aku percayai yang sudah kamu lakukan saat ini. Hal yang paling gak aku sangka, sampai hati kamu lakuin ke aku sekarang. Maaf, untuk semua yang gak kamu ingini dari aku."
  • Cowok: "Aku...aku hanya gak ingin nanti kita jadi saling sakit hati."
  • Cewek: "Dan sekrang kamu berpikir hati aku gak sakit? Apa kamu sekarang merasa baik-baik aja?"
  • Cowok: "Daripada nanti, lebih baik sekarang kan?"
  • Cewek: "Apa memang sudah kamu rencanain ini di awal? Berpisah saat kita sudah menyelesaikan study kita?"
  • Cowok: "Awalnya aku berpikir untuk jalani dulu, dan nanti kita bisa diskusiin mau bagaiaman kita selanjutnya."
  • Cewek: Tersenyum "Tapi ini ini bukan diskusi, ini keputusan. Kalau kamu tau hubungan ini memang harus berkahir, kenapa kamu mau jalani ini sampai sekarang ha!? Dengan semua yang ada di kamu dan aku, aku gak pernah berpikir untuk akhiri ini semua. Tapi ternyata ini hanya pemikiran aku...hampir setiap hari bersama kamu, bahkan aku gak bisa baca kalau kamu sudah merencanakan ini. Aku terllau percaya dan yakin kalo kamu punya tujuan yang sama dengan aku"
  • Cowok: "Aku,,,"
  • Cewek: "Sudah...aku sudah bilang aku terima ini semua, dan ini keputusan, bukan diskusi, gak perlu ada penjelasan dan tanya jawab lagi. Selamat tinggal adalah kata yang gak pernah aku inign ucapkan sekalipun aku akan berpisah dengan seseorang, karena aku masih menginginkan pertemuan. Tapi kali ini, aku ucapkan selamat tinggal buat kamu. Bye"
  • Cowok: (Menghela nafas berat)

Weekend

Siapa yang gak seneng kalo uda mau deket weekend? Kalo gak karena weekend ada sesuatu yang berat, ada masalah atau apapun yang buat sema berasa datar pasti weekend jadi hari yang di tunggu-tunggu. Jumat menjadi begitu menyenangkan karena besok libur, libur kerja. libur kuliah, libur dari kewajiban. Ahh, bisa memilih untuk melakukan kesibukan yang menyangkan. Hang out, ke tempat-tempat wisata, ke luar kota, shopping, nonton, macam-macam. Pokoknya yang nyenengin. Hingga akhirnya....baru tersadarkan, weekend telah menguras tenaga lebih banyak daripada hari biasa. Tapi semua menyenangkan karena bebas dari apapun yang dianggap beban. Lalu bagaimana jika setiap hari dianggap weekend? Menjalani kewajiban seperti menjalani kegiatan saat weekend? Maka 7 hari akan selalu di nanti terbuatnya matahari. Selamat meng-weekend-kan weekdays ^^

Thursday, December 15, 2011

Ungkapkan

Pernah menyembunyikan sesuatu lalu sesuatu itu diketahui dengan cara yang tidak tepat dan berdampak buruk. Karena terlalu lama di simpan. Baunya menusuk seperti bangkai. Akibatnya menusuk langsung menjadi luka. Memang bukan bermaksud berbohong, tapi hanya menyembunyikannya hingga pada waktu yang tidak di ketahui. Alasannya karena belum siap, belum dapati waktu yang tepat atau sebenarnya memang belum miliki keberanian?

Ketika sesuatu itu memang seharusnya keluar dari mulut kita, tapi malah buyar dengan media lain, cara lain atau mulut yang lain, maka bertambah satu rasa: sakit hati. Penejelasan akan bertambah banyak, cerita akan berputar-putar dan butuh waktu lama untuk keduanya menjadi baik kembali, buruknya, kelelahan hati karena menyembunyikan dan sakitnya hati yang merasa di curangi membuat sama-sama memilih untuk saling meniadakan lagi. Atau ini hanya keinginan sepihak. Apapun itu hasilnya adalah 'perpisahan'.

Tak masalah dengan memilih waktu dan cara yang tepat. Seperti saat menembak seseorang atau melamar seseorang, tentu kita memilih tempat, waktu dan cara terbaik agar semua berkesan. Tapi tentu pencarian akan waktu dan cara yang tepat tidak membuat kita nyaman untuk terus menyebunyikannya, untuk tidak jujur secara utuh. Karena sebenarnya waktu terbaik ada lah secepatnya dan cara terbaik adalah jujur apa adanya. 

So, yang sedang nyembunyiin sesuatu dalam sebuah hubungan, baik dengan mama, papa, sahabat, adik, kakak, dosen atau pacar. Sesuatu yang seharusnya keluar dari mulutmu, sesuatu yang seharusnya ada penjelasan dari kamu langsung, segera kan untuk menyampaikannya. Kamu, aku dan kita gak punya kepastian akan waktu. Selamat mengungkapkan...^^


I never told but I move.

Pagi ini masih sedikit malu untuk memulai terangnya. Masih terasa basah dan dingin. Meski embun hanya sedikit membasahi hawa pagi. Tapi pagi ini maish terasa pagi meski tidak seindah di hutan. Ketika aku tidak hanya beridri di depan pintu dan sedikit maju menuju jalanan kecil tepat di depan rumah ini, pagi ini menyergap dengana roma khasnya. Membawa harum-harum kalian. Di bawah air terjun bertingkat yang kita teriaki bersama pagi itu.

Terlalu kejam untuk merasakan rindu ini lagi. Rindu ini sudah menjadi ganas yang menggerogoti sakitnya perasaan bersalah ini. Ketika semua rasa amarah, rasa ingin bertemu tidak lagi menjadi hak. Namun menjelma jad sesuatu yang menakutkan dan mahal untuk dapata di rasakan lewat perkataan. Tapi pagi ini bersama tipisnya embun, nyanyiannya yang khas dan warnanya yang masih kabur dia balut aku dengan rindu yang membentang panjang.

Jika nanti aku merasakan tubuh ini dingin, kaku, menggigil dan akan tinggalkan dunia ini. Atau ketika aku hanya meninggalkan nama dan kisah untuk dunia ini, masih kah kalian berdendang tentang ganasnya pilihan yang ku ambil? Masih kalian memberi gambar sayap berapi di pigura ku? Atau aku hanya seperti debu? Bussh...hilang begitu saja bersama angin saat itu. Goresan hitam yang kalian gambarkan tentang ku, semoga memudar seiring angin yang mmebawa debu-debu kisahku.

Aku berharap meninggalkan kisah terbaik untuk setiap sentuhan cerita ku. Tapi memang tak semua yang kita anggap baik di anggap baik pula oleh yang lain. Ada saatnya dimana sebuah perjuangan untuk diri sendiri malah menjadi benci dan kesakitan untuk orang lain. Maaf, aku tak sempat perbaiki semua, saat aku tau semua sudah terlambat dan hanya dua telinga yang mau mendengar, sedang kalian menutupnya begitu rapat. Hingga hilang jalan agar kita maish bisa bersaudara seperti kemarin.

Tak lagi aku sentuh ketika aku tak di tanah yang sama. Satu hati telah memilih pergi pindah, dan sekarang giliran ku. Jika masih aku masuk pada lingkaran dasar kita, maka masih aku terkungkung dalam cerita usang itu, sedang semua sudah menganggapnya sebagai bangkai. Selama ini masih ku anggap hanay untuk tidak mendekat, tapi ternyata memang perpindahan yang dapat menghapus dosa akan kehadiranku.




Wednesday, December 14, 2011

Sepotong

Ku beri sepotong dan kau ambil sepotong dengan tanganmu sendiri.
Bukan karena aku tak ingin berbagi utuh, aku hanya tak punya kuasa atas diri aku sendiri untuk memberikannya utuh.

Ku beri sepotong dan kau ambil sepotong dengan hatimu sendiri.
Bukan karena aku tidak ingin memberi mu utuh, aku hanya belum temui cara terbaik untuk memberikan semuanya.

Ku beri sepotong dan kau ambil sepotong dengan caramu sendiri.
Bukan karena aku tidak ingin kau miliki utuh, aku hanya belum siap menangis begitu saja di depanmu.

Tapi ternyata, semesta punya cara lain untuk utuh kita saling tau, saling miliki, saling mengerti, saling menenerima, saling memahami dan saling percaya.
Hingga aku miliki "LEGA"

***

Basah bohong membanjiri pipi
Derai bertautan menyahutkan isi hati


Maaf bukan lagi dendangan
Tapi sayang menjadi pegangan


Daun mengering di atas kaki-kaki bahagia kita
Senja berganti warna di depan mata bahagia kita


Aku melihat lurus di depan masih panjang
Membentang tanpa ampun
Aku melihat panjang di sana masih lurus
Melintang tanpa ampun


Aku hanya bisa berteriak hari ini
Tak janji besok milik suara lagi


Setiap pelukan yang membuyarkan ragu
Setiap sandungan yang menghabiskan marah
Setiap genggaman yang memusnahkan sendu
Setiap senyuman yang mengobati patah


Dan terima kasih untuk tidak MARAH




Tuesday, December 13, 2011

Kepo Bodoh

"Baby....." suara manja, bersandar di pundak.
"(Diam, kaku)"
"Kamu kenapaa???"
"Cewek brengsek lo!"
"(Berkerut, stay cool, mengangkat kepala)"
"Ini apa?" sambil mengangkat ke atas sebuah Diary.
"Privasi aku" wajah tidak suka, jutek.
"Sialan lo ya, ternyata selama ini lo gak cinta sama gue."
"Lo baca semua?"
"Iya gue baca semua."
"Itu kan privasi gue, kenapa lo main ambil gitu aja terus main baca gitu aja?"
"Hah! kalo gak gini kan gue gak akan tau kalo cinta lo palsu ke gue."
"Terus? Lo uda tau mau lo apa?"
"Putus kita!"
"Oke"
"Emang bener kan lo gak cinta gue, gue minta putus aja lo langsung oke."
"Terus gue mau gimana? mohon-mohon buat bilang jangan putus sama cowok kepo tapi bodoh kayak lo?"
"Maksud lo?"
"Lo baca semua kan katanya tadi diary gue?"
"Iya"
"Lo baca tanggalnya gak haaa?"
"(Diam, cengok)"
"Itu Diary gue yang pertama yang lo baca, Diary gue yang baru selalu gue bawa ke mana-mana.Kan lo sering liat gue nulis kalo kita lagi bedua, lo gak liat apa motif Diarynya aja beda"
"(Diam)"
"(Mengeluarkan Diary dari tas) Ini Diary gue yang kedua, mau tau gak lo salah satu tulisannya?"
"(Diam, masih cengook)
"God, thx banget udah biarin aku memilih untuk bertahan bersama dia, dan tidak begitu cepat mengambil keputusan untuk menyudahi ini semua ketika aku merasa aku masih stuck dengan perasaan ku kepada dia yang sama sekali tidak mencintaiku. Dan sekarang, begitu benar aku merasa ini cinta. Semoga sampai nanti ya ..aku berdoa untuk hubungan ini. jogya 13 Desember 2011, 18.05. (Tersenyum sinis)"
"(Tambah cengook)"
"Tapi kayaknya mesti aku tulis lagi yang terbarunya  (mengambil pulpen, menulis yang di katakan) God thx, sudah ngasih petunjuk dan tanda bahwa dia gak berhak jadi yang ku harapkan menjadi yang terakhir. Jogja, 13 Desember 2011, 21.05"
"(Berbicara tanpa suara, gaguk)"
"Daaah, makasi buat semuanyaaa"
"(Salto)

Lagu kenangan kamu apa?

Percakapan tetang mantan yang menyebalkan, salah sendiri kenapa juga kepo nanya lengkap-lengkap.

"Yang kamu punya lagi kenangan gak sama mantan kamu?"
"Ada."
"Apa?"
"Akhirnya aku menemukanmu, Gadis Manis, Jaga Selalu Hatimu, uda itu aja."
"Akhirnya aku menemukanmu? Itu kan lagu pencarian terakhir. Kenapa gak sekalian cinta terakhir aja?"
"Iya, kemarin cuma tiga lagu itu yang mengesenkan kita"
"(Mulau kesel)"
"Terus sekarang?"
"Sekarang apanya?"
"(Gigir bibir)"
"(Tetap cuek)"
"Sekarang lagu kita apa?"
"Hmmmm apa ya..."
"(Masih nunggu)"
"Gak ada deh kayaknya, kita kan gak pernah nyanyi-nyanyi bareng"
"Jadi kamu sama dia kemarin suka nyanyi bareng?"
"Iya si kalo lagi beduaan, kadang aku yang main gitar dia yang nyanyi, atau gak kita karoke berdua"
"(Ngebayangin dengan mulut monyong)
Si cowok tetap melanjutkan permainan PS nya, si cewek mulai grasa grusuk sendiri. Lama diam.

"Kamu uda makan"
"Belum!"
"Mau makan?"
"Malas!"
"Gak laper?"
"Laper!"
"Yuk makan?"
"Malas!"
"Hahahhaa, kenapa kamu ni Yang?"
"Tau!"
"Hahahahhaha"
"Orang gila ketawa-tawa!"
"Orang gila marah-marah sendiri!"
"(Mengkerut lebih dalam)"
"Iiii sereeeem, atuuuuutttt"
"(Makin mangkel)"
"(Mikir dan senyum)"
"(Hati masih panas)"
"Makanya jangan terlalu sering nanya-nanya tentang masa lalu apa lagi mantan, jadi BT kan? Apapun yang aku lakuin sama dia kan itu sudah jadi masa lalu, dan sekarang itu kan kamu. Memangnya masa lalu kemarin mau aku bawa-bawa waktu sama kamu. Kamu kan nanya, aku jawab jujur, apa adanya loh tadi. Tapi kamunya malah BT, kalo aku bohong kan ga bagus juga."
"(Melirik)"
"Ya uda, yuuk makan"
"(Senyum di kulum)" 



When I just silent

Seperti lembayung yang bergelayut pada sore, mensyukuri hari ini.
Seperti aku yang bersandar di pundakmu, berterima kasih untuk cinta yang kau beri.

Seperti jingga yang mengindahkan sore, menampakan keindahannya dan mengindahkan yang lain.
Seperti kamu yang mengindahkanku, dengan kebersamaan dan kesetiaanmu.

Seperti embun yang menetes di sore hari, menjadi sejuk setelah malam dingin.
Seperti aku yang tersenyum lagi, setelah patah dan menemukanmu.

Seperti deras air terjun, jatuh mengaliri banyak tempat, memberi udara di sekitarnya.
Seperti kamu, penuh menjatuhkan hati dan memberiku nafas untuk setiap detik berharga kita.

Dan kembali pada awal kita bertemu, kembali pada awal kita berkomitmen, pada awal kita saling mengenalkan diri, dan kembali pada awal kita punya rasa yang sama.

Jika aku lupa, jika aku menghilang, jika aku diam, jika aku menghindar, jika aku pergi, maka ingatkan aku tentang semua yang telah kita tautkan ini.


Monday, December 12, 2011

a Black

Ini dunia isinya sudah hitam. Hitamnya bukan sekedar hitam. Hitamnya begitu pekat, lekat, lengket, dan dalam. Kau bisa pilih mau berada di bagian hitam mana saja. Tak ada telinga yang mau mendengar begitu banyak, tak ada pikiran yang mau berbagi begitu fokus, tak ada mata yang mau melihat dengan menatap. Kau bisa seenaknya saja.

Dunia ini menawarkan kenikmatin dalam bentuk kejahatan yang luar biasa binal dan seksi. Kau menjadi begitu menarik dan begitu pintar ketika melakukannya. Hukumnya adalah: Kau keren ketika melakukannya. Untuk melakukannya, dukungan datang bertubi, peringatan dan larangan hanya sekedar dalam ingatan saja, dan kalau ingatan itu sudah hilang, maka kau tinggal tunggu pujian atas pilihan seksi yang kau ambil itu. Tada!!! Kau sudah menjadi keren. Selamat!!!

Liat kemewahan di luar sana. Bukan hanya tentang materi, gedung bertingkat berisi keindahan manik-manik dunia, atau kemewahan hidup yang menggiurkan, tapi juga tentang kemewahan dalam kebebasan berbuat apapun. Warna-warni cahaya lampu yang menjadi lapangan besar untuk kau berlari telanjang dengan riuh, ricuh gemuruh tepuk tangan. Dunia sudah menyajikannya tepat di depan mata. 

Ketika tau hitam itu gelap, dan saat gelap kau tak dapat terus berjalan lurus, lalu kenapa tetap kau pilih? Meski semua hitam, kekuatanmu yang kau percayai begitu besar akan dapat memutihkan walau hanya untuk dirimu sendiri (dulu). Ketika tau "keren" itu hanya kesenangan mereka bukan mutlak untukmu lalu kenapa masih ingin kau dapatkan, sementara menjadi yang kau percayai, kau ketahui baik akan membuat mu setingkat di atas keren, karena bukan tepuk tangan yang kau dapatkan, tapi lirikan yang menyimpan keinginan untuk miliki hidup seperti mu.

Dunia ini hitam, hitamnya bukan hitam biasa, hitamnya pekat, lekat, lengket dan dalam. Tapi kau tetap bisa memilih dan menjadi putih.

Story of my bb

Aku mengenal blackberry pertama kali dari sebuh majalah, kurang lebih tulisannya seperti ini "blackberry masih menjadi tipe handphone pilihan arti hollywood".  Aku memperhatikan gambar handphone itu dengan seksama, memutar-muta majalah karenaa gambar balckberry tampak begitu kecil dalam genggaman seorang actris hollywood terkenal (saya lupa, tepatnya siapa). Saat itu aku hanya tertarik dengan tipe keypad qwerty nya yang terlihat nyaman. Karena aku memang tidak terlalu melek teknologi, jadi tidak tau apa dan bagaimana kecanggihan sebuah blackberry.

Saat blackberry mulai masuk ke Indonesia, jujur aku menginginkan untuk memilikinya, tapi ya hanya sekedar ingin. Itu saja, tidak sibuk untuk berusaha mendapatkannya. Setelah ada beberapa temen yang menggunanaknnya, aku menjadi tertarik dengan teknologi yang ada, apa lagi kalau bukan BMM-nya. Tapi ya masih hanya sekedar tertarik.

Hingga akhirnya, balckberry menjadi perbicangan dan aku  penasaran dengan blackberry dan sibuk berselancar di dunia maya mencari tau kecanggihannya, juga ikut mencoba blackberry milik sahabat saya. Dan tibalah hati ulang tahun saya. Iseng aku mengatakan keingnan kado ulang tahunku "Ma, Wulan mau BB boleh?". Mama tidak melotot, mama tersenyum dan bertanya-tanya tentnga harga, kelebihannya dan mengapa saya menginginkan itu. Aku pun mejelaskan dengan lengkap, berikut dengan gambar dan kecanggihannya. Yey!! Aku  mendapatkan bb itu, senengnya bukan main.

Awal memiliki bb, daftar temen di bbm hanya hitungan 5 jari. Saya hanya sibuk di jejaring sosial dan beberapa aplikasinya. Lama kelamaan, daftar temen menjadi puluhan, karena kerepotan saya pun jadi terpaksa mengelompokannya. Belum lagi undangan untuk gabung di berbagai macam grup, Aktivitas di bb menajdi semakin meningkat. Di tambah lagi dengan akun jejaring sosial yang saya daftarkan. Saat berbincang dengan keluarga, sahabat, bb menjadi gangguan yang mengasyikan. Karena bb, aku bisa seenaknya saja tidak fokus mendengar celoteh dosen, curhatan temen, nasihat mama, hanya kerena bunyi dari bb yang pertanda ada 'pesan' yang masuk. Yah, walaupun akhirnya aku bisa mengubahnya.

Hingga di hari pertama lebaran, bb itu harus aku ikhlasin untuk tidak jadi milik ku. Berbagai macam perasaan yanga ku rasain saat itu. Hidup flat tanpa bb lah, temen-temen bbm lah, aktivitas nge-tweet lah, semua catatan yang ku simpan lah, pokoknya tentang bb tapi yang lebih menyakitkan adalah itu hadia ulang tahun dari mama. Sampai sekarang, hanya itu sedikit mengganggu saat mengingat bb. Hanya itu.

Aku sempat berpikir, akan susah ni hidup tanpa bb. Gak bisa bbm-an, gak gampang buat twitteran, repot kalo mau online, tapi ternyata sekarang, aku malah tidak lagi menginginkan bb hadir di hidupku. Sampai saat ini, aku masih baik-baik saja dengan hp sederhana ku, masih menjadi makhluk sosial yang punya banyak teman, masih bisa bersosialisasi lewat dunia maya dan yang baik adalah, lebih menghargai dunia nyata. Karena kalau bersama bb, kadang aku harus berbagi antara nyata dan maya, hilang fokus. 



Dan ternyata, kebutuhan akan sesuatu itu adalah tentang bagaiaman kita menyikapinya sebijaksana mungkin.

Rasa

Rabb, karuniai aku sebuah rasa yang datang atas izin-MU, atas ridho-MU.

With my night.

Ini bermula dari keinginan ku untuk segera sampai ke rumah. Jadi setelah mengisi bbm di salah satu SPBU di jalan solo, aku menyusuri gang kecil tepat di sebelah SPBU tersebut. Tanpa rasa takut, sambil sedikit menikmati hentakan musik dari headset, aku menyusuri jalan malam yang sepi. Memasuki perumahan, lalu ada tanda, jalan yang biasa ku lewati di tutup karena sedang ada acara pernikahan dan di beri tanda untuk menggunakan jalur di sebelahnya. Aku membelok dengan santai, terus saja menyusuri jalan, dan akhirnya sampai pada bagian jalan yang kanan kirinya dipenuhi tebu. Karena malam semua terlihat seperti ilalang, dan aku seperti berada di pedalaman. Aku semakin menikmati suasana ini. 

Sambil terus menyetir motor dengan kecepatan di bawah 40 km/jam, aku melihat ada tukang bakso dari kejauhan. Iseng aku berpikir untuk memesan bakso ala susana "Bang satee baaang" dengan nada dan wajah datar dan mata sedikit menyeramkan. Aku membayangkan itu terjadi dengan sempurna, lalu tertawa geli sendiri.

Motor ku semakin dekat dengan tukang bakso. Aku tidak lagi menggas motor, hanya mengarahkannya tepat ke sebalah tukang bakso yang berada di kanan jalan. Lalu aku membuka helm, dan mengibaskankepala yang tertutu kerudung (apa cobaaa). "Bang...baksonya baaaang" aku mengatakannya dengan suara yang ku buat semirip mungkin dengan susana dan mata yang ku buat menyeramkan. 

Si abang bakso hanya berhenti dan tetap menunduk. Aku berkerut. "Baaang bakso baaang" aku mengulang, masih sama persis seperti di awal. Si abang bergeming dan aku begidik. "Jangan-jangan ini bakso setaan lagi" repet ku dalam hati. "Bang!!!" aku berteriak kesal dengan kembali memasang mimik wajah normal bin kesal. Abang bakso masih bergeming, aku mengekrut, datang rasa takut. Tapi masih penasaran, jadi ku teruskan dengan mencolek si abang bakso.

Dengan mata melotot, mulut menganga, si abang bakso mengangkat kepalanya begitu cepat. Dasarnya aku yang mudah kaget, sepontan aku berteriak karena ekspresi abang bakso yang menyeramkan. Usai berteriak dengan brutal aku buru-buru menyetater motor,menghindari segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. "Maaf e Mbaaak, saya ngantuk bangeet, baksonya juga abiiis" aku yang baru saja ingin menggas motor dengan kencang langsung berhenti seketika dan memutar kepala ke arah si abang bakso dengan wajah tak terdeskripsi.

"Ra po po e maaas" kata ku sambil nyengir. "Lanjut jalan maas, ati-ati" Si Abang bakso meneruskan perjalanannya dengan langkah gontai karena ngantuk. "Hasssssh" aku hanya bisa geleng-geleng. Kalo di pikir-pikir, aku mau menakut-nakuti si abnag bakso juga tidak akan sukses, penampilan aku aja sudah tidak mendukung, berkerudung, bercelana jeans hitam, berkaos panjang hitam, bawa tas lagi. Entah apa yang ku pikirkan tadi, hingga mudah saja melancarkan ide iseng gak berpendidikan ini. Senyuman saat malam.

Yogyakarta, 12 Desember 2011, 23.30

Sunday, December 11, 2011

Peduli lewat cara lain

Seorang sahabat datang kepadaku melalui sms
"Aku berhenti memimpin, aku gagal menjadi pemmimpin saudara-saudaraku, juga diri ku sendiri"
Tanggapan ku
"Kau belum menyelesaikannya hingga akhir, bagaimana kau tau sudah gagal? Memang gagal atau sengaja kau gagalkan dengan menyerah?"


Seorang sahabat datang pada ku melalui sms
"Sulit banget nyari kerja, makin gak ngerti sama Negri ini, pejabat di sana, berpendidikan, beragama tapi sikapnya bikin jijik"
Tanggapanku
"Sekarang omongan pelawak jauh lebih menarik dan dianggap penting ketimbang pejabat, ngapain kau pikirkan mereka? Mending fokus ke diri sendiri dulu"


Seorang sahabat datang padaku melalui sms
"Aku ngerasa mentok Lan. Gak maju-maju, kerjaan begini-begini aja, aku ngerasa..entahlah bingung"
Tanggapan aku.
"Cuman perasaan, berarti kenyataan enggak mentok dong? Yuk, mulai yang baik-baik lagi dari sekarang ^^ "

Cerita Malam

Kalau di bilang aku mahkluk nokturnal, ada benernya juga. Karena aku lebih nyaman mengerjakan tugas, menuntaskan hobby dan menyenangkan diri pada saat malam. Bukan berarti siang tidak bisa, bukan berarti siang tidak ada inspirasi, tapi saat malam gangguan pasti lebih segan untuk datang. Teman mana yang dengan semena-menanya menggedor pintu rumahmu hanya untuk bercerita, meminta tolong ini itu saat tengah malam? Atau ibu mana yang tega menyuruhmu mencuci tumpukan piring saat tengah malam? Jadi malam, memberi jaminan untuk sebuah ketenangan, bagi ku.

Jadilah segala macam aktivitas lebih banyak ku tuntaskan saat malam. Kadang mengganggu juga, menggangu orang yang tidur sekamar dengan ku (kalau ada), mengganggu kesehatan dan juga otak :D. Tapi ini masih di batas wajar. Jadi gangguan pun datang masih dalam batas wajar. Lalu apa lagi tentang malam? Bukan, ini bukan tentang betapa indahnya malam untuk aktivitas-aktivitas ku, tapi ini tentang sebuah anggapan.

Mana yang lebih enak, berjalan mengelilingi kota saat siang atau malam? Bagi ku lebih enak saat malam, saat lampu kota berebut tempat untuk mempendarkan cahayanya, saat angin terasa lebih sejuk, saat cerita kehidupan sebagain di tutup dan sebagian lagi di buka dan aku bisa menyaksikan itu. Dan satu lagi, saat terik matahari tidak menyakiti kulit. Malam menjadi waktu paling tempat untuk sekedar mengelilingi kota, berkumpul bersama temen, atau berkunjung ke suatu tempat. Tentu ini tidak bicara soal temapt-tempat yang sewajarnya di kunjungi saat matahari masih berkuasa, seperti pantai. Ini hanya tentang berpergian untuk bersantai, melepas penat sebentar.

Sayangnya, kehidupan malam sudah keburu mendapat predikat tidak baik, jelek, nakal, brengsek, gak berpendidikan atau apapun lah yang tidak baik. Aku pernah membaca status dosenku yang bisa ku simpulkan secara sederhana seperti ini "Malam begitu indah, lalu kenapa kita harus tidur?". Aku terkesima dengan kaliamt ini, seakan memberi kekuatan untuk ku melakukan banyak hal saat malam, saat mata enggan untuk terpejam.

Mungkin, kalau hanya sekedar menghabiskan malam di dalam rumah, hanya dapat anggapan-anggapan biasa saja, seperti tukang begadang, insomnia sejati atau apalah, yang tidak mengganggu suasana hati.Tapi kalau sudah di luar. Nah ini, bisa di pastikan sebagain kepala  berpikiran buruk tentang orang-orang terlebih cewek yang lebih suka keluar saat malam dan pulang larut atau tidak pulang sama sekali.

Papa selalu ngomel kalau aku mengetok pintu rumah pukul 12 malam ke atas. "Anak cewek pulang malam-malam, di luar itu bahaya tau!" Aku masih menerima ini sebagai kekhawatiran dari rasa sayang. Normal. Wajar. Pantas. Tapi ketika, kamu mati-matian mengetuk pintu dan akhirnya terbuka dan di sambut dengan ucapan "kirain tadi gak pulang lagi makanya di kunci". Ini bantuk ekspresi macam apa? Benci kah?

Kamu boleh punya anggapan apapun tentang orang lain. Terserah, itu milikmu. Tapi boleh ku minta satu hal? Jangan lebarkan anggapan mu sampai memenuhi semua cerita yang terjadi di waktu yang sama. Apakah kamu menganggap aku sama dengan si "nakal" lainnya yang pulang malam? Apakah setiap gadis yang pulang malam selalu melakukan hal buruk di luar sana? Bagaimana kalau aku hanya menghabiskannya (malam) di sebuah cafe, hanya untuk mengusir sepi atau hanya untuk mendengar dan di dengar kan sebuah cerita, atau hanya untuk berkeliling sampai lelah untuk mengobati sakit di hati, atau apa pun itu yang bukan tentang kenakalan. Dan kamu tau, malam memberi banyak inspirasi, memberiku banyak peringatan untuk selalu bersyukur. 

Seperti malam ini, kantuk begitu menyerang, tapi serangan keinginan untuk menulis lebih banyak pasukannya, dan aku mencintai hal ini. Mencintai yang ku lakukan saat ini.Kita memang boleh mempunyai anggapan, tapi tentu tidak menghakimi, menghabisi dan menyakiti. Karena kita gak akan pernah benar-beanr tau apa yang orang lain alami sebelum kita yang mengalami dan menjalaninya secara langsung.




Waktu dan Bahagiamu

Belum ada marah antara kita dan masih saling menerima seluruhnya. Seluruhnya hingga hari ini. Kita hanya sedikit beruntung karena mampu menglahkan ego, mampu mengalahkan keadaan yang seperti menepi, menjauh dan enggan menerima. Dan ketika ini terjadi, sekarang masih kah kita seperti semula, dua orang yang diinginkan orang-orang yang lain?  Atau malah menjadi dua orang yang begitu dihindari?

Mana aku tau mengapa aku dengan mudah dan begitu saja selalu tersenyum saat melihatmu atau hanya sekedar mengingatmu. Hanya setelah aku mengenal mu agak lebih dekat itu terjadi begitu saja. Mana juga aku tau mengapa aku tidak begitu saja menerima, membalas bentuk-bentuk kebaikan yang datang dari perasaan orang lain, malah memberi bentuk kebaikan ku untukmu.

Mengenal mu sedikit lebih dekat dari yang lain saja sudah cukup untuk aku merasa lebih bahagia setiap harinya, saat itu. Terlebih saat kamu juga sedikit lebih baik dan mau meluangkan waktu hanya untuk bersikap selayaknya manusia, saling membantu. Hanya saja aku selalu berharap kamu tidak selalu begitu ke yang lainnya, hanya untuk ku (saja). Dan ketika kamu bertanya kabarku, mengucapkan selamat atas pagi yang datang dan menutup hari dengan ucapan selamat untuk tidur yang nyenyak, semua tampak lebih indah namun mengkhawatirkan. Aku hanya tidak mau, itu adalah sikap mu untuk semua (orang).

Kedatanganmu, menceritakan semua masa lalumu, semua yang buruk bahkan, tetap membuatku tersenyum. Dan pernyataanmu, pertanyaanmu, menutup tanda tanya tentang sikap mu kemarin (apakah untuk semua orang?). Aku peraya, penjelasan, cerita, pernyataan dan pertanyaan itu datang begitu saja dari ingatan jujurmu, dari rasa mu yang jujur. Serta, tidak perduli dengan jutaan predikat terburukmu kemarin. Tingkah laku memalukanmu kemarin. Karena kamu ada di hadapanku pada hari ini, bukan kemarin.

Ketika waktu seakan menggarisi semua, hingga tercipta batas, maka otomatis aku selalu menyiapkan yang terbaik untuk setiap hari yang ada. Karena selalu hadir bayangan perpisahan, ketika waktu hadir dalam gurauan kita, tawa kita, cerita kita dan tatapan kita. Sungguh sulit aku menyembunyikan takut pada bayangan yang sering hadir itu, di setiap gerak kebersamaan kita. Aku tidak berharap terlau banyak, meskipun aku menginginkan untuk miliki harapan itu, kemudian bersama mengabulkannya. Karena melihat bayangan itu saja sudah cukup untuk menggelapkan kecerahan hari esok ku, terlebih menerima bahwa harapan itu hanya kosong.

Meskipun nanti aku harus tau bahwa kamu menganggap semua ini hanya sebuah kesenangan semata, kehadiranku sebagai penggembira hari-harimu disini saja, perasaanmu hanya untuk bunga-bunga di halaman kehidupanmu yang baru di sini, dan semua perjalanan kita hanya bagian dari potongan kecil hidup mu di sini, dan meskipun itu pasti menyakitkan untuk ku yang tidak menganggap ini hanya "semata" saja.  Aku masih punya tabungan untuk tetap masih tersenyum saat melihat dan mengingatmu, yaitu kebahagiaanmu. Karena aku tidak punya tuntutan apapun untuk kebersamaan kita, selain bahagiamu.



Pemberhentian

Tidak tau apa kamu masih menyimpan dendam dan marah tentang kemarin? Karena kita begitu berbeda dari sebelumnya, cara mu mendengar ceritaku, cara mu bercerita dan cara mu untuk bertemu aku. Sangat berbeda. Apakah karena aku sebelumnya tampak seperti menusuk mu tepat di belakang punggungmu yang menembus ke dalam hatimu?

Kamu tentu sudah sangat tau, aku tidak punya penjelasan apapun lagi tentang semua ini, karena telak telah ku tinggalkan semua, tak sedikitpun masih ku kemasi dalam meori hidup ku tentang yang kemarin kita tangisi. Sesuatu yang buat ku sekarang hanya sia-sia dan berarti untuk mu sekarang. Karena sebuah pertemuan menghadiahi mu seseorang. 

Demikian dampak dari sebuh keputusan, begitu panjang waktunya, besar pengaruhnya dan lama penyembuhannya. Aku memaklumi itu semua sebagai manusia yang juga punya hati dan pikiran untuk membyaangkan menjadi dirimu. Meskipun kadang aku bertanya, tidak kah berarti ratusan hari sebelumnya yang begitu indah kita buat berdua? Tidak kah berarti genggaman tangan kita untuk selalu saling menguatkan satu sama lain dalam hal apapun?

Aku sudah menghukum diriku dengan menyesali keputusan ku saat itu. Tapi ternyata itu tidak berdampak appaun pada pulihnya luka mu. Kau tetap memlih jalanmu sendiri untuk pulih dan aku yang merasa terluka hanya bisa kembali menyesali semuanya, menambah hukuman. Sayangnya, sedikitpun aku tidak mempunyai kekuatan untuk kembalikan waktu, untuk tidak melukai hati mu.

Meskipun nantinya cerita akan membawamu pada sakit hati, tapi kenapa mesti aku yang membawamu pada itu semua. Menghabiskan kepercayaanmu, memudarkan kepercayaan yang lain dan aku tampak sebagai perusak, pengganggu dan perebut.Sadar sebagai orang yang telah melukai hatimu saja sudah cukup menyiksa, terlebih dengan semua sebutan itu.

Sekarang, setelah semua cara ku lakukan untuk kembalikan kita seperti dulu. Setelah panjangnya surat ku tulis untuk melembutkan hatimu, setelah semua cara yang memungkinkan untuk aku lakukan saat itu ku jadikan nyata, aku hanya akan membiarkan mu memilih caramu sendiri untuk pulih, untuk sembuh atau menerima pilihanmu untuk memelihara luka itu, ketidak percayaan itu yang akan menarik mu lebih jauh lagi dari aku.

Dan apa pun pilihan mu, aku hanya berharap kamu tidak terus-terusan menyakiti hatimu dengan memelihara sakit hati itu. Bukan tentang kita seperti dulu yang ku sangat ku inginkan kembali. Tapi hanya untuk keceriaanmu sebelum luka itu ku beri atau bahkan sebelum bertemu, mengenal dan menyayangi aku.



Saturday, December 10, 2011

Status Facebook

"Facebook itu bisa mendekatkan dan menghancurkan. Kasihan saja melihat orang yang harusnya sudah dewasa dalam umur, tapi dangkal dalam status dan komentar. Karena ketika tulisan itu telah dilihat banyak orang, walaupun ia menghapusnya berulang kali, tapi tetap masih tertinggal difikiran pembacanya. Inilah kekuatan tulisan." Ini lah status facebook dari teman ku bernama kak Afrida Catur, seorang penulis puisi dan sudah menerbitkan kumpulan buku pusinya secara independen. Dan tulisan ini bukan tentang penulis berbakat ini, tapi lebih kepada statusnya dan gangguan hatiku.


Ketika membukan page home facebook pertama kali ketika aku online siang ini, status ini lah yang paling menarik perhatianku. Aku langsung mengklik tanda jempol dan memberi comment "like this se-like this like thisnya" (hanya orang Indonesia yang mengerti bahasa ini). Aku benar-benar setuju dengan status Kak Fida ini.

Dari awal aku tidak pernah ambil pusing dengan staus-status temen di facebook, comment-comment nya, atau apapun yang orang lain lakukan di facebooknya. Kecuali untuk orang-orang terdekat, kalau ada kesalahan yang dia lakukan dalam penggunaa facebook, tidak sungkan aku langsung memberi masukan bahkan menegur. Tapi untuk temen-temen lainnya, aku lebih memilih untuk cukup ber "oh" "eh" "senyum" atau sekedar membaca, melihat atau tidak melakukan apapun terhadap itu. Karena sudah jelas itu hak si pemilik akun.

Tapi ketika aku membaca beberapa status yang jelas ada tentang aku, tapi pada kenyataan dan pembicaraan langsung seperti tidak ada masalah. Aku hanya merasa sedikit terganggu dan kasihan. Memangnya tidak lelah apa berpura-pura baik-baik saja, tidak ada masalah, menyimpan unek-unek, menyimpan kemarahan, dan hanya bisa mengekspresikannya lewat status, sementara sudah jelas bisa di bicarakan langsung. Biacara hanya soal memulai. 

Sering kali kita punya masalah dalam diam, karena tidak punya keberanian untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelah dibicarakan nanti, atau memang pengecut untuk membicarakannya dan hanya berani mengeekspresikan lewat status, berharap ada comment atau perhatian dari orang lain, lalu mengambangkan masalah lewat telinga-telinga yang seharusnya gak perlu tau dan malah melebarkan masalah. Bodoh bukan? Aku menulis ini berdasarkan pengalaman pribadi ku sendiri. Hanya dengan status di facebook tidak akan menyelesaikan masalah. Biacara adalah salah satu jalan terbaik untuk membuatnya tidak lagi jadi masalah.

Melalui tulisan orang lain bisa menilai bagaimana kita. Karena seperti status kak Fida, tulisan bisa meninggalkan jejak dalam pikiran si pembaca bahkan tersimpan rapi dalam memorinya, untuk waktu yang lama. Untuk status ataupun comment, kita bermain lewat huruf, terangkai jadi kata, lalu tersusun jadi kalimat dan sebuah tulisan. Terkirim sebagai pengisi home page orang lain, dan ketika tulisan itu masuk ke dalam pikiran orang lain, maka timbulah penilaian-penilaian itu. Bisa saja memilih untuk tidak peduli dengan penilaian orang lain. Tapi coba pikirkan nasib hatimu, pikiranmu dan jalan cerita hidupmu.