sore ini aku mandi denngan air yang pas-pasan banget, bisa di bilang
cuma dua ember 10 liter, padahal aku keramas. ini semua karena kerannya
gak mengucurkan air. sore hari di kostan ku suka ada gangguan dengan
airnya. apa lagi kalo 6 kran nyala semua, otomatis kamar atas kebagian
suplai air paling sedikit.
aku jadi teringat waktu aku tinggal di Kuala Tungkal saat SD. daerah kesayanganku itu sangat minim air bersih dulunya. air ledengnya keruh, berwarna cokelat, bau dan nilai kesadahannya pasti tinggi, karena sukar sekali membuat sabun berbusa. mau mandi salah, karena sama aja mengotori bada, gak mandi juga salah, Kuala Tungkal daerah pesisir yang sangat panas.
saat itu bisnis penjualan air bor tanah sangat laris. kaluarga ku suka membeli air bor tersebut satu grobak yang terdiri dari 10 drigen. kalau tidak kami selalu menampung air hujan yang turun sebanyak mungkin.padahal air hujan pun gak lebih baik dari air ledeng yang cokelat itu. karena warnanya kernih jadi kami berpendapat kualitas air hujan sangat baik. Air bor tersebut yang berasal dari tanahpun gak lebih baik dari air hujan dan ledeng. intinya selama aku tinggal di Kuala Tungkal kemarin, aku dan masyarakat lainnya mengalami krisis air ringan tapi sudah menyengsarakan.
tapi hikmah dari itu semua aku dan keluarga ku jadi belajar untuk menghemat air. memanajemen air sebaik mungkin. mama menjatahi ku untuk mandi pagi dan sore sebanyak 4 ember 10 liter. begitu juga dengan adik. sedangkan mama dan papa lebih sedikit dari itu (prang tua luar biasa). untuk mencuci pun mama membaginya sebaik mungkin agar cukup air yang kami beli itu. begitupun untuk keperluan lainnya, di bagi sesuai kecukupannya.
aku jadi kepikiran, gimana kalo pemerintah membuat suatu kebijakan tegas mengani pembagian pasokan air di tiap rumah. why? selama ini masih banyak yang berpikir kaloa air kaan ada trus selamanya, bakal gampang dapetinnya dan gak akan habis (ini memang benar). selama masih ada kualitas air, air di bumi gak akan berkurang, tapi kulitasnya???ada yang jamin akan jernih terus??ph nya normal terus? krisis air sudah terjadi di beberapa pelosok sana....kita yang di kota masih ngerasa seneng dengan bebas mengguuyur air ke badan saat mandi seenak jidat....?? "apa terasa sebuah nikmat ketika saudara kita yang lain menderita?"
setiap orang bisa dihitung penggunaan airnya perhari, begitu pula dengan industri. ini semua dapat menjadi acuan untuk membagi pasokan air di tiap rumah. dengan cara ini, akan meminimalkan jumlah air yang terbuang sia-sia.
mungkin pikiran ini terlalu konservatif, tapi apa pernah terbayangkan,,,beberapa tahun kemudian kita hanya akan bisa minum 1 gelas air sehari karena perbuatan kita sendiri??(1 botol aja gue bisa modar,grrr)... kita bukan mahkluk yang hidup sendiri, masih akan ada generasi penerus yang berhak akan sumberdaya alam ini. tugas kita sekarang memeprtahankan yang sudah ada, memperbaiki kerusakan, bukan menghabiskan begitu saja...
aku gak tau sebelumnya apakah sudah ada kebijakan dari pemerintah tentang pasokan air di tiap rumah, industri dan perusahaan ataupun instansi. mungkin pendapat ini basi atau biasa atau malah sudah lama di dengungkan tapi hanay menggema sia-sia..
"bukan kebahagiaan namanya bila setelahnya melahirkan kesengsaraan'
aku jadi teringat waktu aku tinggal di Kuala Tungkal saat SD. daerah kesayanganku itu sangat minim air bersih dulunya. air ledengnya keruh, berwarna cokelat, bau dan nilai kesadahannya pasti tinggi, karena sukar sekali membuat sabun berbusa. mau mandi salah, karena sama aja mengotori bada, gak mandi juga salah, Kuala Tungkal daerah pesisir yang sangat panas.
saat itu bisnis penjualan air bor tanah sangat laris. kaluarga ku suka membeli air bor tersebut satu grobak yang terdiri dari 10 drigen. kalau tidak kami selalu menampung air hujan yang turun sebanyak mungkin.padahal air hujan pun gak lebih baik dari air ledeng yang cokelat itu. karena warnanya kernih jadi kami berpendapat kualitas air hujan sangat baik. Air bor tersebut yang berasal dari tanahpun gak lebih baik dari air hujan dan ledeng. intinya selama aku tinggal di Kuala Tungkal kemarin, aku dan masyarakat lainnya mengalami krisis air ringan tapi sudah menyengsarakan.
tapi hikmah dari itu semua aku dan keluarga ku jadi belajar untuk menghemat air. memanajemen air sebaik mungkin. mama menjatahi ku untuk mandi pagi dan sore sebanyak 4 ember 10 liter. begitu juga dengan adik. sedangkan mama dan papa lebih sedikit dari itu (prang tua luar biasa). untuk mencuci pun mama membaginya sebaik mungkin agar cukup air yang kami beli itu. begitupun untuk keperluan lainnya, di bagi sesuai kecukupannya.
aku jadi kepikiran, gimana kalo pemerintah membuat suatu kebijakan tegas mengani pembagian pasokan air di tiap rumah. why? selama ini masih banyak yang berpikir kaloa air kaan ada trus selamanya, bakal gampang dapetinnya dan gak akan habis (ini memang benar). selama masih ada kualitas air, air di bumi gak akan berkurang, tapi kulitasnya???ada yang jamin akan jernih terus??ph nya normal terus? krisis air sudah terjadi di beberapa pelosok sana....kita yang di kota masih ngerasa seneng dengan bebas mengguuyur air ke badan saat mandi seenak jidat....?? "apa terasa sebuah nikmat ketika saudara kita yang lain menderita?"
setiap orang bisa dihitung penggunaan airnya perhari, begitu pula dengan industri. ini semua dapat menjadi acuan untuk membagi pasokan air di tiap rumah. dengan cara ini, akan meminimalkan jumlah air yang terbuang sia-sia.
mungkin pikiran ini terlalu konservatif, tapi apa pernah terbayangkan,,,beberapa tahun kemudian kita hanya akan bisa minum 1 gelas air sehari karena perbuatan kita sendiri??(1 botol aja gue bisa modar,grrr)... kita bukan mahkluk yang hidup sendiri, masih akan ada generasi penerus yang berhak akan sumberdaya alam ini. tugas kita sekarang memeprtahankan yang sudah ada, memperbaiki kerusakan, bukan menghabiskan begitu saja...
aku gak tau sebelumnya apakah sudah ada kebijakan dari pemerintah tentang pasokan air di tiap rumah, industri dan perusahaan ataupun instansi. mungkin pendapat ini basi atau biasa atau malah sudah lama di dengungkan tapi hanay menggema sia-sia..
"bukan kebahagiaan namanya bila setelahnya melahirkan kesengsaraan'
Air memang tidak akan habis, terus berputar sesuai siklus air. Tapi siklus air itu memerlukan berproses dalam waktu yang sangat lama. Satu tetes air dari laut, untuk sampai lagi ke laut dengan proses alamiah butuh waktu ribuan tahun.
ReplyDeleteAir memang tak akan habis, tapi siapa yang dapat menjamin akan terus turun hujan. Siapa yang dapat menjamin cadangan air tanah untuk minum akan tetap, smentara air tanah terus disedot untuk konsumsi manusia dan industri.
Dewasa ini kota-kota di pesisir pantai mulai menghadapi kelangkaan air tanah dikarenakan source-nya terus dieksploitasi, sementara air hujan yang masuk ke tanah tidak seimbang dengan air tanah yang diekspoitasi, ditambah lagi tidak ada pohon yang menyimpan cadangan air tersebut. Jadi air hujan yang turun ke gunung, akan langsung mengalir ke sungai (tanpa ter-infiltrasi ke dalam tanah karena tidak ada yang menahan. dan lalu mengalir ke laut. Siapa yang sanggup minum air laut secara langsung?
Disatu sisi, air tanah yang selalu disedot di perkotaan pesisir menyebabkan batas air tawar dan air asin semakin memasuki daratan. Terjadilah intrusi air laut. Hal ini menyebabkan diperkotaan pesisir yang parah, air tanahnya tidak bisa lagi dikonsumsi untuk minum, karena kandungan garam yang tinggi.
Sementara negara kita belum memiliki teknologi yang mumpuni untuk mengolah air permukaan menjadi air minum. Apalagi air laut. Kita cenderung menggunakan air tanah untuk konsumsi, padahal hal ini sangat tidak dianjurkan.
Nah, solusinya harus secara konpherensif. Kita harus menjaga sumber air, kita mengurangi penggunaan air tanah, kita menghemat air untuk konsumsi sehari-hari, dan kita harus mulai mengolah air permukaan agar sumber air tanah kita terjaga.
Saya sepakat dengan mbak Wulan, kita bukan hidup untuk diri sendiri. Masih ada jutaan orang yang akan hidup setelah kita, dan mereka semua akan menikmati apa yang kita tinggalkan. Apakah yang kita tinggalkan itu bencana, ataukah kesejahteraan, itu sangat bergantung dengan apa yang kita lakukan sekarang. Environment Journalist
ini malah lebih keren dari tulisan yg di komenin,,ahahahaa
ReplyDeletewkwkwkwk...sembarangan....tulisanmu bagus
ReplyDeleteenak di baca....