Monday, January 30, 2012

Keputusan bahagia

Ini semua tentang yang saya alami

Sering kali saya merasa kesal hanya karena sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Kadang hanya tentang hal kecil, seperti becandaan yang menurut saya saat itu berlebihan, atau hanya karena barang jatuh dari lemari pakaian saya berturu-turut hingga saya repot harus merapihkannya kembali. Lalu hal yang tidak saya inginkan itu, berhasil membuat saya marah berkali-kali. Merutuki hari itu sebagi hari yang sial. 

Dulu saat saya masih kecil, hal itu malah lebih parah, kalau tidak sesuai dengan yang inginka, saya dengan brutal menendangi dinding-dinding rumah yang terbuat dari kayu dan triplek. Sambil teriak. Pernah waktu itu, saya sangat menginginkan buku tulis lucu berukuran kecil. Ntah kenapa dari dulu hingga sekarang saya paling suka membeli buku-buku lucu untuk menulis apa saja. Lalu di siang hari yang terik saya pergi ke sebuah toko potocopy rumahan berjarak kurang lebih 500 meter dari rumah saya, saya pergi dengan jalan kaki. Sampai di toko saya menunggui pelayan untuk menghampiri saya. Lama saya berdiri dan memanggi-manggil pelayan tersebut, sambil ,menjijitkan kaki, tapi tak satupun menemui saya dan mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bahkan menoleh pun tidak. Saat itu saya benar-benar berang. Hari itu panas terik lagi. Saya memutuskan pulang sambil berlari dan sampai di rumah saya menerjang pintu rumah, masuk ke kamar, menendangi dinding kamar, melempari apa saja dan nangis sekencang-kencangnya. Berjam-jam, hingga tertidur. 

Bagaimana saya tidak bisa melupakan kejadian itu, saya paling ingat komentar Mama saat melihat saya mengamuk. Mama hanya bilang "Rugi hey kayak gitu" diringi muka takjubnya, muka jengkelnya, muka geleng-gelengnya. Sebelumnya Mama bertanya "Kenapa hey?" saat saya datang dengan menerjang pintu rumah. Saya mejawab dengan berteriak. Dan kalau sekarang saya seperti itu, kalimat Mama terngiang di ingatan. Kenapa emosi saya dikendalikan oleh orang lain, bukankah seharusnya diri saya sendiri? Bukankah yang memutuskan tentang diri sendiri itu adalah diri kita sendiri?

Yah, memang betul, hal yang terjadi itu tidak sesuai dengan keinginan kita atas reaksi dari lingkungan sekitar dan orang lain, tapi reaksi dari diri kita sendiri bukankah kita yang memutuskan?Mau meladeni amarah, mau tetap stay cool, mau tetap tenang, atau malah mengamuki keadaan? Bukan itu kita yang memutuskan dan yang memilih? Oleh karena ini, kalau ada hal yang tidak saya inginkan terjadi, saya hanya perlu berdiam diri sebentar, untuk mencerna, menelaah dan menerima semua sebagai bagian dari perjalanan waktu saya. Setelah itu saya memutuskan untuk "baik-baik saja" kembali. Tentu dalam arti yang sebenarnya. Dan yang paling penting, jangan lupa "senyum". Karena seluruh wajah di muka bumi ini yang terbaik bentuknya adalah saat senyum. Senyum juga mengirinkan ion-ion positif untuk hati. ^^

Selamat tersenyum sahabat ^^

Friday, January 27, 2012

Menulislah

Subuh ini, setelah acara ribut-ribut dini hari di luar sana, di luar kamar kost gue, yang buat gue segar bugar kemabli. Iseng gue baca blog temen-temen gue, blog temennye temen gue, blog temennya temen temen gue, aha pokoknya dapet link blog, gue langsung baca. Karena sekarang gue lagi keranjingan baca.

Gue baca satu persatu tulisa-tulisan terbaru mereka, memperhatikan label dari tulisan mereka. Lama-lama gue jadi tersadar, tulisan mereka semua jelas, mempunyai topik, bisa bermanfaat. ada yang bercerita tentnag jurusannya, ada yang tentang perjalanan liburannya, memberikan referensi, tentnag perjuangan skripsinya yang isnpiratif, kisah pertemanannya. dan itu cukup memberi sesuatu buat yang baca.

Lalu gue kemabli membuka situ blog gue. Meskipun dulu bahkan sebelum gue baca blog-nya orang-orang  lain ini, gue uda jani sama diri gue sendiri, untuk gak nyakitin imajinasi gue lagi. Dulu tuh gue sering banget ikut arus, orang pada nulis ini, gue ikut0ikut-an mau nulis ini. Gak jelas. Sampe gue harus rombak abis blog yang uda gue rintis dari SMA ini, ari awal saat gue sedang berjuang menyelesaikan gelas A.Md gue. Lah jadi perjuangan gue setelah 4 tahun kemarin, merintis blog ini gimana? Dengan kejam gue apus semua postingan. Secara 80% isinya curhatan remaja banget. Malah nyaris alay (gak tega bilang alay). Sejak itu gue menanamkan dalam diri gue, bahwa menulislah seperti menjalani hidup. Yaitu dengan sebaik-baiknya, jangan berharap semua orang menykaui tulisanmu, karena begitu pun dalam hidup, ad ayang menyukaimu, ada juga yang tidak.

Tapi, setelah memperhatikan blog-blog itu lagi, gue jadi agak gimana gitu, ah susah deh jelasinnya. Gue jadi ngerasa ini tulisan gue terlalu abstrak untuk di usung menjadi blog yang direkomendasikan ngasih sesuatu gitu buat yang baca. Ah, gimana gue mau jadi penulis buku kalo nulis blog aja jadinya abstrak, gak jelas, kaca gini. Gue jadi menyimpulkan sesuatu yang agak kejam tentang diri gue, bahwa management blog gue itu yang menggambarkan diri gue. Agak berantakan. Yah, itu memang karena gue gak menyenangi kerapian yang teramat-amat. Membosankan.

Tapi apa yang terjadi dengan tulisan gue? Kebanyakan tulisan gue itu adalah sisi-sisi lain dari gue. Cara gue nulis cendrung beda dengan cara gue ngomong. karena kadang, memang ada bagian yang gak bisa gue bicarakan jadi gue tulis. Karena gue lebih nyaman dengan menulis, walau ada yang menilai, dengan menulis lo bisa memanipulasi kenyataan. Tapi gue selalu berusaha membuat tulisan gue menggambarkan kejujuran hati gue.

Jadi apa intinya? Ya intinya, gue salut sama blog mereka, teratur, terarah, yang baca juga seneng jadinya. Yah, walaupun gue juga sebenrnya gak tau apa yang di rasain sama orang yang baca blog gue. Gak. Gue gak akan seperti dulu lagi, galau dalam menulis. Ikut arus sana-sini. Meskipun teman blog ini gue usung karena gue bingung dengan kepastian tulisan gue, gue akantetap menulis seperti mejalani hidup. 

Apa yang gue dapat dari hasil membaca, memperhatikan blog orang-orang lain itu, gue jadiin tambahan buat memperbaiki kualitas tulisan ku (semoga). Sama sepeti hidup. Berbincang dengan orang lain, memperhatikan hidup mereka dengan mengambil yang baik-baik, lalu mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan denga cara tersendiri. Yah, seperti itulah. Karena setiap hari itu belajar. Yang terpenting, jangan menjadi orang lain. Jadi lah diri sendiri yang terus memperbaiki diri. Dan menulislah seperti menjalani hidup. 

Salam.

Hingga suatu hari nanti...

Ketika di sengaja di khianati oleh cinta yang dengan setia kita jaga seperti ada ribuan paku yang menymur menyerbu menusuk-nusuk hati. Sakitnya membuat pagi gelap, membuat rapuh ketika sadar bahwa hari ini harus dileawati lagi, dengan keterpaksaan, dengan tatapan kosong, dengan harapan kosong. Atau dengan kepura-puraan, berpura-pura baik-baik saja, tapi hati dan pikiran bersama berjuang melawan kesedihan yang menyesakan dirinya ingin keluar lewat diri.

Ketika keterlambatan dari sebuah pernyataan menghantammu jauh menjadi sebuah penyesalan. Mengungkung dirimu dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan ketidak mengertian. Atau dengan segala macam bentuk rasa tak terejawantahkan. Tidak paham ingin menjelaskan bentuk patah hati ini, tidak mengerti dengan ketersesatan rasa yang sekian lama di simpan, seketika mendebu. Seketika merobek alasan kau bertahan pada kesetiaan rasa.

Terhadap semua sakit yang di rasakan dan kepada masa lalu yang menyedihkan. Untuk kesetiaan yang dikhianati, untuk penantian yang di cundangi waktu. Untuk ratapan pada pagi yang datang (lagi), untuk malam yang menjadi teman kesenderian untuk rasa sedih yang menyelimuti. Selalu ada ada harganya. Bukan atas izin-NYA ini terjadi. 

Mungkin sebuah dosa bagi si pengkhianat, tidak membayar kesetiaan di sisinya,  tapi setiap perjalanan ada tepinya, ada labuhnya. Ada harga yang harus di bayar, ada ganjaran yang harus di terima. Ada jalan yang harus di lewati meskipun pun mengkhianati diri sendiri dan orang lain. Ada pilihan yan gharus di jalani tanpa di ketahui alasannya. Hingga nanti, suatu hari, kita hanya tinggal cerita, tanda tugas kita telah usai, semua akan terjawab. Semesta akan mengindahi kesabaran dan penerimaan akan pengkhianatan itu.

 Tergugu mengingat keterlambatan itu, termangu mencoba membuat jalan cerita sendiri, lalu sadar dan kembali patah. Ribuan pertanyaan semakin merobek hati yang akhirnya memberi penyesalan semakin dalam. Tapi setiap sedih sudah seharusnya akan berujung. Ada waktu yang menunggu di depan, yang harus di lewati, meski dengan hati yang berdarah. Bada pada lautan pun akan berakhir, demikian dengan hati yang pedih itu. Ada harga dari rasa yang besar dan di simpan lama. Ada harga dari sebuah kesetiaan, ada harga untuk itu semua. Hingga nati, suatu jari, ketika tugas telah selesai, hingga ini menjadi cerita bagi bumi, semua akan terjawab. Semesta akan mengindahi penerimaan dan pilihan untuk terus jalan, ke depan.

Thursday, January 26, 2012

Kejutan yang mengejutkan

A: "Hyaaaaaa"
B: "Hei"
A: "Kok lesu? ada apaan ni?"
B: (senyum kecut)
A: "Kamu aneh. Kenaposeeeee?"
B: "Hmmmm..aku mau ngomong sesuatu"
A: "Wah kayaknya seru ni, ada apan. Aku juga mau ngomong, tapi kamu aja dulu deh, hehhe?"
B: "Aku...jatuh cinta lagi...." (terbata)
A: "Oh..."
B: (hening)
A: "Berarti kita....."
B: "Udahan yaaa"
A: "Hhhhhh, yah (^^)
B: "Aku minta...."
A: "Gak perlu minta maaf. Gak slah kamu  kok. Cinta itu yang milih kamu sampe kamu jatuh cinta lagi"
B: "Tadi kamu mau ngomong apa?"
A: "Oh gak pa pa, aku tadi cuma mau cerita aja, kalo sekarang si udah gak penting lagi. Kita pulang yuk. Aku mau beres-beres"
B: "Beres-beres mulu kamu. :))"
A: (menatap) syukurlah keputusan kamu tepat dengan kepergian aku.


B: "Seminggu lagi bakal seru ni bro"
C: "Lo uda mutusin die?"
B: "Uda. Tinggal nyusun acara buat dia aja ni."
C: "Rencana mau dimana?"
B: "Pantailah, tempat kesukaan dia. Sama ngerubah dikit bentuk kamarnya."
C: "Mantaaaaab. Cowok yomatiiis deh yooo"
B: "Najisss"

5 hari kemudian.

B: "Si A kemana? Uda lama gue gak liat dia."
D: (masem) "Buat apa lagi lo tau."
B: "Gue mau ngasih suprise ke dia. Kemana ni?"
D: "Suprise apa lagi? Suprise kartu undangan lo tunangan?atau merid?"
B: "Apaan si? kan gue kemarin cuma ngerjain, karena gue mau ngasih suprise"
D: (melotot)
B: "Mata lo hoi. Mana A?"
D: "Lo salah banget deeh.."
B: "Apaan?"
D: "Awalnya di mau ke Negri E buat ngunjungin kakaknya. Kan uda selesai juga kuliah kita. Tapi dia tetep mau balik lagi, karena ada lo di sini. Tapi karena uda putus, jadi dia mutusin buat pindah."
B: (lunglai)
D: "Tapi...ini ada surat buat lo de kayaknya, soalnya gue temuin ini di selipan novelnya yang tinggal di kamarnya."

4 tahun ngelewatin hari bareng kamu, ada benci ada cinta. ada suka ada duka. lengkap. thanks ya uda bersedia ada untuk hari-hari 4 tahun kemarin. gak nyangka kalo kita berakhir sesantai ini, ya mungkin karena kita mulainya juga dengan santai. tapi cukup manis untuk di kenang. aku gak pa pa kok sama keputusan kamu. karena kita sama-sama tau, bahwa perasaan manusia memang gak ada yang abadi. tapi kamu pasti tau kalo itu bakal ada perasaan yang membekas, tinggal lama. dan semoga ini menjadi yang tinggal lama. Awalnya aku berencana mau liburan aja, karena seperti rencana awal kita, kita mau berjuang sama-sama di kota ini. tapi terlalu banyak kenangan kita di sini, aku pasti sulit buat  berdamai dengan itu semua. jadi aku putusin buat pindah ke Negri E. Take care. ^^





Sunday, January 22, 2012

Sela Malam

Saat sedang merasakan rindu sosokmu. Aku hanya ingin melihatmu dari dekat saat ini. Suatu keinginan yang harus aku tahan, keinginan yang harus aku simpan. Keinginan yang kadang menyakitkan. Bukan mendekapmu, menciummu, karena cara kita salign mengasihi bukan seperti itu. Hanya ingin sekedar melihatmu, sedang duduk minum kopi melihat jalanan, sedang duduk di depan layar laptop, atau sedang menonton tv. Hanya melihatmu.

Saat jauh seperti ini, kita tidak seromantis sepasang kekasih. Tidak ada sms tentang betapa rindunya rasa yang ada. Bahkan sedikit sekali telfon yang ada. Aku enggan memulai, karena pasti menangis. Aku tidak mau kau tau aku menangis. Aku mau, yang kau tau aku selalu baik-baik saja. Hanya ketika kau bertanya tentang kesehatan ku yang menurun sudah membuat suaraku bergetar dan mati-mati an ku tahan.

Meski kau tidak pernah menyampaikannya, tapi aku tau, kau menyimpan rindu jauh di dalam hatimu yang kau tahan untuk mewujudkan keinginanku. Aku tau meski tak kau pelihatkan, rasa bahagiamu saat aku kembali. dan rasa khawatirmu yang kau benamkan dengan rapi saat aku harus kembali pergi. Hanya uluran tangan tanda perpisahan yang mampu kita ucapkan bedua. Yang mewakili semua pesan di hati kita.

***

Hya...apa kabar Ayah??? Sekarang sudah jam tidurmu. Adakah aku dalam ingatanmu sebelum kau pejamkan mata??? Semoga ingatan itu meghadirkan kebahagiaan bukan rasa rindu yang membuatmu muram. Semoga langkahku kuat di sini untuk menjadi yang terbaik bagimu. Semoga doa-doamu membantu ku di sini. Tuhan, jaga beliau di sana. Ku percayakan ayah pada-MU.

Pesan

Sebenarnya bisa di bicarakan, bisa diungkapkan, tapi kamu tetap memilih diam, menyimpan. Karena memang itu lah sebaiknya menurutmu. Kamu menulis banyak tentang dia, kamu memenuhi waktu dengan memikirkannya, kamu lama terpejam hanya sekedar merasakan potong-potongan waktumu saat bersamanya dan terpaksa menahan perihnya rindu atau perihnya rasa sakit yang kamu simpan. Kamu menahan semua rasa yang tidak mengenakan itu karena itu lah yang sebaiknya kamu tanggung daripaa menanggung hal yang belum kamu ketahui akan seperti apa jadinya setelah kamu bicarakan. Hingga nanti, kalau memang hal itu seharusnya terucap, dia akan terucap, akan tersampaikan, sekalipun hanya lewat desau angin atau rintik hujan.

Telah ku bayar

Waktu itu aku ingin mengejarmu, berdiri (lagi) di sampingmu. Tapi bukan untuk mengucapkan terima kasih,atau selamat tinggal, atau mungkin memaki, tapi maaf, maaf tidak dapat membuat mu tetap mencinta dan menyayangiku. Membuatmu lelah dengan perasaan bersalah, membuatmu lelah karena harus mengambil keputusan yang menurut kebanyakan orang menyakitiku. Yah, itu salah ku.

Lama bersama, setiap hari bertemu, dan terlalu banyak yang kita bicarakan, yang kita lakukan, membuat ku tidak lagi menghargai setiap pertemuan itu, setiap yang kita lakukan, menganggap bahwa kau seharusnya begitu, seharusnya begini. Menuntut banyak hal. Menganggap wajar untuk kesalahan-kesalahan yang ku buat. Tidak lagi sensitif dengan apa yang terjadi denganmu. Hari-hari itu seperti mutlak milik ku.

Sebentar berpisah, berkeluh kesah lewat telfon tentang ketidak ada an mu membuat ku sulit begitu dan begini. Terlalu bergantung, dan tidak lagi mengingat apa yang sebenarnya hati aku butuhin dari kamu. Hanya kata rindu, kata rindu berujung kesulitan ku tanpa kamu. Bukan hati ku yang memang benar-benar membutuhkanmu. Saat itu aku menjauh dari hati kecilku karena keegoisan.

Dan...tanpa ada tanda, kamu datang dengan dia. Kamu datang dengan dia yang entah siapa, aku tidak tau. Kamu datang dan menjelaskan semua. Kamu benar-benar merasa bersalah, meminta maaf. Yah, aku liat di matamu rasa bersalah itu. Dan aku sadar, matamu tidak lagi sama seperti kemarin. Gak ada mata yang menyimpan cinta buat aku di situ. 

Aku hanya bisa diam. Seketika pikiran ku membawa ingatan tentang hari-hari kita, membawa semua kenangan kita, percakapan kita dan aku disadarkan tentang sebuah kesalahan. Tidak menghargai setiap hari yang aku lalui denganmu membuat aku harus membayar mahal, harus kehilangan seseorang sepertimu.

Sekalipun saat itu kamu memilih untuk membicarakannya dengan ku, agar aku tidak ada kesalahan lagi. Mungkin setelahnya aku masih sering melakukan kesalahan dan kamu akan banyak adu pendapat di antara kita. Keputusan kamu benar-benar memberi pelajaran berarti buat aku. 

Kamu sudah memberi begitu banyak, dan aku hanya bisa menerima. Hingga membuat hatimu lelah. Biarlah kali ini aku berikan kamu jalan untuk mendapatkan kebahagiaanmu sendiri dengan membiarkan hati aku yang masih sayang kamu, menyayangi dengan hati aku sendiri. Aku terima hati aku yang kamu kembalikan. Semoga di sana, tersimpan hati yang lebih indah dan menetap.



part of a novel

Apa?

Sebuah surat

Apa yang aku lakukan? Yang aku lakukan adalah memutuskan dan memilih. Yang aku lakukan adalah sebuah pergerakan. Mungkin menurutmu ini seperti lembu, seperti kebodohan yang terulang lagi dan lagi. Tapi kamu tidak tau yang aku dapati dari ini semua. Aku belajar dari sini. Aku mengenal, menyentuh, dengan sesuatu yang gak kamu tau. Karena kamu mengenal ku sebagai dia yang selalu salah, selalu datang minta maaf dan kamu menunggu. Kali ini aku tutup yang aku tau, yang aku kenal, yaitu kamu. Kalau nanti, aku tidak tau.

Kadang kalau mendengar cerita atau membaca sebuah cerita tentang patahnya sebuah cinta, aku tmemberi sebuah pengertian kepada yang tersalah, mengapa dia melakukan itu. Karena dimana ada sebab, di situ juga ada akibat. Seperti sebuah hukum yang memang seharusnya diterima. Aku tidak memihak, tapi hanya mencoba mengerti dan bergerak menjadi dua sisi yang mereka alami.

Karena aku pernah menjadi yang menangis, tapi ternyata yang membuat aku menangis, telah menangis lebih banyak daripada aku. Kadang kita sering merasa sebagai yang paling tersakiti, menjadi di posisi yang paling tidak adil. Aku pernah. Tapi seiring waktu, aku memahami dan mengerti itu semua sedang terbelit dan sedang tidak pada tempatnya. Waktu akan membawanya kembali dan rapi.

Bukan karena terlalu memaklumi bahwa kita sesama manusia, dan membuat kesalahan adalah hal yang sangat manusiawi. Tapi karena keinginan kita untuk menjadi yang lebih baik, keinginan untuk belajar, keinginan kita untuk memahami, lebih dan lebih lagi.

Tuesday, January 10, 2012

Ah...sudah lama sekali rasanya tidak bergulat dengan blog ini, dan sekarang sudah 2012. Terakhir nge-blog tahun 2012 malah gak sadar kalau ini sudah tahun yang baru. Terlalu terbawa suasana, mungkin.

Pembukaan 2012 ini saya lewati di pantai bernama Sundak. Tidak ada foto bersama kemeriahan kembang api, karena kamera satu-satu rombongan kami tinggal di tas yang letaknya lumayan jauh dari pinggir pantai, tempat perayaan tahun baru di lakukan. Tidak apa, kami masih menikmati malam pergantian tahun itu.

Ada banyak sekali pesan, pemahaman dan pertemuan yang saya alami di 2011 ini. Dan semoga 2012 ini semkain banyak pemahaman-pemahaman lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup saya jadi lebih baik lagi. Juga dengan pertemuan-pertemuan yang membawa banyak hal baru. 

Saat tepat pukul 00.00 2011 berlalu, saya bingung untuk sekedar berdoa tentang harapan di tahun 2012. Ada sekelumit rasa dan keinginan yang sulit saya ungkapkan, tapi saya yakin Allah tahu yang saya maksud. Dan yang keluar akhirnya (klise) "aku mau tahun ini lebih baik dari tahun kemarin". Yah, karena menurutku, menjadi lebih baik dari waktu ke waktu itu ada hebat. Karena itu tanda bahwa kita benar-beanr tumbuh, tidak hanya menjadi seonggok daging.

Dan selamat menjalani hari-hari di tahun 2012 ini. Semoga kita tumbuh bersama kualitas diri dan hidup yang semakin baik. ^^

Sunday, January 1, 2012

Air Mata

Kita berjalan melewati senja
Menyapa matahari terbit
Kita berjalan melewati musim
Melewati dua musim


Saling menerima
Saling mengerti
Saling mengingatkan


Aku tersedak mengingat kita telah jauh berjalan
Aku tersedak ketika aku melihat air mata ku membeku
Air mata yang menyimpan semua kenangan kita
Air mata yang bercerita tentang rasa kita


Biarkan dan izinkan aku menangis di depanmu
Kau cukup diam saja
Biarkan dan izinkan aku menangis di depanmu
Jangan kau ikuti


Kini meskipun air mata yang ada
Hanya tentang kepedihan
Aku ingin sedikit bahagia
Masih bisa menangis di depanmu


Kini meskipun air mata yang ada
Hanya tentang kerapuhan
Aku ingin sedikit bahagia
Masih bisa melihatmu


Di balik mata yang menangis.

Terima Kasih

Pernah? Berhubungan dengan seseorang, hanya lewat sms, telfon, atau bahkan hanya lewat chat dan jejaring sosial, tapi begitu rutin menanyakan kabar. Berbagi cerita satu sama lain, saling peduli, saling menolong bahkan dalam jarak yang jauh. Tapi dia selalu ada, dan tidak pernah pergi. Walaupun (sekali lagi) kalian berjarak, jauh. Tapi tak pernah ketinggalan berita apapun itu. Itu lah persaudaraan melalui hati yang nyata. 

Atau pernah, kalian satu sama lain saling bermasalah, dan membuat kalian saling berdiam. tapi kalian tetap ingin tau kabarnya, lewat profil facebook, blog, tumblr, twitter, status bbm, atau dari orang yang dekat dengannya. Kalian saling memastikan satu sama lain dia dalam keadaan baik-baik saja. Dan kalian memilih untuk membantu dalam "diam" saat dia dalam kesusahan. Dan sesungguhnya hati kalian gak pernah menginginkan hubungna yang dingin ini, dan seiring waktu, kalian akan menghangat kembali. Demikian ini, persaudaraan yang dilingkari rasa ikhlas.

Dan terima kasih...untuk saudara-saudara aku yang jauh di sana. Terima kasih untuk sekedar bertanya, berbagi, mendengarkan dan "sibuk" membantu di sana. Terima kasih untuk seorang kakak yang selalu memanggil ku "Dek". Meskipun aku bandel, aku suka ngaco, bahkan sering nyakitin hati kakak, tapi gak pernah sekalipun kakak cuekin aku seperti aku yang sering diam ke kakak. Aku selalu terharu kalo ingat hubungan kita.  Terima kasih untuk Ibu, meskipun kita saling diam sekarang, aku berdoa Ibu selalu sehat dan bahagia bersama keluarga di sana. 

Semoga tahun ini menjadikan kita lebih baik lagi. Amin ^^