Sunday, November 6, 2011

Bekal untuk RIndu

Aku masih sangat ingat sejak kapan, yah..sejak aku dapat melihat kedalaman mata itu, sejak saat itu tulisan ini kembali hadir lagi, meski setelah itu hanya patah-patah kata kau berikan, hanya satu dua butir kalimat kau ceritakan, hanya segaris senyum kau berikan. Hei, siapa dirimu ha? berani membuat aku lelah, lelah mencari-cari jawaban mengapa seenaknya saja kau isi bagian hari ku dengan memikirkan mu, dengan segelintir waktu yang kau berikan. Mengapa hanya itu saja yang selalu menguap, berembun, setiap pagi, setiap malam setiap aku terjaga, bahkan dalam pejaman mata pun aku masih dapat merasakan ingin kembali mundur agar ini tak terjadi saja. Lelahnya membuat ku sulit bernafas.

Entahlah bila kapan, entahlah akan kapan, hancurnya  di depan mata, namun aku tau tak akan terjadi harapan yang dengan kurang ajar nya menjelma mengisi hari-hari ku sejak saat itu. Meski baru samar, meski hanya dari mu bukan aku, meski ku patahkan pertahanan yang baru ku mulai untuk mengikutimu, jarak ini perlahan sudah ada, padahal...padahal baru saja ingin mengkonversi menjadi milimeter sudah berubah lagi menjadi kilometer. Begitu jauh. Siapa dirimu hei? Beraninya membuat ku resah dengan jarak?Beraninya membuat jantungku berdegub kencang saat ingin bertemu.

Jangan bertanya tentang untai-untaian cerita yang dapat kau baca, tanya saja pada hatimu sekiranya bisa kau rasakan. Karena aku tak mampu lagi jelaskan ini semua, tak mampu jika kau dapat melihat langsung titik mata air yang mengalir karena kuatnya rasa ini , hanya dapat ku simpan setiap hari saat kau tak melihatku, saat kau tak peduli dan saat kau menjauh seperti saat ini. Tak akan mampu aku menceritakan pada mu. Karena hasrat ini seperti di hempas semesta, yang kemarin mengizinkan kita bertemu meski aku masih bebas menceritakan pada dunia. Bercerita tentang ini adalah pengalaman pertama ku, dapat merasakan sesuatu yang di sebut cinta secepat ini, sekilat ini dan rindu serekat ini.

Ini telah jadi bagian dalam hidupku, biar saja ku ceritakan pada dunia. Yah, aku tak perlu kau tau, meski sejujurnya aku ingin berteriak di depanmu tentang ini, agar kau tau aku menungu beritamu setiap hari, menyenangi pertemuan ku dan dirimu, menyenangi ceritamu, pelit senyummu, dan aku merindumu, tapi sadar ku memenjarakan keinginan ini menjadi tak perlu, aku tak perlu kau balas, dan ini sungguh karena ini hanya ketulusan ku, tak perlu kau jawab semua pertanyaan ini, karena sudah tau kemana muaranya, kemana ujung dari pertemuan itu yaitu melayangnya rasa yang hadir atas izin alam yang mempertemukan kita, atas kebaikan waktu menyediakan tempat untuk kita berbincang sesaat. Dan ku harap cepat perginya, karena terasa berat aku untuk memikul ini sendiri. Meskipun jelas aku masih merasakannya utuh saat ini.

Dimana saja bisa terguncang, dihempas deretan cerita yang belum hadir, bagian dari hidup yang masih bersembunyi, kapan saja badai itu bisa datang, dan aku masih merasakan mu. Masih melihat dalamnya tatapanmu. Bila sudah tak mungkin lagi aku melihatmu, tak mungkin aku melihat garis senyummu, maka, jejak pertemuan kita yang telah ku abadikan lewat tulisan ini akan menjadi obat setiap detail rindu yang hadir. Karena hanya ini rekaman pertemuan kita. Dan tanah dimana kita pernah berpijak bersama akan menjadi saksi yang membawa semilir penyejuk rindu yang mungkin akan memanas suatu saat nanti.

Satu dari catatan tentang kehadiranmu

Note from facebook  on Tuesday, September 27, 2011 at 9:21pm

No comments:

Post a Comment