Monday, February 28, 2011

Musim

Hari ini sejuk sekali di Cengkareng. Mau berbuat apapun terasa nyaman, kalau diladeni maka akan ditemani rasa kantuk luar biasa, inginnya menarik selimut tidur atau menikmati film-film box office di kamar yang nyaman, ditemani secangkir teh hangat dan sederet cemilat yang menambah keistimewaan hari yang sejuk ini. Belum lagi kalau bersama sahabat-sahabat, sambil bercerita yang sudah dilalui selama tidak bertemu. Manis dibayangkan, tapi bukan berarti yang nyata ini pun tidak asik. Bangun pagi tadi aku mendapati sedang tidur dengan posisi meringkuk, baru pertama kali ini terjadi selama aku tinggal di Cengkareng. Udara pun tercium basah. Bukannya ingin mandi, aku malah sibuk membuat sarapan, udara dingin membuat perut selalu lapar. Sambil mengunyah sereal yang kau buat sendiri, aku membaca timeline di twitter, beberapa posting dari daftar temanku mengatakan sedang merasakan dingin, ada yang di Sumatra dan daerah Jawa lainnya. Wow. ternyata dingin tidak hanya di sini saja. Yah, mudahan semuanya juga merasakan, sejuk sekejap di kota penuh polusi. Entahlah ini sekejap atau akan berlangsung lama, tapi yang pasti perubahan ini  terasa ekstrim. Tumbuhan di luar pasti bingung, "ini musim apa?" "aku belum siap jiak harus berbuah.". Tumbuhan tumbuh juga berdasarkan  musim. Seperti saat musim kemarau, mangga menjadi buah yang mudah di dapatkan karena mangga sebagai penyedia vitamin C agar daya tahan tubuh tidak menuruh (begitu kata dosenku). Masih dari cerita dosen ku, kalau musin tidak jelas gini, mangga jadi bingung, mau berbuah kapan?

See, sekarang aku jadi tidak tahu, initepatnya musim apa. Tidak seperti waktu aku kecil, yang tinggal di sebuah kabupaten yang ramah, Saat bulan berjung "ber"(september, oktober, november, desember) datang kami sibuk menampung air kalau hujan turun, ada yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan cadangan musim kemarau, Yah, kami memenuhi kebutuhan air dengan sistem tadah hujan. Tapi sekarang? Aku bahkan lupa bulan ini seharusnya musim apa. Atau mungkin akan bertambah jenis musin di Negri ini. 

Memang tidak bisa diperbaiki dengan seketika. Tapi bisa kan tidak menamabah kekacauan??? (wish)

Kantong Plastik

Minggu kemarin aku belanja beberapa roti dan cake di salah satu toko roti di mall. Kemasan yang dibuat setelah dari kasir sangat menarik, satu roti di kemas dengan 1 bungkus plastik,  sedangkan yang cake dimasukan ke kotak. Lalu setelah semua roti dan cake dikemas, dasatukan dalam satu kantong plastik. Rapih. Tapi dibalik rapi itu, ada usaha kerasa lingkungan yang secara alami akan menguraikan itu semua. Belum lagi nilai estetika yang berkurang kalau plastik-plastik dan kotak-kotak itu mendarat begitu saja di lingkungan, bukan ditempatnya. Ditambah lagi bau yang ditimbulkan jika sudah bercampur dengan sampah-sampah lain. Perjalanan yang panjang. BUkan hanya dari proses produksi yang memanfaatkan hasil alam tapi juga proses setelah tidak lagi berguna. Wow.

Aku mendiskusikannya dengan seorang sahabat, sambil menikmati roti di sore hari. "Kalo di luar negri plastik-plastik ini dijual loh, jadi kalo bawa tas sendiri gal perlu bayar plastik lagi" katanya sambil memegang kotak cake yang sangat tebal dan hmm, terlihat bagus.
"Kalo gitu kenapa gak dijual aja semua plastik yah? Kan selama ini harga plastik yang disediain penjual itu kita yang tanggung, harga plastik dimasukan ke harga jual  barang-barang yang kita beli. Coba dipisahkan dan konsumen dikasih pilihan untuk memilih menggunakan plastik atau gak. Jadi biaya yang harus dia bayar termasuk biaya produksi, keuntungan bagi produsen serta biaya penguraian. Nah, dengan gitu kan pembeli juga mikir, soalny ini masalah uang, kalo uang orang pasti peduli. Jadi pada mikir deh tu mau seenaknya gunain plastik"

Nah lo!? Pembicaraan sore yang mungkin sudah menjadi pemikiran orang hebat terdahulu atau sedang menjadi program pemerintah, salah satu pusat perbelanjaan atau penjual-penjual yang lain (Amin), suah berlangsung. Dan aku jadu mikir sendiri, "memangnya susah yah memberlakukan hal tersebut?". Oh...aku tau, hal tersebut akan merugikan produsen plastik. Ah, tidak juga, ada ribuan plastik juga yang akan tetap digunakan, memangnya makanan yang dikemas dengan plastik diproduksi oleh produsen kain? Plastik juga kan? Aku rasa perusahaan itu tidak akan gulung tikar. Bahkan mungkin bisa menjadi kreatif dengan memanfaatkan sampah sebagai wadah plastik untuk pembeli.

Menarik. Kreatif. Namun masih sebagai wacana. Sampai kapan yah?

Saturday, February 26, 2011

just tell and write in the mid night (I guess)

I just finished watching  mean girlrs 2's and it makes me excited to go back to high school, enjoyed a once-adolescence. But I know it's just a wish now that I'm wearing free clothes for learning, ouch , I am at campus. Yeah, I just wanted to say that the movie  was a teenager. Although I had growing up (by age), I still liked the movie.
But I also wanted to write about a time when one feels down and fails because something happened does not match with they want. Like losing the race, not win for a copetition and the last and the most frequently experienced by a teen including me is left behind a girlfriend or boyfriend.
This afternoon I listened to my best friend told me that he had been broke up by his girlfriend a week ago. I just smiled, I knew he was very sad, but I also know, time will heal it. And accept what has happened is the best choice. Ikhlas. 

image from catatan-linggapermesti.blogspot.com

There is no other way to resolve problems left by a girlfriend but to accept it all. Because what everyone is thinking differently. We never really know the contents of one's mind, even though the nearest person. Because it is stored within oneself, not be seen.

Maybe you could get angry because your boy(or)girlfriend left you for granted, without any reason or for another boy or girl. But you also have to remember, he had no reason to do things that you already think is evil. He was a good girl/boy who you choose to live with you, he just has to have a reason that can not be said to you why he/she should leave you. Accept it. Cause so much for our happy ending.

Today I also heard the story, which makes getting to feel grateful for my life. There is still a familly who is still thought about what's going to eat today. While I can choose the foods that I want. But I really know, that God is most fair. And we are taught to share, because it will not run out if we share our wealth with sincerity and with good cause.

image from google

I also see a real stiry of creative thinking while they are in economic difficulty. They are sincere and patient will be given God's way in order to survive in the streets of the beautiful.

 


Today I learned to listen to someone because hearing is sign of care and not look down on someone. Today I also learned about the consistent. Every day is a lesson. We must be wise to understand, digest and try for practice it.
 image from bloomingedelweiss.blogspot.com



Thursday, February 24, 2011

Hari Spesial yang semakin berkurang

Hari apa ini? Kamis, dan aku izin dari kantor tempat aku magang untuk bimbingan dengan dosen hari jum'atnya. Perjalanan menggunakan motor dari kawasan Bandara Soekarno-Hatta sangat melelahkan. Belum lagi tak terhitung jumlah partikel debu yang aku hirup selama perjalanan yang memakan waktu 3 jam. Tapi...hahahahaha hari ini hari lahirnya sahabat aku, 21 Tahun silam. Waw, sudah cukup tua kau Bro!!! Segeralah kau susun rencana hidupmu, pindah dari zona nyamanmu, dan lihat dunia fana yang busuk ini lebih luas lagi. Masih banyak kebesaran Alloh di dunia, manusianya saja banyak yang bikin mual. Semoga kita tidak di dalamnya. Amin.
 Tak ada perayaan, karena memang tidak perlu. Tidak ada ucapan bersama terompet, bahkan tidak ada kado. Tapi ku berikan kau sesuatu yang spesial di sini. Kau orang pertama yang ku tulis di blog ini dan ku masukan foto di dalamnya (tapi apa pentingnya yah?memangnya aku orang terkenal? Ya sudahlah, kau anggap saja ini istimewa. Ini kado ku Saputra...)
 
Namanya Saputra tidak ada nama lain. Hanya Saputra. Hubungan aku dan dia diawali dengan banyak cek cok. Mual sekali melihat tingkahnya dulu. Sok cool ku bilang. Di kasih tau ini diam, di kasih tau itu diam. Ditanyapun diam, yang kuinginkan saat dia menyebalkan adalah menghantamkan kepalanya di dinding sekolah, biar kesakitan dia. Tapi selalu saja ada alasan untuk bertemu, berbincang dan bertanya dengannya. Yah karena dia sering menjadi yang paling mengerti sendiri untuk beberapa mata pelajaran di sekolah. Malu-malu pun aku akan bertanya, yang penting aku tau. Walau jawabannya sering menyebalkan, cara dari guru sering sekali dirubah-rubahnya, sudah macam penemu saja gayanya.

Teman-teman yang lain jadi sering meledek "cinta itu sering diawali dengan pertengkaran" ah, begitulah kira-kira. Tapi persahabatan ini terlalu berharga untuk dibawa ke hubungan percintaan yang tidak jelas itu. Tidak ada ikatan. Sayang seklai kehilangan sahabat yang mau mengantarkan aku kemana-mana, tanpa merasa susah (semoga, aku berdoa), sahabat yang selalu peduli dan mau mendengar apapun ucapanku, meski hanya cerewetan sepanjang waktu. Seiring kebersamaan dan perbincangan demi perbincangan permusuhan itu berganti saling berbagi dan sampai sekarang rasa saling peduli tak pernah habis. Aku sangat senang pernah mengenal kau dan kebaikan kau.

Sekarang sudah hampir jam 00.00, mungkin kau kira aku tidak akan mengucapkan selamat untuk hari lahir mu. Yah, boleh saja kau merasa seperti itu. Tapi setelah membaca blog ini, kau boleh memberi kado balasan yang lebih indah berwujud langsung dan dapat ku makan atau kugunakan. Hahahahaha. 

Selain tulisan ini, aku pun berdoa agar semakin baik hidupmu, rencana-rencana besarmu terwujud, dan bertemu jodoh yang solehah pula. Wanita solehah itu perhiasan dunia paling indah Bro. Semakin tua kau, semakin berkurang waktu kita bisa bersama. Semoga disisa waktu ini kita bisa melakukan hal-hal yang lebih baik lagi. Tidak cuma berjala-jalan demi kesenangan dan berkumpul, bercerita lalu tertawa. I believe you can. Orang lain aja percaya, kenapa kau tidak?

Pesan ku, saat kau akan memilih untuk melakukan sesuatu, cukup fokus pada hal baik, buang jauh-jauh pikiran burukmu. Kemungkinan terburuk itu untuk membentuk rencana B, C, dan D serta rencana cadangan lainnya. Bukan untuk dipikirkan.

Dan akhirnya, selamat menjalani hari baru diusia 21 tahu. Temui ibumu nanti, cium tangannya, ucapkan terima kasih telah menjadikan kau seperti ini dan membuat kau bertemu sahabat seperti aku. Temui Bapakmu, cium tangannya, ucapkan terima kasih untuk tiap keringatnya, temui kakak abangmu, ucapkan terima kasih untuk setiap rasa peduli. Temui aku nanti, bawakan makanan. :)
 foto ini diambil oleh sahabtku Aci secara diam-diam saat kami di candi Muaro Jambi.


Wednesday, February 23, 2011

Konsisten

Meski kecil...tidak penting..namun konsistensi...itu lebih penting dibanding hebat
Lagi-lagi tulisan Tere-Liye memberi ku inspirasi. Pikirannya benar-benar luas dan unik. Aku jadi teringat satu kalimat hebat lainnya, sayang aku lupa sumber kalimat itu. Kalimat itu adalah "luas pikiran seseorang bisa melebihi luas dunia ini". Dalam sebuah pikiran kita bisa menjadi apa saja, memiliki apa saja bahkan bisa merasakan tempat yang belum dikunjungi sebelumnya. Demikian Alloh melimpahkan nikmat kepada manusia, yang membutuhkan kebijaksaan dalam menggunakannya. Dengan pikiran banyak kehebatan tercipta, robon, kapal selam elektrik, bom bahkan suatu sikap berontak yang ekstrim, yaitu terorisme. Semua itu bersumber dari sebuh pikiran. What a thing. Tapi kok jadi bahas tentang pikiran? Gara-gara Tere-Liye ni...

Kalimat pertama yang aku ambil dari blog Tere-Liye di atas kembali meneguhkan aku untuk tetap berkomitmen pada hal kecil dan secara konsisten menjalankannya. Terkadang untuk sebuah program (kali ini aku mengambil contoh program disebuah ubur-ubur(aku menyebut perusahaan ubur-ubur) atau organisasi) sering kali ada program yang tidak begitu dipedulikan, karena kapasitasnya yang tidak seberapa dan kecil dampak positif atau nama baik yang diberikan. Lebih konsen untuk hal besar yang memberi dampak hebat juga.

Tidak sedikit hal besar lahir dari hal kecil. Dimana-mana juga kecil duluan kan. Manusia juga tumbuh kecil dulu. Filosofi hidup sederhana yang sering dilupakan. Dengan keteguhan hati, dengan komitmen yang tiinggi dan konsistensi terhadap sesuatu yang kecil dan bahkan terlihat tidak penting, dapat membentuk suatu karakter kuat yang sulit terpecahkan. Dapat melahirkan ide-ide hebat yang mencengangkan. Apa penitngnya hebat jika hanya sebentar. Cring, sekejap mata kemudia hilang. Namun dengan konsistensi, pelan-pelan sesuatu itu akan merambat naik, melewati dasae demi dasar yang membuat semakin kuat. 

Dan hal kecil pun dapat berubah menjadi besar dan yang tidak penting dengan bangganya dapat menjelma menjadi penting. Inilah bukti bahwa sebuah proses itu penting daripada pencapaian itu sendiri.

Waktu-Penyu

Berbicara soal waktu sering kali kita mendahulukan yang tidak penting, padahal yang telah menunggu mempertaruhkan hidupnya.
Mau contoh? Okey, akan aku berikan.
Aku sedang magang disebuh perusahaan pada bagian pelestarian lingkungan (sebagian keuntungan dari perusahaan memang harus diberikan untuk lingkungan dan masyarakat, baik bukan? Tapi jangan terlalu percaya ini murni). Oke, kita lanjut. Aku diminta untuk mempelajari program tentang pelestarian penyu. Dan semua seelsai, ada kesalahan dalam manajemen pada program mereka. Untuk memperbaikinya mudah saja, cukup untuk benahi manajemenny dengan konsep yang. Masalah uang bukan masalah. Aku sudha menemukan jalan untuk itu, sesuai urutan kerja yang sudah didisukusikan. Oya, awalnya aku diminta untuk menganalisa selama satu minggu saja, dan ternyata aku harus menunggu hingga satu bulan untuk mempresentasikan yang sudah aku buat. Dan sekarang, saat jalannya tinggal sedikit lagi, bahkan banyak pihak yang sudah bersedia membantu, aku harus menunggu lagi, padahal waktu magangku hanya tinggal satu bulan lagi. 
Dari hasil menguping sana-sini aku tau bahwa mereka sedang sibuk mengurusi acara ulang tahun, penagihan dan berbagai hal yang berhubungan dengan nama baik dan uang. Juga ada fokus kepada kegiatan lain namun juga masuk daftar waiting list. Kabar baiknya, untuk program-program waiting list ada pihak outsourching yang mengerjakannya. 
Dan apa kabar tentang penyu itu? Mereka masih saja ditangkarkand engan cara yang tidak sepenuhnya benar, mungkin sebagian dari penyu-penyu malang itu ada yang mati sia-sia. Sangat disayangkan, jumlah hewan langka itu akan semakiin berkurang, jika punah, jumlah yang mati sia-sia itu tidak mampu menyelamati spesiesnya. Coba saja diurus secepatnya dengan kebijaksaan cara. Dan jangan pernah berbicara soal tidak ada waktu karena kita semua punya jumlah waktu yang sama, 24 jam.
Kasihan, penyu itu masih menunggu sekarang. Bersabarlah kau penyu. Mereka masih ada urusan lebih penting disini untuk hidup mereka sendiri. Mungkin kau tidak terlalu penting bagi mereka penyu, pada akhirnya aku berharap aku punya hak disini untuk mengurusi mu. Bersabarlah.
"aku baru saja menginformasikan tentang penangkaranmu, tapi masih mendapat jawaban 'nanti' " Memang harus bersabar.


Tunangan

Akibat dari tidak ada kerjaan ditempat magang, jadi membebaskan pikiran untuk mengkahayal, dan jadilah karya ini dalam dua jam. enjoy....
Hari pertama menjadi mahasiswi magang satu-satunya dari universitas tempat Virsya kuliah dan sebagai satu-satunya mahasiswa magang yang ada di salah satu bagian dari salah satu kantor pusat BUMN yang termasuk deretan perusahaan besar, tidak membuat Virsya merasa tidak nyaman, justru sebaliknya. Pembimbing lapangnya sangat ramah, meskipun pendiam dan bersedia memperkenalkan Visrsay kepada semua karyawan yang ada di tempat Virsya akan magang dua bulan ke depan.
Virsya merupakan mahasiswi Diploma yang wajib melakukan Praktek Kerja Lapang sebagai syarat kelulusan, yang nantinya akan di tuangkan ke dalam sebuah laporan akhir, lalu diseminarkan dan disidang. Setelah melewati rangkai prose di semester akhir ini dengan baik, maka Virsya dapat dinyatakan lulu dengan gelar Ahli Madia. Meskipun hanya mahasiswa D3, Virsya tidak pernah minder atau merasa rendah di antara teman-temannya yang kebanyakan S1 dan di tempat dia magang. Karena menurutnya, kemampuan berpikir juga harus diimbangin dengan skill, dan kami mahasiswa D3 menguasai keduanya secara seimbang. Jadi bagi perusahaan yang akan menggunakan jasa kami tak perlu meraguakan kemampuan kami dalam penerapannya.
Hari kedua magang Virsya datang dengan seragam orang kantoran, yang rapi, menggunakan blazer dan rambutnya di cepol cantik dengan pita sebagai hiasan serta make up tipis yang membuatnya tampak lebih manis. Virsya memang menginginkan perkerjaan seperti di tempat dia magang. Alasannya, karena fasilitasny yang menyenangkan serta unit yang Virsya pilih merupakan unit yang sering melakukan perjalanan ke luar kota. “with good facility and often to go thers city”, demikian jawaban Virsya saat di Tanya seorang guru les baha Inggrisnya saat di minta mendeskripsikan tempat kerja yang diinginkan.
Virsya dikenalkan kepada senior manajer unit di tempat dia magang. Virsya menjelaskan dengan lancer dan sangat lengkap dengan suara cemprengnya mengenai judul yang dia ambil, apa yang dia inignkan dan apa yang bisa dia berikan kepada perusahaan ini. senior manajer tidak langsung terkesan dengan apa yang Virsya sampaikan, meskipun Virsya mgnutip beberapa pendapat orang-orang hebat dalam penjelasannya. Menurut senior manajer yang sudah cukup tua tersebut, harus ad aide kreatif dari Virsya untuk membuktikan apa yang dia kuasai tentang judul yang dia ambil. Corporate Social responsibility is about how companies manage the business process ti produce an averall positive impact on society (Johnson and Johnson, 2006)
Virsya manyun di depan meja kerjanya yang baru lengkap dengan fasilits laptop dan sajian segelas air putih. Sebagai mahasiswa magang Virsya juga menikmati beberapa fasilitas. “sudah jelas-jelas pelestarian itu untuk mempertahankan suatu sumber daya alam agar tetap ada, malah di suruh cari lagi konsep yang lain. Sudah jelas pendanaan bagi pelestarian lingkungan itu harus bersifat terus menerus, kalau enggak gimana pelestarian mau berjalan terus, malah disuruh cari cara lain” gumamnya dalam hati.karena di beri waktu tiga hari untuk menyempurnakan program kerja yang belum selesai dilakukan, Virya menghabiskan hari kedua dengan memanfaatkan fasilitas internet yang ada. Dengan mendownload 100 lagu sekaligus. Tepat pukul 6, Virsa keluar ruangan. Karena pintu ruangan hanya bisa dibuka oleh karyawana tetap, jadi saat Virsya pamit pulang, pembimbing lapangnya menghantarkan Virsya hingga ke luar ruangan.
Terima kasih ya Pak. Maaf merepotkan” Virsya tersenyum malu-malu. Ada rasa yang aneh di dalam hatinya.
Sama-sama Virsya. Hati-hati di jalan. Dan selamat mendengarkan lagu-lagu barunya yah” Pak Pri langsung berlalu meninggalkan wajah bengong Virsya sambil tersenyum jahil.
“Ketauan lagi..” gerutu Virsya pelan.
Keesokan harinya Virsya tampil lebih modis dengan dress ungu berkerah dan menggunakan outerwear abu-abu. Tubuhnya yang terbilang tinggi menjadi lebih enak dilihat dengan paduan sepatu hak tinggi hijau lumut dan tas model vintage berwarna hitam. Hari ini Virsya bertekad akan benar-benar kerja. Dia sudah cukup malu dengan sindiran kecil Pak Pri sebagai pembimbing lapangnya.
Setelah membaca berbagai referensi dari internet dan buku serta menghubungkannya dengan materi ilmu dan penerapan yang sudah didapatkannya di bangku kuliah. Virsya berhasil membuat program kerja baru untuk memperbaharuai program yang telah berjalan agar lebih maksimal. Virsya berulang kali membaca hasil tulisannya dan mempraktekan presentasi yang akan dia lakukan. “tugas gini aja di kasih waktu lama banget, cemeeen” gumamnya saat merasa semua sudah dikuasainya dengan maksimal, termasuk tambahan-tambahan program kreatif lainnya.
Virsya melirik kanan kiri depan belakang, melihat karyawan lain yang masih sibuk dengan kerjaan masng-masing. Menja Pak Pri yang tepat berada di sebelah kiri belakang Virsya, melihat Pak Pri yang sibuk bekerja dengan muka dinignnya dan keningnya berkerut, Virsya terssenyum kecil. “Lucu juga” gumamnya. Virsya merapikan mejanya dan kembali melirik ke Pak Pri. “Muda-muda serius kerja banget sih” komentar keduanya saat melihat Pak Pri masih sibuk bekerja.
Rekan kerja Pak Pri yang duduk tepat dibelakang meja Virsya memperhatikan Virsya yang sedang mmeperhatikan Pak Pri.
“Bro, tadi mahasiswa magang itu ngeliatin lo terus. Naksir kayaknya. Sikat aja, lo kan masih muda. Dia juga udah tingkat akhir, cantik, pinter lagi”
Pak Pri yang pada dasarnya pendiam, hanya tersenyum kecil menanggapi celotehan rekan kerjanya. Pak Pri memang masih single dan masih terbilang muda. Wajahnya yang putih bersih bersanding dengan tubuhnya yang tinggi seerta penampilannya yang selalu rapih menyimpulkan suatu pendapat pasti: ganteng. Itu kesan pertama Virsya saat bertemu Pak Pri. Walaupun Virsya tau Pak Pri masih muda muda, Virsya tetap professional memanggilnya dengan sebutan “bapak” selam di kantor.
Enam minggu berlalu. Apa yang dikerjakan Virsya memuaskan senior manager unit tempat Virsya magag. Ide-ide kreatifnya membantu unutk program kerja selanjutnya. Hobby membacanya dan pergaulannya yang luas membuat Virsya mendapat pengetahuan-pengetahuan baru yang dapat diaplikasinya untuk berbagai ide kreatif. Virysa di tawarkan untuk melanjutkan kerja magangnya selama enam bulan ke depan lagi setelah dia dinyatakan lulus, jika terus memberikan kontribusi yang baik maka Virsya akan diangkat jadi karyawan tetap. Virsya sangat bahagia mendengar keputusan dari senio mahager. Selain mimpinya yang dapat menjadi kenyataan, setiap hari dia bisa melihat wajah Pak Pri yang sibuk bekerja Dua minggu selanjutnya hanya diisi Virsya dengan menulis laporan akhir dan melengkapi data-data yang dia butuhkan.
“Gila broo, setiap hari dia ngeliatin elo…apa lagi kalo bukan suka. Tinggal seminggu lagi dia di sini. Gerak dong lo, ntar nyesel lagi lo” Pak Fardi kembali menyemangati Pak Pri.
“Iya sih, dua minggu ini gue sadar dia ngeliatin gue. Gue sengaja naro cermin di meja gue.” Pak Pri menanggapi dengan wajah kaku.
“Baru ngomongin aja lo udah grogi bro. pantes lo jomblo bertahun-tahun. Udah besok lo ajak dia makan siang bareng”
Pak Pri hanya tersenyum kecut.
Pak Pri masih belum berani untuk mengajak Virsya makan siang, hingga dua hari terakhir Virsya menyelesaikan Praktek Kerja Lapangnya. Saat Virsya sedang sibuk merapikan mejanya. Sudah jam makan siang.
“Mau makan siang Vir”
“Iya Pak”
“Mau bareng saya?”
“Bo..leh Pak.”
“Bapak…makasih yah sudah membantu saya selama praktek kerja lapang ini” Virsya membuka obrolan.
Pak Pri hanya tersenyum.
“Bapak sudah tau gak? Kalau saya di tawarkan untuk kembali kerja magang setelah saya lulus nanti. Kalau kerja saya bagus, nanti saya bisa jadi pegawai tetap Pak. Jadi ini bukan perpisahan kita Pak. Hehehhehehhe” Virsya melanjutkan celotehannya dengan santai sambil mengunyah gado-gado pesanannya.
Tanpa sadar kalimat Virsya barusan membuat Pak Pri bertambah grogi dan wajahnya terlihat tegang. Kita? Seakan-akan jika memang berpisaha, Virsya akan sangat sedih. Dalama hati Pak Pri tersenyum. Virsya yang merasa tidak nyaman dengan keheningan dan sulit memaklumi sikap pendiam Pak Pri saat makan siang ini  dengan suasan yang santai, menoleh menatap wajah Pak Pri.
“Bapak sakit?” Tanya Virsya seketika saat melihat wajah tegang Pak Pri.
“Haa….Ah…enggak kok”
“wajahnya pucat gitu. Saya pesanin teh manis anget yah? Mau pak?”
“gak,gak usah Viir.
Makan siang itu berakhir dengan wajah penuh tanda tanya Virsya dan wajah tegang Pak Pri. Pak Pri kembali bekerja dengan tidak konsertasi dan Virsya yang merasa wajah tegang Pak Pri tanpak lebih lucu terus-terusan mtersenyum mengingat kejadi makan siang tadi. Pak Fardi yang memperhatikan senyuman Virsya usai makan siang mengartikan lain. Virsya sedang berbunga-bunga.
“senyum-senyum terus ni Vir. Ada apaanni tadi siang?”
“abis makan siang sama Pak Pri Pak”
Jawaban Virsya yang apa adany kembali menegangkan wajah Pak Pri yang sudah berusaha rileks.
Saat makan siang di hari terakhir, Virsya memanfaatkannya untuk mengucapkan terima kasih kepada semua karyawan yang sedang berkumpul di kantin. Hari ini dia berencana pulang cepat karena ingin mengepak barang bawaannya kembali ke Bogor tempat tinggalnya. Selama di tanggerang, Virsya tinggal di kostan.
Saat Virsya menyalami Pak Pri dan memberi ucapan terima kasih, untuk kesekian kalinya, Pak Fardi berdehem yang membuat karyawan lain menangkap ada sesuatu diantara mereka berdua.
“oh, jadi Virsya nih yang bisa meluluhkan hati Pak Pri?”ceplos salah satu karyawan wanita Wajah Virsya memereah seketika, Pak Pri seperti biasa kembali menegang layaknya orang sakit.
“Padahal kan katanya Pak Pri mau melamar Gita ni” timpal Bu Eli secara sembarang membuat Bu Gita langsung mencubit geram Bu Eli. Karena sesungguhnya Bu GIta pun merasa cemburu dengan yang terjadi di hadapannya.
“Wah nanti kalau saya melamar Gita, Virsya bisa-bisa kecewa” balas Pak Pri mencoba rileks dan mencairkan hatinya dengan candaan yang malah terdengar memaksa. Sebagian membelalak, kecuali Bu Gita, yang terpaksa pura-pura senang, padahal dalam hati merasa sangat cemburu.
“Ah Bapak bisa aja. Gak lah Pak, lagian saya juga mau ngundang Bapak Ibu semua disini untuk hadir keacar tunangan saya sabtu besok. pada datang yahhh”
GLEK!!!

Tuesday, February 22, 2011

Hemat Tisu

Baru keluar dari toilet langsung kepikiran untuk nulis tentang tisu

Toilet kantor tempat aku magang terbilang mewah dan bersih dengan fasilitas lengkap. Salah satu fasilitas yang ada adalah tisu, yaitu tisu toilet dan tisu lap tangan. Namun aku sedikit terpesona dengan tingkah ibu-ibu yang tadi juga bersama aku di toilet. Bukan karena kecantikannya, tapi cara dia memanfaatkan tisu Hanya untuk mengeringkan tangan saja, ibu-ibu itu ngambil tisyu ukuran kurang lebih 20x20cm dua kali. Belum lagi untuk mengeringkan muka, dan kakinya juga, dan kalau di total bisa 10 kali. Dan sebelum buang air kecil, juga mengambil tisu tiga kali untuk melapisi tempat duduk toilet. Ckckckckckck. Aku yang sengaja hemat tisu dari sejak ngekost dan belajar tentang proses pembatanya, selain untuk menghemat uang juga untuk melatih tindakan ramah lingkungan, meskipun tidak maksimal, tapi aku hanya menggunakan bila perlu. Bahkan kalau bisa di pakai lagi, aku taro tisu itu di tempat lain dulu. Yang pasti dugunakan untuk membersihkan sesuatu, kalau untuk kulit dan muka yah hanya sekali pakai.

Sadar atau enggak kadang kita terlalu berlibihan dalam menggunakan tisu. Saat flu adalah saat pemborosan tisu. Atau dalam perjalanan, tisu memang alat pembersih paling cepat. Tanpa sadar perbuatan itu tidak ramah terhadap lingkungan. Tiyu sama seperti kertas, berasal dari tumbuhan. Belum lagi sampahnya yang mencemari lingkungan dan merusak estetika. Walaupun tisu berasal dari bahan organik, tidak berarti bisa seenaknya saja dibuang ke alam, karena tetap membutuhkan penguraian dalam prosesnya bergabung kembali dengan alam.
Bijaksana dalam menggunakan sesuatu yaitu menggunakan secukupnya dan tidak menimbulkan persakan. Okey, mungkin kita gak bisa berbuat sangat konsevatif, tapi setidak di sela-sela kehidupan modern ini yang tidak berpihak pada lingkungan, kita dapat memilih mana yang sangat diperlukan, diperlukan dan tidak diperlukan, sehingga tidak ada yang mubazir. So..gunakanlah tisu seperlunya karena sesuatu yang diambil, digunakan berlebihan akan mendatangkan kerugian lain.

Sunday, February 20, 2011

Pertambangan, Hutan dan Jurusanku

Selamat Pagi...(sapaan yang tepat karena aku menulis ini pagi hari di ruanga Corporate Secretarys and Communication Seceretary Garuda Indonesia, Managemnt Building.
Aku ingin menulis dengan judul di atas sejak hari minggu dini hari saat aku menamatkan buku seri ke-4 Serial Anak-Anak Mamak, Eliana, by Tere-Liye. Ada cerita tentang pertambangan di novel ini yang sangat menginspirasi.

Sebelum aku belajar di Teknik dan Manajemen Lingkungan Program Diploma, IPB, aku sangat awam tentang Lingkungan secara menyeluruh dan khusus, yang aku tau hanya istilah Global Warming tanpa tau sejarahnya, akibat sebabnya, aku tau bahwa tidak boleh menebang hutan sembarangn karena akan meningkatkan polusi, erosi dan dapat mengakibatkan banjir dan hal-hal umum lainnya yang aku dapat dari berita, media cetak serta seminar-seminar yang pernah aku ikuti. 

Tetapi setelah aku mengikuti perkuliahan, aku jadi berpikir, mengapa pertambangan harus ada? sedangkan sudah sangat jelas itu merusak. Bukannya sangat indah bila kita hidup berdampingan dengan alam, hutan yag lebat, alam yang indah, gemercik air sebagai simfoni alam, serta kekayaan alam lainnya yang dapat mmenuhi kebutuhan setiap manusia. Tetapi itu semua bisa terbantahkan dengan alasan kemajuan negri ini. Dengan adanya pertambangan yang menyerap ribuan tenaga kerja, menghasilkan triliyunan rupiah atau mungkin lebih, kita dapat terus-menerus berusaha memajukan negri ini. Toh, memang Sumber Daya Alam itu tesedia, sangat sayang jika tidak dimanfaatkan. Entahlah, aku mendengar ini dari siapa, atau mengapa aku bisa menyimpulkan ini, yang pasti selama kuliah aku berkali-kali merubah pikiran ku, bertanya-tanya, dan sampai sekarang pun tidak terjawab.

Saat aku mengetahui bahwa teranyata banyak usaha pertamangan serta kebun kelapa sawit yang pemiliknya adalah orang asing, bukan asli Indonesia dan hasil tambang itu sendiri di ekspor ke luar negri. Rakyat Indonesia hanya menjadi tenaga kerja buruh, paling tinggi juga direktur (mungkin ini tidak benar, tapi ini yang ku dengar dan ku tau dari beberapa perusahaan). Lalu Indonesia? mendapat keuntungan, devisa dan lain-lain lah (sepenuhnya aku tidak mengerti distribusi keuntungan itu). Negara yang menerima memafaatkan hasil tambang itu untuk kemajuan negrinya dan Indonesia memanfaatkan keuntungan itu untuk kemajuan negrinya. Rakyatnya? masih saja sama, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin. Bahkan ada negara asing yang sengaja membeli hasil minyak dari Indonesia hanya sebagai bahan cadangan jika suatu saat negara tersebut kekurangan bahan bakar. Wow!

Berdasarkan yang aku tahu, jika suatu pertambangan akan dibuka dan sumber tambang itu berada di atas lahan garap masyarakat sekitar, atau di dalam hutan, maka pihak tambang akan memusnahkan kebun masyarakat sekitar, akan membakar hutan, akan menebangi pohon-pohon yang ada, agar proses pertambangan berjalan lancar(ya iyalah, kalau masih ada pohon-pohon dan kebun, bagaimana bisa menambang?). Lalu masyarakat sekitarnya jadi berubah atau alih profesi, dari petani menjadi buruh. Buruh? Iya, karena petinggi lainnya diduduki sama orang-orang berpendidikan yang dianggap lebih pintar (anggapan kau saja itu orang tambang!) Yang jadi pertanyaaan? Jelas sudah bahwa Sumber Daya Alam yang dapat di tambang itu tidak akan ada selama-lamanya karena tergolong Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui, lalu ketika proses dan usaha tambang itu selesai, apa kabar rakyat yang telah alih profesi itu?. This is a big question. Lalu aku mendapat jawaban dari pihak tambang "kita melakukan reklamasi(pemulihan lahan yang rusak), reklamasi itu kita lakukan dengan menanami tanaman yang dapat menjadi usaha kembali bagi masyarakat sekitar". Gampang sekali jawaban itu meluncur, yah, memang terdengar gampang, membayangkannya saja sepertinya mudah untuk dilakukan.

Petani adalah pekerja yang disiplin dengan dengan alam. Mereka bekerja sesuai kondisi alam. Tidak seperti buruh atau pekerja di sebuah perusahaan yang disiplin, masuk pagi pulang sore. Petani itidak melakukan itu, mereka bisa pergi siang ahari, sore hari atau bahkan malam hari untuk memusnahkan hama. Perubahan pola hidup saja sudah cukup merugikan mereka. Iming-iming uang membuat mereka terbujuk rayuan penambang itu, lalu menuruti saja dan mengamini pembukaan lahan tambang itu. Lalu lahan mereka dibeli dengan harga yang mungkin cukup tinggi (untuk perusahaan tambang yang sedikit punya hati) atau dengan harga murah (untuk perusahaan tamabng kurang ajar). Pola hidup mereka berubah, uang hasil jual lahan digunaka secara tidak terencana(memang ada perusahaan tambang yang juga menyediakan jasa manajemen keuangan bagi masyarakat yang mereka rugikan agar pengeluaran masyaarakt tersebut terarah, tidak ada ku rasa).

Kehidupan pun berubah, pergi pagi pulang sore. Sebagian yang tahan akan terus bertahan, sebagian yang tidak tahan, karena peraturan perusahaan bisa mendapatkan Surat Pemutusan Hubungan Kerja. Lalu nasib mereka? Keluarga mereka? Bah, panjang sekali urusan ini. Dulu mereka dapat memenuhi kebutuhan dapur dengan bertani tapi sejah alih profesi, kebutuhan dasar saja mereka harus beli. Uang hasil jual lahan semakin berkurang, tergoda teknologi, bukannya makin sedikit pengeluaran malah makin banyak. Belum lagi upah kerja yang tidak seberapa. Semakin sulit saja hidup mereka. 

Pertambangan selesai, Sumber Daya Alam sudah habis. Pengusaha angkat kaki. Lahan direklamasi(entah becus entah tidak, entah benar entah tidak) seberhasil-berhasilnya reklamasi itu tetap saja telah merubah alam yang dulu nya pasti lebih baik dari yang sedudah direklamasi. Apakah pekerjaan bertani mereka tetap seperti dulu? Entahlah. Aku belum pernah melihat langsung, tapi aku hanya membayangkan dari cerita-cerita yang ku dengar. 

Pihak tambang merasa, masyarakat pedesaan yang primitif tempat mereka melakukan penambangan mendapatkan kehidupan yang lebih baik  dengan modernisasi yang mereka berikan. Tapi apa itu yang mereka butuhkan? Yang kita inginkan bukan berarti yang kita butuhkan bukan? Apa mereka butuh punya motor sementara sepeda yang dulu mereka miliki juga bisa menghantarkan mereka kepada tujuan dan tidak akan menambah polusi. Apa mereka butuh berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan modern semsntara kebutuhan hidup bisa mereka dapatkan di toko klontong di simpang jalan menuju ke kota (tanpa harus ke kota), banyaknya tempat belanja tersebut mengajarkan masyakat menjadi konsumtif. Pada akhirnya uang dibelanjakan keperluan yang tidak perlu. Perubahan seperti itu kan yang kalian banggakan? Mengenalkan kemewahan? Hidup rakus merusak alam? 

Tapi perusahaan tambang yang menerapkan program Corporate Social Responsibility dengan membangun fasilitas pendidikan serta melengkapainya dengan saran dan prasaran? Okay, that's good. Tapi tetap saja itu tambang, MERUSAK. Susah untuk ku mentolerir itu.

Lalu mau kerja apa jika tidak tambang? Hey, banyak sejkali permasalahn di negri ini tidak selesai karena urusan Sumber Daya Manusia yang tidak ada. Contohnya saja guru Guru hanya banjir di kota, sedang pedesaan masih saja ada guru yang mengajar di dua kelas. Dari hasil hutan yang dipertahankan juga dapat diterapkan kebijakan ntuk menjual haisl, tentu dengan tidak merusak hutan itu. Dapat fokus dengan menmukan kemajuan-kemajuan teknologi, berkarya, atau apa sajalah. Rezki ALLOH berserak di bumi ini.

Sebelum tulisan ini menjadi semakin tidak jelas. Aku hanya kembali membayangkan. Bagaimana jika semua pertambangan yang dilakukan sesuai kebutuhan negri ini. Hutan-hutan dijaga. O ya, aku jadi teringat perkataan dosen ku. Orang yang merusak hutan itu selayaknya orang bodong yang mengatakan "untuk apa matahari? sebenarnya bulanlah yang lebih bermanfaat, dia menerangi malam yang gelap. Sedang siang sudah jelas terang, jadi matahari tidak berguna" . Sudah jelas sekarang kemana arah tulisan ini. (menurutku saja barangkali) Kenapa negri ini harus kerja keras memenuhi kebutuhan negri lain? Apakah memang kerja sama antar negri seperti ini? Tapi aku rasa kita terlalu berlebihan. Sampai sebegini rusaknya alam Indonesia. Apa memang harus sampai seperti ini modernisasi sebuah Negri? Apa tidak belebihan jika sebuah mall saling berhadap-hadapan, saling bersebelahan?

Tanpa diganggu, hutan dapat menghantarkan rusa ke rumah kita agar dapat langsung kita nikmati. Tanpa diganggu, sungai yang mengalir disekitar hutan dapat memperlihatkan ikan-ikan segar bergizi, udang-udang merah segar, hutan dapat memenuhi kebutuhan hidup kita semua. Meski tulisan ini hanya angan-angan belaka, hanya mimpi aku semata, tapi tidak berarti usaha perbaikan itu juga hanya mimpi. Aku juga tidak mampu bersumpah bahwa aku tidak akan bekerja di perusahaan tambang (apakah ini terkesan munafik?) Yah...kami alumni Teknik dan Manajemen Lingkungan bekerja diperusahaan tambang untuk bagian penanganan limbah, perbaikan lahan yang rusak, bagian tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan Kesehatan KeselamatanKerja. Memang  ada pejaran tentang ini semua di jurusan ku. Lalu aku kembali bertanya. Kami D3 adah manusia yang disiapkan untuk siap kerja. Dengan mata kuliah yang kami pejari berarti kami disiapkan untuk perusahaan-perusahaan perusak dan penghasil limbah, begitu bukan? (oke-oke, perusahaan itu juga menguntungkan banyak orang, suka-suka aku ingin menyebutnya apa). Memang ada mata kuliah tentang konservasi, atau kami juga dapat menjadi ahli konservasi? Tapi tidak seberapa karena hanya dasarnya saja. Atau kami dapat menjadi tim Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, sebelum sebuah perusahaan dapat berdiri yang memang harus mengantongi dokumen itu?Entahlah, sampai sekarang saja aku bingung mau piliha bagian kerja yang mana. Tidak akan enak menjalani pekerjaan tanpa hati karena tidak suka. Bahkan aku sempat berpikir untuk menjadi guru saja. Aha, atau aku menjadi seorang pembela lingkungan? LSM mungkin? Ah nanti dulu lah. Draft TA ku saja belum selesai sampai sekarang.

Jadi apapun aku nanti, yang pasti ku inginkan adalah menjadi pekerja yang bermanfaat bagi umat. Aku tau rezki ALLOH berserakan dibumi ini, tinggal manusianya saja yang berusaha. Ada banyak pilihan di bumi ini. Tapi satu yang jelas. Baik dan buruk. Jalan baik cendrung melahirkan banyak kesulitan, seperti aku yang bingung harus memilih apa. Tapi aku punya pilihan jalan untuk membenarkannya. Aku dapat memperdalam ilmu lagi agar bekerja sesuai hati nurani. Meski mungkin akan ada kendalan saat aku meniti jalan. Tapi itu lah pilihan, itu lah akibat dari sebab pilihan dan itulah bagian rasa dari hidup.

Demikian tulisan pagi ini. Aku tidak bisa menyusun sistem baru menurut pendapat ku. Karena ilmu yang kumiliki jelas belum seberapa. Aku hanya dapat menyampaikan apa yang ku pikirkan, meskipun hanya untuk berandai-andai. Tidak mungkin yang telah terbentuk saat ini dapat berubah begitu saja untuk memperbaikinya. Tapi kita bisa dengan tidak menambah kerusakan atau memberi sedikit perbaikan. Semoga minoritas nurani untuk pelestarian bisa berubah menjadi mayoritas yang benar-benar tampak. Amin.
Salam Lingkungan.

Thursday, February 17, 2011

A reason

Menulis bagi ku adalah obat, untuk mengungkapkan apa yang di rasa, kalau bercerita itu sulit. Menulis bagi ku adalah teman yang selalu ada, meskipun sering kali hilang begitu saja, tapi apa yang tergores yang mengambil sedikit rasa haru dan menambah rasa bahagia.
Untuk berkarya, menulis tidak membutuhkan inspirasi yang satang sesuka hati, namun inspirasi dapat selalu datang kapan saja jika tangan yang ingin menulis mengalirkan semangat pada otak dan hati untuk terus mencari.
Ini salah satu puisi yang aku buat saat SMA, terinspirasi dari halaman rumah dan terik matahari di siang bolong. Seketika puisi ini jadi. Puisi yang masih membuat aku haru saat membacanya...
Please enjoy....
***


Tau kenapa matahari itu bersinar ??
Karena selalu ada hati yang menunggunya.
Tau kenapa embun menetes??
Karena selalu ada hati yang butuh kesejukan
Tau kenapa bulan bercahaya??
Karena selalu ada hati yang gelap
Tau kenapa bintang berkelip??
Karena selalu ada hati yang butuh senyum
Tau kenapa ada langit biru??
Karena selalu ada hati yang butuh kedamaian
Tau kenapa ada angin yang berhembus??
Karena selalu ada hati yang gelisah
Tau kenapa air di sungai mengalir??
Karena selalu ada hati yang sesak
Tau kenapa ada hijaunya ruput??
Karena selalu ada hati yang butuh ketentraman
Dan apakah kau tau kenapa ada dirimu??
Karena selalu ada aku yang butuh kamu.
***
Puisi ini bukan tentang cinta, bukan tentang masa remaja yang memberikan puisi kepada sang pacar. Puisi ini mengalir begitu saja, hanya dalam hitungan menit sudah tertera di layar monitor komputer.And I love it.

Kepergian

Siapa yang tau tentang umur? Kemarin bisa teman kita, hari ini bisa saja kamu, aku atau dia. Atau seseorang yang paling kita cintai. Seseorang yang kita inignkan untuk selalu ada. Gak ada yang pernah tau tentang itu. Yang terbaik adalah bebruat sebaik mungkin selama kesempatan menarik nafas itu ada. Dan bagi kita yang ditinggalkan, keihklasan adalah hal terpenting untuk terus melanjutkan hidup dan mandamaikan yang pergi, agar mealngkah ke alam yang berbeda dengan ketenangan. BEristirahat di tempat terakhir dengan senyuman.

Sudah sering tulisan seperti ini kita baca, kita dengar bahkan kita ucapkan. Tapi ketika kabar itu datang, kekagetan tetap saja ada. Kaget karena sepertinya teman kita pergi begitu cepat kaget karena sebelumnya beliau sehat walafiat, kaget karena baru saja kita tertawa bersama. Yah...apapun bisa terjadi jika itu memang takdir-NYA. Banyak rasa bercampur aduk saat jabar kehilangan ini didengar, rasa kasihan terhadap keluarga yang ditinggalkan, rasa kasihan atas hidup mereka yang pergi, rasa kasihan dan tak tega dengan cerit ayang menyebabkan kepergian mereka. Dan...perasaan takut, jika setelahnya adalah giliran kita. Apakah kamu, aku siap? Rasa takut akan hukuman atas kejahatan dan kelalaian di bumi. Rasa takut sendirian di bawah tanah sana. 

Aku sering berpikir, manusia yang berjalan dengan jalan yang benar saja masih merasa takut akan dosa dan siksa di hari akhir, apa lagi aku? Kalau aku berpikir masih ada esok, tapi jika detik ini, saat aku menyelesaikan tulisan ini adalah waktu ku, apakah waktu itu masih banyak? Kadang kesimpulan terhadap sesuatu yang jelas tidak kita ketahui sering kali kita buat sendiri. Yang berakhir pada kesia-siaann waktu. Aku tau teori tapi dalam prakteknya banyak godaan yang lebih menarik.

Penyebab kematian adalah karena kehidupan itu sendiri. Yah...kalimat sederhana ini lah yang menyadarkan ku, tidak lah penting penyebabnya itu apa, tapi karena nafas itu lah mati itu ada. Meski kadang aku merinding mendengar cerita penyebab kematian, membayangkan rasa sakit yang pasti luar biasa sakit. 

Membayangkan seseorang yagn dekat telah tiada, seseorang yang pernah tertawa bersama ku, pernah bercerita, pernah tidur di atas kasur yang sama telah tiada, masih seperti mimpi. INilah realita hidup yang penuh kejutan. Dan saat-saat seperti inilah aku merasa kemewahan dunia bukan hal penting, bahkan seperti gerbang untuk dosa yang besar.

Yang terpenting ada pelajaran atas semua yang terjadi, ada perbaikan yang terbentuk. Karena setiap cerita baik dari ALLOH adalah pelajaran untuk hamba yang mengerti. Semoga hati ini tidak hitam untuk megerti dan merasakan yang indah dnegan penuh rasa syukur.

RIP my friend Saidah...senang sekali pernah tertawa bersamamu, penah meminta tolong denganmu, pernah memejamkan mata bersamamu, dan pernah berlari bersama mu...

Wednesday, February 16, 2011

Praktek Kerja Lapang

Di tingkat akhir di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor tempat aku kuliah, mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan Praktek Kerja Lapang di perusahaan yang boleh dipilih sendiri oleh mahasiswa selama minimal dua bulan. Tema yang diambil pun boleh dipilih sendiri. Karena kemarin ada tawaran untuk memasukan proposal di PT. Garuda Indonesia (PERSERO) aku mencoba peruntungan dengan membuat proposal PKL dengan judul "Penerapan Program Corporate Social Resposibility Pada Bidang Pelestarian Lingkungan PT. Garuda Indonesia (PERSERO). Setelah satu bulan lebih aku mendapat kabar bahwa proposal ku diterima. Saat semster lima berakhir aku segera mengurus keperluan PKL. Ternyata cukup ribet, aku harus mencari kostan baru, menemui bagian training center di kantor yang berbeda (karena aku pikir kantornya hanya di bandara Soekarno-Hatta), aku harus menemui bagian-bagian lain untuk sampai di bagian Corporate Secretary, tempat aku PKL. 

1 Februari 2011, pukul 07.15 aku sudah sampai di kantor pusat Garuda Indonesia, hari pertama aku magang dan bertemu pembimbing lapang serta Seior Manajer bagian Corporate Social Responsibilty. Awalnya aku senang karena mendapat tugas yang cukup menarik, yaitu tentang penangkaran penyu. Aku diminta untuk memberbaharui konsep. Dengan semangat aku mencari referensi. Dalam waktu dua hari aku menyelesaikan tugas itu. Seperti yang dijanjikan, jumat aku harus presentasi, dan ternyata tidak jadi karena Senior Manajernya sedang bertugas di Bali.

Minggu kedua aku presentasi di hari rabu. Hanya dengan staf yang juga pembimbing lapang aku Pak Adi Pribadi. Tidak sia-sia, ternyata memang ada yang salah dengan ap ayang ku buat. PErbharuan pun dilakukan. AKhir pekan pun aku pulang ke bogor untuk bimbingan dengan Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, MS dan Bapak Emil Wahdi, demi mendapat sedikit pencerahan. Karena keterangan yang diberi oleh PT. Garuda Indonesia hanya tentang gambaran umum. Ada dua hal penting yang aku dapat:
1. Pelestarian lingkungan akan berjalan baik jika masyaralat disekitarnya hidup sejahtera, terpenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Corprate Social Responsibilty adalah bantuan yang diberikan hanya sekali dan selanjutnya harus dilakukan pemantauan atau pengawasan agar bersifat continue.

MInggu ketiga, yaitu sekarang, aku hanya sibuk menikmati fasilitas WiFi, karena senior manajer selalu sibuk dan tidak sempat mendengar konsep baru yang telah aku susun. Tugas Akhir juga belum bisa aku susun, karena data yang aku butuhkan belum sepenuhnya tersedia.

My judgement of this corporate State-Owned Enterprises is...
Hubungan sosial diantaranya berjalan baik, juga keseriusan dalam bekerja, hanya mungkin kurang untuk pengetahuan semua bodang selain bidang yang dikerjakan (lagian ngapain juga si ngurusin bagian lain), cuma kau pikir itu penting, karena kantor tempat kita kerja adalah bagian dari seluruh pekerjaan. Yah, tpai mungkin ini salah, namanya juga hasil penilaian dari celingak-celinguk, nguping sana-sini.

hari pertama di Garuda Indonesia Training Center saat breafing dan mengurus surat pengantar ke kantor pusat.

 Bagian depan kantor yang membuat aku keserempet mobil, kesasar sana-sini karena sulit untuk menemukannya.
 Bagian depan kantor tempat aku PKL. NIce, right..? Setiap pagi selalu penuh sapa hangat semangat pagi di sini. Pagiii!!!

 Menja kerja selama PKL. Merasa seperti staf.

Sebagian teman-teman yang lain ada yang merasa kesulitan dengan PKL-nya karena diberi tugas yang cukup sulit atau tidak dianggap "ada" dengan pekerja di kantor, ada juga yang merasa nyaman, berbagai perasaan. Tapi apapun itu, ini akan berlalu, kesulitasn dan kesenangan ini akan berlalu berganti dengan hal-hal yang baru. Yang terpenting kita selalu berpikir maju dan bangkit lagi kalau kita terjatuh. Salam hangat semangat untuk Teknik Manajemen Lingkungan angkatan 45.

Cinta???

Ini salah satu cerpen karangan aku sendiri yang aku buat dengan cengar-cengir saat malam menghampiri pekatnya...pas aku baca ulang sekarang, komentar pertama ku "remaja pisaaaaan". Tapi setidaknya ini adalah bagian dari aku...
***

Sujay, Rifko, Ega, dan Celo adalah sekumpulan cowok-cowok pintar. Selalu mendapatkan juara di kelas. Mereka selalu bergantian untuk mendapatkan rangking satu. Kalau semester ini yang menjadi juara satu Sujay, semester yang lalu adalah Rifko dan selanjutnya adalah Ega dan begitu seterusnya. Entah itu direncanakan atau hanya kebetulan. Mereka juga bersahabat dengan baik. Sering belajar kelompok bersama dan mengerjakan PR bersama. Dan sama-sama tidak ahli dalam urusan cewek.

Sekarang mereka sudah kelas 1 SMA. Dari SMP mereka selalu satu kelas. Entah mengapa guru-guru tidak pernah memisahkan mereka. Menyebalkan memang, karena itu menutup peluang untuk anak-anak lain, yang satu kelas dengan mereka berempat untuk mendapatkan juara. Karena pasti mereka yang memboyong peringkat empat besar.

Mereka sering mengikuti lomba-lomba yang berhubungan dengan akademik. Dan perlombaan itu sering di menangkan oleh mereka juga. Si Sujay ahli dalam hal matematika, Rifko dalam hal fisika, Ega ahli dalam bahasa inggris dan Celo ahli dalam biologi. Mereka memiliki keahlian  yang berbeda-beda. Dan itu dimanfaatkan mereka dengan sebaik-baiknya, bahkan untuk mendapatkan uang. Seperti Sujay, Rifko dan Celo mereka membuka kursus privat untuk anak-anak SD dan SMP. Sujay mengajar Matematika, Rifko mengajar Bahasa fisika dan Ega mengajar bahasa Inggris. Hanya Celo yang tidak membuka kursus privat, karena orang tua Celo malarangnya. Celo adalah anak satu-satunya, jadi orang tua Celo over protektiv terhadapnya. Lagian ke dua orang tua Celo tergolong mampu. Tidak seperti Sujay, Rifko dan Ega, orang tua mereka bertiga hanya membuka usaha kecil-kecilan. Dan masih kekurangan dalam urusan keuangan.

Setelah mereka SMA, mereka sadar satu hal. Bahwa mereka belum mempunyai pacar. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai akhirnya Ega mengajak ke tiga temannya untuk taruhan
 “Eh sekarang kan udah masuk semester dua. Kita belum punya cewek juga nih. Padahal kan kita termasuk golongan lumayan. Apalagi kemampuan akademik kita. Bener gak?”, ujar Sujay bersemangat.
“Betul banget, gue juga udah gerah ni sendiri mulu”, jawab Rifko berapi api.
“Emang penting apa!”, sahut Ega dengan gaya cool nya.
“Ya…. Ela penting dong. Kalo kita terus-terusan berempat aja. Gak punya cewek ampe kelulusan entar. Bisa-bisa kita di katain homo. Ogah gue”, jawab Sujay sambil memasukan snacknya ke dalam mulut.
“Gue juga gak mau kali”, sahut Rifko santai.
“Lo setuju Cel?” tanya Sujay ke Celo yang dari tadi hanya diam.
“Boleh juga. Batas waktunya kapan? Trus hukuman yang kalah apa?”
“Batas waktunya sampe semester dua entar berakhir. Buat ngebuktiinnya lo semua wajib membawa cewek-cewek lo ke rumah kita-kita. Misalnya gue udah dapat cewek, gue mesti bawa cewek gue ke rumah Rifko, Ega dan Celo. Dan mesti ada pengakuan juga dari cewek kalian tentang status kalian. Dan mesti jujur. Kalo ada yang ketauan bohong. Di keluarin dalam kelompok ini. Setuju,” ujar Sujay seperti berpidato.
“Hukumannya apa dari tadi lo cuma ngejelasin aturannya doang?”, tanya Celo lagi.
“Masalah hukuman kita atur entar aja. Yang terpenting ada cewek aja dulu.”, jawab Sujay santai.
“Ini namanya bukan taruhan”, sahut Celo malas.
“Elo nih…. Banyak aturan banget. Oke hakuman bagi yang kalah mesti nraktirin yang menang maen semua wahana di DUFAN. Setuju??”, tanya Ega sambil mengancungkan jempol.
“Siiiip”, jawab Celo, Rifko dan Sujay berbarengan

Mereka mulai bereaksi untuk misi taruhan itu. Mereka mempunyai kelemahan masing-masing. Di mulai dari Sujay. Kelemahan dari Sujay yaitu wajahnya. Mungkin terlalu berlebihan, tapi wajah Sujay agak mirip dengan seekor kera. Ups, sory Jay, tapi itu nyatanya bukan? Belum lagi kulit Sujay yang sangat hitam. Itu sangat mendukung kemiripan Sujay dengan seekor kera.

Kalau Rifko berbalik 1800 dengan Sujay. Rifko tampan dan putih  tinggi pula.  Dia juga ahli dalam urusan cewek. Dia tahu banyak tentang cewek. Dia bilang, untuk memahami seorang cewek adalah hal yang mudah baginya. Padahal itu salah. (Bagi pembaca cewek , setuju kan??). Hanya saja Rifko belum bisa menentukan siapa yang disukainya. Dia belum memiliki perasaan istimewa dengan seorang cewek. Patut di curigai, mungkin Rifko adalah guy. Tapi kita lihat saja dulu..

Kalau si Ega hidupnya sering di penuhi keragu-raguan. Dia ragu apa Lala memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Oke, mulai dari awal. Si Lala itu adalah cewek yang dicintai Ega dari SMP dulu, katanya. Ega sangat dekat dengan Lala. Mereka sering bercerita tentang banyak hal. Sering pergi bersama, ah pokoknya melakukan hal bersama. Namun sampai sekarang Ega takut untuk menembak. Alasannya karena takut di tolak.(Jangan pernah contoh perbuatan Ega, kalian mesti ingan kalimat ini:”seseorang tidak pernah kalah karena mencintai tapi seseorang kalah karena tak mengungkapkanya). Tapi dia sudah bertekad untuk mendapatkan Lala.

Kalau si Celo, si anak mami kesulitannya adalah……(ku pikir kalian tau). Celo takut berhadapan dengan cewek. Dia mudah sekali grogi. Entah apa yang di takutinya. Setiap ada cewek yang ingin mendekatinya, padahal hanya sekedar untuk bertanya sesuatu. Celo pasti langsung menghindar.

Sepertinya mereka sangat terobsesi dengan teruhan itu.
Sujay, mulai sibuk mempermak wajahnya. Mengolesinya dengan berbagai macam krim. Memencet-mencet komedo tiap saat. Dan dahsyatnya kemana-mana Sujay pergi memakai paying, topi dan jaket. “Takut hitam”, katanya. Sujay, Sujay… Padahal  hitamnya Sujay itu adalah hitam keturunan. Sudah gak bisa lagi deh buat di perbaiki lagi. Tapi salut deh untuk usahanya.

Rifko mulai sibuk mencari-cari siapa cewek yang akan dipilihnya. Dia mulai memantapkan pilihannya. Dan pilihannya itu jatuh kepada Fia. Cewek berkulit sawo matang dan anggota chears itulah pilihan Rifko. PDKT pun mulai di lakukan.

Si Ega ini yang aneh. Dia malah semakin menjaga jarak dengan Lala. Setiap Lala berbicara padanya, Ega selalu menghindar. Alasannya sih supaya Lala penasaran, dan saat Lala mulai sibuk bertanya apa yang terjadi dengan Ega, barulah dia akan menembak Lala. Cara yang aneh.  Apa Ega berhasil ya?

Celo jadi dekat dengan Rio. Playboy sekolah. Yang katanya anak-anak ahli banget dalam urusan cewek. Gampang banget deh buat Rio ngedapetin cewek. Celo pun mulai belajar buat naklukin cewek-cewek dengan Rio.

Mereka memang pantas di ancungi dua jempol. Walau sekarang mereka sibuk dengan taruhan itu. Tapi nilai mereka tetap menjadi yang terbaik. Pekerjaan Sujay, Rifko dan Ega pun tidak terbengkalai. Mereka memang anak-anak yang baik. Selamat deh buat cewek-cewek yang menjadi pilihan mereka.
Ujian semester telah berakhir. Sepertinya giliran Ega yang mendapatkan juara satu.
“Seminggu lagi taruhan kita bakal berakhir dan pemenang akan segera di dapatkan, kalian udah siap”, tanya Ega  saat di kantin.
“Tentunya Bro”, jawab Sujay dan Celo berbarengan.
“Lo gimana Ga?”, tanya Sujay ke Ega.
“Gue juga siap.”
Bohong tuh si Ega. Sebenarnya dia sema sekali belum siap. Wajar saja si Lala sekarang malah semakin menjauh. Mungkin Lala capek kali di cuekin terus sama Ega.
“Pulang sekolah entar gue mau nembak si Siti, tetangga gue”, kata Si Sujay bersemangat.
“Kalo gue besok”, jawab Rifko mantap.
“Gue juga”, si Celo cuma menjawab datar, sepertinya dia masih merasa takut untuk berhadapan dengan cewek.
“Lo kapan Ga”?, tanya Celo.
“Secepatnya lah.”
Bohong lagi tuh… padahal si Ega belum tahu kapan.

Wajah Sujay jadi lumayan lebih bersih dan berseri. Entah krim apa yang dipakainya. Dia telah memilih Siti yang orang Padang tulen tetangganya, untuk menjadi pacarnya. Sebenarnya Sujay ingin Grace untuk menjadi pacarnya. Namun Grace terlalu cantuik untuk Sujay. Untunglah Sujay sadar diri.

Setelah mempersipkan diri dan memakai minyak wangi, Sujay pun pergi ke rumah Siti.
“Assalamualaikum”. Sujay memberi salam di depan rumah Siti.
“Wa alaikum salam”, jawab suara di dalam.
“Eh uda Sujay”, kebetulan si Siti yang membuka pintu.
“Mari masuak”, kata Siti dengan logat padangnya.
“Ado apo uda kamari?”
“Saya mau membicarakan sesuatu.”
“A tu da?”, tanya Siti penasaran.
“Mmmm, saya sudah ,mmm, bukan-bukan.” Wajah Siti mengkerut melihat Sujay terlihat grogi.
“Cape`lah sekete` da.”
“Iyo-iyo. Mmm Uda nak jadi pacar kamu Sit. Mau gak?”, tanpa sadar Sujay mengikuti aksen bicara Siti.
“Ngapo pulo` uda ni, nak jadikan Siti pacar uda. Dulu sajo uda sombong sama Siti. La sekarang uda nak jadiin Siti pacar uda? Indak lah da. Siti la ado pacar da. Ranca` lai dari pada uda. Maaf da yo. Bukan Siti nak nyakiti ati uda. Tapi emang ba`itulah kanyatoannya. Na.. uda sekarang baliaklah, banyak karajoan Siti di dalam da. Yo da.”
“Iya saya permisi.”
Sujay pun pulang dengan kekecewaan mendalam. Siti yang seram dan jelek saja menolaknya apalagi yang lebih dari Siti.

Besoknya di sekolah.
“Cello, ne jawabanya apa ya?”, tanya Rara ke Celo. Rara adalah gadis pilihan Celo.
Celo bengong. Dia berniat untuk menembak Rara saat itu juga.
“Celo jawab kek”, Rara mulai gerah melihat kebengongan Celo.
“Gak tau”, jawab Celo datar.
“Gak mungkin!, kamu kan pinter.”
“Maksudnya, aku gak tau mau ngomong apa?”
“Ngomong apa emang?”
“Mmm Aku mau kamu jadi pacar aku”, jawab Celo cepat.
“Ngomong cepet amat sih. Gak jelas tau. Pelan-pelan…”
“Aku…mau…kamu…jadi…pacar…aku…”, jawab Celo dengan sangat pelan plus grogi.
Rara diam. Lalu…
“Kenapa si Cel, lo mesti suka dengan gue. Gue gak bisa jadi pacar lo. Gue udah punya pacar. Lagian lo kenapa gak PDKT dulu sama gue. Jadikan gue tau kalo lo suka sama gue. Nih! Lo nembak gue nya dadakan. Jadi……… gue nolak lo ya Cel.”
“Gak pa pa”, Celo pergi berlalu meninggalkan Rara. Celo juga sama kecewanya dengan Sujay.

“Gue sayang sama lo”
“Apa!”
“Gue sayang sama lo”
“Lo apa an sih”
“Gue serius”
“Gue gak”
“Kenapa?”
“Gue gak sayang sama lo”
“Jadi lo nolak gue?”
“Iya, gue udah sayang sama orang lain”
“Siapa?”
“Pacar gue lah, gimana sih lo”
“Lo udah punya pacar?”
“Udah. Baru kemarin dia nembak gue. Gue pulang ya”
Rifko menembak Fia saat pulang sekolah dari jarak 3 meter. Dan dia pun gagal plus malu karena saat itu sedang ramai-ramainya.

“La…..”
“Apa?”
“Gue mau ngomong sama lo”
“Masih mau ngomong lo sama gue?”
“Iya”
“Apa”, wajah Lala terlihat masam.
“Sebenarnya gue suka sama lo, tapi………”
“Gue ngerti kok.. dan gue juga ngerti kenapa lo ngejauhin gue. Tapi sayang. Gue udah punya pacar”
“Jadi……….”
“Gue gak bisa”
Terakhir, Ega yang merasakan kekecewaan.

Keempat sahabat itu berkumpul di rumah Celo.
“Kita barengan ya ngucapin apa yang terjadi. Hanya dengan satu kata, yaitu gagal dan berhasil, okey”, kata Sujay serius.
“Gagal!!!”,kata itu keluar dari ke empat mulut mereka. Mereka saling diam dan tertawa bersama.
“Taruhan di tutup kan?”, tanya Celo.
“Iya. Gak taruhan deh buat dapetin cewek, kalo emang jodoh juga dating sendiri”, jawab Sujay lesu. “Pulang yuk, gue mesti ngajar nih”, lanjut Sujay.
“Yuk”, jawab Ega dan Rifko berbarengan.

1 minggu kemudian.
“Sujay”, panggil Grace.
“Ada apa Grace?”
“Mmmm lo keliatan lebih tampan Jay”, kata Grace genit.
“Lo jadi pacar gue mau gak?”, lanjutnya.
“Gue gak suka di mainin”, jawab Sujay dingin.
“Gue gak main-main. Gue suka lo. Lo pinter. Gue suka cowok pinter.”
“Gue gak akan mau ngerjain PR-PR matematika lo. Jadi lo simpen aja rencana busuk lo itu.”
“Jay, plis.. gue serius nyimpen perasan buat lo. Kenapa sih lo gak percaya?”
“Bukan buat jadi babu lo?”
“Hello…….. yang bener aja”
Sujay tersenyum. Mereka pun jadian.

Celo asik membaca buku biologi di perpustakaan sekolah.
“Hai”, sapa Ely.
“Hai.”
“Bio ya?”
“Yes”
“Ummm”.
Tiba-tiba Ely mrencium Celo. “Apa yang kamu lakuin?”, tanya Celo grogi.
“Mencium kamu?”
“Kenapa”
“Because I Love You”
“Really?”
“Aha”
“Why?”
“You are different. Want to be my boyfriend?”
“Kamu kok berani banget?”
“Mumpung lagi ada kesempatan aja buat mengakuinya. Kata orang kesempatan tuh jarang banget datang dua kali”, jawab Ely santai.
“Okey”
“Yes”. Jadian deh Celo dan Ely. Namun Celo tidak begitu yakin dengan Ely. Ely bukanlah tipe cewek Celo.

“Gue, gak tau kenapa bisa sama lo. Tapi yang pasti gue sadar ini cinta.”
“Gue kan cewek biasa, jelek pula, sedangkan lo tampan, pinter, putih, tinggi, gue…”
“Lo spesial buat gue”
“Gue….”
“Lo mau kan jadi pacar gue?”
“He – eh”, jawab Tia sambil mengangguk. Dalam hati Tia berteriak heran.
Rifko jadian dengan Tia. cewek yang merupakan deretan cewek  paling jelek di sekolah. Tapi mau bagaiman lagi, namanya juga cinta. Satu hal yang tidak bisa di ukur hanya dengan fisik.
Tinggal Ega yang belum ngedapetin pacar. Tapi tenang. Waktu taruhan mereka sudah habis. Jadi aman.

“Kita udah punya pacar Ga. Lo kapan?”, tanya Sujay saat mereka berkumpul di kantin setelah pulang sekolah.
“Gue bakal nungguin Lala. Gue yakin dia itu cinta gue”, jawab Ega mantap.
“Kita dukung lo”, jawab mereka berbarengan.
“Lo hebat ngedapetin Grace”, kata Ega selanjutnya.
“Be your self oke”, saran Sujay.
“Lo mesti percaya dan yakin dengan perasaan lo”, saran Rifko lagi.
“Kalo gue apa ya mmmm……”
“Kelamaan lo! Udah ah. Kita mesti ngajar ni bentar lagi. Pulang yuk”, ajak Rifko.
“Lo pada gak nganggap gue kalah kan?”, tanya Ega khawatir.
“Enggak dong!!! Yang namanya cinta itu kan dateng gitu aja. Gak bisa kita atur dong dengan taruhan. Lagian taruhan ini bukan kemenangan kok tujuan utamanya. Hanya untuk membuktiin kalau kita tuh bisa dapet cewek. Pade setuju kan lo”, simpul Sujay sang kepala genk.
“O ya Ga. Gue juga bakal mutusin Ely kok. Gila, dia tuh agresif banget bukan tipe gue. Gue ssebenarnya ngincer Wulan, cewek supel yang seper cuek itu. Pasti asik ngedeketin tu cewek, karena banyak tantangannya. Tau sendirilah cueknya kayak apa.” Celo mengumumkan keyakinan hatinya.
“Serius lo? Rara gimana? Ada temen dong gue buat berjuang”, Ega belum yakin.
“Serius. Meskipun Ely di atas rata-rata lah, tapi gue gak nyaman deket dia dan Rara kan udah jelas-jelas nolak gue. Selama ini hati gue sejuk aja tiap liat Wulan.” Jawaban Celo sangat mantap.
“Yuk pulang”, Celo membuyarkan kebengongan teman-temannya. Karena selama ini Celo menganggap Celo sunggu-sungguh dengan Ely.