Sebelum tidur akhirnya aku menulis ini dulu, daripada tidur dengan rentetan kata-kata yang menari-nari menuntut di susun.
Sebuah permintaan maaf pada cinta datang dari rasa takut kehilangan dia. Takut kalau maaf itu tidak di beri maka dia akan pergidan dia gak hadir lagi dalam hidup kita. Etah kemana, pokoknya berbeda dari yang kemarin.
Sebuah permintaan maaf pada sahabat datang rasa takut dia pergi, memutuskan berhenti menjadi sahabat dan kita kehilangan dia yang tanpa protes menerima apa adanya kita. Mau berbagi banyak hal, mau mendengar banyak hal, dan mau menerima banyak hal.
Sebuah permintaan maaf pada keluarga datang dari rasa takut semua akan berubah menjadi tidak keluarga lagi. Hanya saling diam walau satu rumah, seperti tak saling kenal dan hilang ikatan kekeluargaan seutuhnya.
Sebuah permintaan maaf pada Sang Pencipta datang dari rasa takut akan siksaan, akan ganjaran akan akibat yang timbul Akan amarahNYA. Sehingga menjadikan kita manusia tanpa arti. Hanya seoongok daging dengan alat gerak yang tanpa guna.
Namun maaf adalah obat hati untuk rasa bersalah yang datang dari sikap yang telah dilakukan diringi ego, emosi, ketidaktahuan, rasa tidak puas, atau godaan. Sikap yang berteman keburukan. Maaf adalah bagian diri yang tak bisa lepas, kalau dia pergi, maka hidup akan terjalani dengan kekurangan. Ada kosong di hati yang dilewati udara ketidak nyamanan,
Dan memberi maaf adalah memberi ruang pada rasa marah, pada rasa benci yang sudah tercipta di hati akibat kekecewaan sebuah sikap. Dan maaf-MU adalah sebanyak-banyaknya air di tanah kering.
Maaf untuk semua perkataan yang bagimu hanyalah alasan kosong. Maaf untuk satu keinginanku yang bagimu adalah janjiku yang sekarang ku gantung di udara.
No comments:
Post a Comment