Apa perjuangan paling sangar yang pernah kamu lakukan? Sebenarnya aku merasa belum melakukan perjuangan paling sangar si, tapi adalah beberapa perjuangan yang masih aku ingat, dan membuat aku tertawa, nyesek atau malah sedih. Ini dia diantaranya.
Cinta
Siapa sih yang gak pernah berjuang untuk cinta. Tapi ingat ketika kamu sudah memperhitungakan perjuangan itu, coba koreksi lagi hati kamu, apa benar itu cinta, karena cinta yang benar tulus gak main hitung-hitungan. ^^.
Salah satu perjuangan cinta yang aku lakukan bukan untuk mendapatkan seseorang untuk jadi kekasih aku, tapi untuk sebuah maaf. Yah, aku paling tidak bisa bermasalah dalam hubungan pacaran, selalu ingin segera di selesaikan. Sedangkan tipe pacar ku saat itu sangat senang berdiam diri sejenak, saling mengoreksi diri. Ah, aku tidak bisa terima, pokoknya harus selesai. Dalam waktu berdiam itu, aku tau apapun bisa terjadi.
Pagi itu aku bingung sekali memutuskan pergi atau tidak, menempuh perjalanan dengan kereta api, untuk jarak Bogor-Depok. Biasanya aku di jemput di stasiun, tapi kali ini karena keinginan aku sendiri, jadi aku harus pergi sendiri. Akhirnya menjelang siang aku pergi begitu saja ke stasiun Bogor.
Aku merasa itu pertanda buruk. Kereta biasa tidak ada untuk jurusan Bogor-Depok. Entah sedang ada apa, aku tak mengerti. Padahal aku sudah menunggu cukup lama di stasiun. Bersama gerimis. Yah, saat itu gerimis, aku membuka payung dan duduk jongkok di antara banyak orang. Dengan ekspresi muka entah seperti apa. Perut lapar, dingin, bosancape, kesel, lengkap untuk menggambarkan aku yang kacau.
Sudah ingin pulang, akhirnya ada pengumuman bahwa kereta ekspres aku berhenti di beberapa stasiun. Dan berhenti di Depok. Aku memutuskan naik kereta itu. Masih lama juga menunggu. Aku duduk dengan perasaan gak karuan.
Sampai di Depok, aku harus menembus hujan lagi menuju tempat dia. Dan akhirnya...berbicara, sepakat, dan damai. Meskipun tidak terlalu happy ending. Tapi setidaknya aku lega saat itu.
Tidak sangar dan garang memang, malah terkesan biasa saja. Tapi ini bukan "aku banget", bukan aku yang mau menghabiskan waktu seharian menunggu, padahal aku masih bisa melakukan banyak hal berguna lainnya untuk itu, tapi aku memilih sabar. Tidak biasanya aku mau minta maaf duluan untuk sebuah masalah dalam hubungan. Tapi aku bersedia melakukannya dengan harus melakukan sedikit perjuangan. Yah, ini lebih ke perjuangan melawan ego ku sendiri.
Pendidikan
Aku bukan pelajar keras, bukan mahasiswa dengan buku dan pelajaran selalu di tangan, Bukan. Aku lebih suka mempelajari kehidupan.
Dari Taman Kana-Kanak hingga Sekolah Dasar pendaftran dilakukan oleh orangtua. Masuk ke SMP diwakili sekolah. Dan saat SMA, aku baru mengurusi itu semua sendiri. Tidak banyak memakan energi. Saat masuk kuliah pun aku hanya memasuki berkas sebagai syarat mahasiswa undangan. Begitu juga dengan kuliah program Sarjana sekarang, hanya mengirim bebrapa berkas dan masuk begitu saja.
Yah, untuk belajar, aku hanya memberika fokus untuk sesuatu yang memang memerlukan fokus. Sering kali aku berharap bisa belajar ekstra agar mendapatkan hasil benar-beanr cemerlang, tapi itu pasti menyita aku untuk belajar banyak hal lainnya. Jadi untuk saat ini hanya fokus itu yang maish ku genggam
Organisai
Saat di SMA aku tergabung dalam organisasi Siswa Pecinta Alam. Awalnya tidak niat, tapi setelah masuk malah habis-habisa. Aku menduduki posisi ketua. Ketua dalam organisasi yang sebelumnya vakum. Jadi harus kembali memperkenalkan, menyusun program, menghidupkan kembali manajemen internal dan eksternal. Ah repot.
Saat itu aku SMA. Banyak teman. Dan pasti banyaka ajakan, untuk main, ngumpul, nonton ke bioskop, atau sekedar jalan-jalan. Tapi aku memilih untuk organisasi kalau itu bertabrakan waktunya. Belum lagi uang jajan yang kekuar, waktu tidur yang berkurang.
Dan berkahir membahagiakan, organisasi itu di kenal kembali, di panggil kemabli dan memegang piala lagi. Dan ini tentu hasil perjuangan ku bersama saudara-saudara di organisasi itu.
Orang Tua
Ah, aku sedih. Belum penah berjuang sangar untuk senyum mereka. Hanya mempertahan nilai-nilai kebaikan yang mereka tanamkan dan menjaga nama baik mereka. Belum membuat harum. Bagian ini paling membuat mellow, bahkan hingga jatuh ke perasaan tidak berguna. Bukan sekali dua kali aku merugikan mereka, merepotkan hampir setiap hari mungkin. Tapi yang membuat mereka benar-benar "wah" dengan aku, belum sama sekali.
"Mah, Babah... aku memang masih begini-begini saja. dan semoga kalian tidak protes terlalu banyak. Tapi aku telah berencana untuk sebuah hadiah, untuk kalian. Serius!" ^^
Pekerjaan
Aku masih mahasiswi. Mahasiswi ekstensi yang sekarang sedang mencari pekrjaan part time, untuk mengisi dompet lebih tebal lagi, mengisi waktu supaya bermutu dan mengisi perut dengan makanan lebih bervariasi lagi. Tidak hanya telor dan lele :p.
Bangun tidur pagi tadi, aku berencana langsung mandi dan mengerjakan tugas. Tapi aku melirik koran yang baru di berikan sepupu. Setiap sabtu dia memberikan ku koran, karena katanya koran hari sabtu menerbitkan lebih banyak informasi lowongan kerja.
Aku iseng membaca bagian yang belum ku baca. Dan ku dapati lowongan sebagai pegawai butik online. Iseng aku mengirim sms. Sekali lagi iseng. Dan sms ku langsung di balas. Berisi alamat dan syarat-syarat yang harus kupenuhi. Persyaratan standar. Aku bertanya lagi, "kapan paling telat?". Sms balasan segera masuk "hari ini. pukul 3." What! aku baru bangun, belum mandi, belum mempersipakan berkas dan sudah pukul 11.
Pukul 12 siang aku sudah rapi. Bersiap untuk makan siang dan mencetak berkas yang disyaratkan. Dengan santai aku menyetir motor menuju tujuanku, tapi belum setengah jalan, hujan sudah turun deras. Aku memutuskan untuk terus dan tiba di tempat print dengan kondisi basah kuyup.
Aku telah rapi, menunggu di rumah berikut dengan berkas yang sudah tersusun apik di dalam amplo. Menuggu sepupu yang akan mengantar. Sudah pukul 2 siang, dan sepupuku masih belum tiba. Padahal perjalanan cukup jauh, Kotagede-Jakal Km7. Dan hujan smekain deras. Baru saja aku memilih duduk kembali di ruang tv, sepupuku berteriak memanggil.
Aku duduk di belakang tanpa mantel dan sepupuku mengendari motor dengan mantel birunya menembus hujan menuju Jalan Kaliurang. Dingin. Tidak terlalu sulit menemukan alamatnya. Tapi cukup jauh. Langsung wawancara dan dijanjikan keputusan hari jumat pagi.
Di perjalanan pulang baru aku merasa tidak nyaman. Pusing, dinign, lapar. Jadi satu. Belum lagi jalanan yang penuh dengan kendaraan lain dan asap knalpot yang menumpuk. Sampai di rumah dengan keadaan basah yang mengenaskan.
Entahlah apa yang terjadi besok, entahlah bagaimaan keputusan jumat pagi nanti. Aku tau owner butik itu terganggu dengan jadwal kuliah ku yang masih cukup padat. Tapi setidaknya, aku telah mencoba dan berusaha untuk itu. Untuk apa yang aku inginkan, bertanggung jawab untuk apa yang sudah aku "isengi". Perjuangan itu saja telah memebri warna terang dalam warna warni perjalanan hidup ku.
Apapun hasilnya, tidak akan meng-abu-abu-kan aku yang telah berwarna. Jadi, berjuanglah untuk sesuaut yang kamu inginkan. Dan hasilnya, serahkan pada Tuhan. DIA paling tau yang benar-benar kamu butuhkan. Selamat berjuang.