Belum ada marah antara kita dan masih saling menerima seluruhnya. Seluruhnya hingga hari ini. Kita hanya sedikit beruntung karena mampu menglahkan ego, mampu mengalahkan keadaan yang seperti menepi, menjauh dan enggan menerima. Dan ketika ini terjadi, sekarang masih kah kita seperti semula, dua orang yang diinginkan orang-orang yang lain? Atau malah menjadi dua orang yang begitu dihindari?
Mana aku tau mengapa aku dengan mudah dan begitu saja selalu tersenyum saat melihatmu atau hanya sekedar mengingatmu. Hanya setelah aku mengenal mu agak lebih dekat itu terjadi begitu saja. Mana juga aku tau mengapa aku tidak begitu saja menerima, membalas bentuk-bentuk kebaikan yang datang dari perasaan orang lain, malah memberi bentuk kebaikan ku untukmu.
Mengenal mu sedikit lebih dekat dari yang lain saja sudah cukup untuk aku merasa lebih bahagia setiap harinya, saat itu. Terlebih saat kamu juga sedikit lebih baik dan mau meluangkan waktu hanya untuk bersikap selayaknya manusia, saling membantu. Hanya saja aku selalu berharap kamu tidak selalu begitu ke yang lainnya, hanya untuk ku (saja). Dan ketika kamu bertanya kabarku, mengucapkan selamat atas pagi yang datang dan menutup hari dengan ucapan selamat untuk tidur yang nyenyak, semua tampak lebih indah namun mengkhawatirkan. Aku hanya tidak mau, itu adalah sikap mu untuk semua (orang).
Kedatanganmu, menceritakan semua masa lalumu, semua yang buruk bahkan, tetap membuatku tersenyum. Dan pernyataanmu, pertanyaanmu, menutup tanda tanya tentang sikap mu kemarin (apakah untuk semua orang?). Aku peraya, penjelasan, cerita, pernyataan dan pertanyaan itu datang begitu saja dari ingatan jujurmu, dari rasa mu yang jujur. Serta, tidak perduli dengan jutaan predikat terburukmu kemarin. Tingkah laku memalukanmu kemarin. Karena kamu ada di hadapanku pada hari ini, bukan kemarin.
Ketika waktu seakan menggarisi semua, hingga tercipta batas, maka otomatis aku selalu menyiapkan yang terbaik untuk setiap hari yang ada. Karena selalu hadir bayangan perpisahan, ketika waktu hadir dalam gurauan kita, tawa kita, cerita kita dan tatapan kita. Sungguh sulit aku menyembunyikan takut pada bayangan yang sering hadir itu, di setiap gerak kebersamaan kita. Aku tidak berharap terlau banyak, meskipun aku menginginkan untuk miliki harapan itu, kemudian bersama mengabulkannya. Karena melihat bayangan itu saja sudah cukup untuk menggelapkan kecerahan hari esok ku, terlebih menerima bahwa harapan itu hanya kosong.
Meskipun nanti aku harus tau bahwa kamu menganggap semua ini hanya sebuah kesenangan semata, kehadiranku sebagai penggembira hari-harimu disini saja, perasaanmu hanya untuk bunga-bunga di halaman kehidupanmu yang baru di sini, dan semua perjalanan kita hanya bagian dari potongan kecil hidup mu di sini, dan meskipun itu pasti menyakitkan untuk ku yang tidak menganggap ini hanya "semata" saja. Aku masih punya tabungan untuk tetap masih tersenyum saat melihat dan mengingatmu, yaitu kebahagiaanmu. Karena aku tidak punya tuntutan apapun untuk kebersamaan kita, selain bahagiamu.
asiik nii
ReplyDeleteasiiik opooo toh kaak??ehehehhe.. :p
ReplyDelete