Sunday, December 11, 2011

Cerita Malam

Kalau di bilang aku mahkluk nokturnal, ada benernya juga. Karena aku lebih nyaman mengerjakan tugas, menuntaskan hobby dan menyenangkan diri pada saat malam. Bukan berarti siang tidak bisa, bukan berarti siang tidak ada inspirasi, tapi saat malam gangguan pasti lebih segan untuk datang. Teman mana yang dengan semena-menanya menggedor pintu rumahmu hanya untuk bercerita, meminta tolong ini itu saat tengah malam? Atau ibu mana yang tega menyuruhmu mencuci tumpukan piring saat tengah malam? Jadi malam, memberi jaminan untuk sebuah ketenangan, bagi ku.

Jadilah segala macam aktivitas lebih banyak ku tuntaskan saat malam. Kadang mengganggu juga, menggangu orang yang tidur sekamar dengan ku (kalau ada), mengganggu kesehatan dan juga otak :D. Tapi ini masih di batas wajar. Jadi gangguan pun datang masih dalam batas wajar. Lalu apa lagi tentang malam? Bukan, ini bukan tentang betapa indahnya malam untuk aktivitas-aktivitas ku, tapi ini tentang sebuah anggapan.

Mana yang lebih enak, berjalan mengelilingi kota saat siang atau malam? Bagi ku lebih enak saat malam, saat lampu kota berebut tempat untuk mempendarkan cahayanya, saat angin terasa lebih sejuk, saat cerita kehidupan sebagain di tutup dan sebagian lagi di buka dan aku bisa menyaksikan itu. Dan satu lagi, saat terik matahari tidak menyakiti kulit. Malam menjadi waktu paling tempat untuk sekedar mengelilingi kota, berkumpul bersama temen, atau berkunjung ke suatu tempat. Tentu ini tidak bicara soal temapt-tempat yang sewajarnya di kunjungi saat matahari masih berkuasa, seperti pantai. Ini hanya tentang berpergian untuk bersantai, melepas penat sebentar.

Sayangnya, kehidupan malam sudah keburu mendapat predikat tidak baik, jelek, nakal, brengsek, gak berpendidikan atau apapun lah yang tidak baik. Aku pernah membaca status dosenku yang bisa ku simpulkan secara sederhana seperti ini "Malam begitu indah, lalu kenapa kita harus tidur?". Aku terkesima dengan kaliamt ini, seakan memberi kekuatan untuk ku melakukan banyak hal saat malam, saat mata enggan untuk terpejam.

Mungkin, kalau hanya sekedar menghabiskan malam di dalam rumah, hanya dapat anggapan-anggapan biasa saja, seperti tukang begadang, insomnia sejati atau apalah, yang tidak mengganggu suasana hati.Tapi kalau sudah di luar. Nah ini, bisa di pastikan sebagain kepala  berpikiran buruk tentang orang-orang terlebih cewek yang lebih suka keluar saat malam dan pulang larut atau tidak pulang sama sekali.

Papa selalu ngomel kalau aku mengetok pintu rumah pukul 12 malam ke atas. "Anak cewek pulang malam-malam, di luar itu bahaya tau!" Aku masih menerima ini sebagai kekhawatiran dari rasa sayang. Normal. Wajar. Pantas. Tapi ketika, kamu mati-matian mengetuk pintu dan akhirnya terbuka dan di sambut dengan ucapan "kirain tadi gak pulang lagi makanya di kunci". Ini bantuk ekspresi macam apa? Benci kah?

Kamu boleh punya anggapan apapun tentang orang lain. Terserah, itu milikmu. Tapi boleh ku minta satu hal? Jangan lebarkan anggapan mu sampai memenuhi semua cerita yang terjadi di waktu yang sama. Apakah kamu menganggap aku sama dengan si "nakal" lainnya yang pulang malam? Apakah setiap gadis yang pulang malam selalu melakukan hal buruk di luar sana? Bagaimana kalau aku hanya menghabiskannya (malam) di sebuah cafe, hanya untuk mengusir sepi atau hanya untuk mendengar dan di dengar kan sebuah cerita, atau hanya untuk berkeliling sampai lelah untuk mengobati sakit di hati, atau apa pun itu yang bukan tentang kenakalan. Dan kamu tau, malam memberi banyak inspirasi, memberiku banyak peringatan untuk selalu bersyukur. 

Seperti malam ini, kantuk begitu menyerang, tapi serangan keinginan untuk menulis lebih banyak pasukannya, dan aku mencintai hal ini. Mencintai yang ku lakukan saat ini.Kita memang boleh mempunyai anggapan, tapi tentu tidak menghakimi, menghabisi dan menyakiti. Karena kita gak akan pernah benar-beanr tau apa yang orang lain alami sebelum kita yang mengalami dan menjalaninya secara langsung.




No comments:

Post a Comment