Pagi ini masih sedikit malu untuk memulai terangnya. Masih terasa basah dan dingin. Meski embun hanya sedikit membasahi hawa pagi. Tapi pagi ini maish terasa pagi meski tidak seindah di hutan. Ketika aku tidak hanya beridri di depan pintu dan sedikit maju menuju jalanan kecil tepat di depan rumah ini, pagi ini menyergap dengana roma khasnya. Membawa harum-harum kalian. Di bawah air terjun bertingkat yang kita teriaki bersama pagi itu.
Terlalu kejam untuk merasakan rindu ini lagi. Rindu ini sudah menjadi ganas yang menggerogoti sakitnya perasaan bersalah ini. Ketika semua rasa amarah, rasa ingin bertemu tidak lagi menjadi hak. Namun menjelma jad sesuatu yang menakutkan dan mahal untuk dapata di rasakan lewat perkataan. Tapi pagi ini bersama tipisnya embun, nyanyiannya yang khas dan warnanya yang masih kabur dia balut aku dengan rindu yang membentang panjang.
Jika nanti aku merasakan tubuh ini dingin, kaku, menggigil dan akan tinggalkan dunia ini. Atau ketika aku hanya meninggalkan nama dan kisah untuk dunia ini, masih kah kalian berdendang tentang ganasnya pilihan yang ku ambil? Masih kalian memberi gambar sayap berapi di pigura ku? Atau aku hanya seperti debu? Bussh...hilang begitu saja bersama angin saat itu. Goresan hitam yang kalian gambarkan tentang ku, semoga memudar seiring angin yang mmebawa debu-debu kisahku.
Aku berharap meninggalkan kisah terbaik untuk setiap sentuhan cerita ku. Tapi memang tak semua yang kita anggap baik di anggap baik pula oleh yang lain. Ada saatnya dimana sebuah perjuangan untuk diri sendiri malah menjadi benci dan kesakitan untuk orang lain. Maaf, aku tak sempat perbaiki semua, saat aku tau semua sudah terlambat dan hanya dua telinga yang mau mendengar, sedang kalian menutupnya begitu rapat. Hingga hilang jalan agar kita maish bisa bersaudara seperti kemarin.
Tak lagi aku sentuh ketika aku tak di tanah yang sama. Satu hati telah memilih pergi pindah, dan sekarang giliran ku. Jika masih aku masuk pada lingkaran dasar kita, maka masih aku terkungkung dalam cerita usang itu, sedang semua sudah menganggapnya sebagai bangkai. Selama ini masih ku anggap hanay untuk tidak mendekat, tapi ternyata memang perpindahan yang dapat menghapus dosa akan kehadiranku.
No comments:
Post a Comment