Monday, December 12, 2011

Story of my bb

Aku mengenal blackberry pertama kali dari sebuh majalah, kurang lebih tulisannya seperti ini "blackberry masih menjadi tipe handphone pilihan arti hollywood".  Aku memperhatikan gambar handphone itu dengan seksama, memutar-muta majalah karenaa gambar balckberry tampak begitu kecil dalam genggaman seorang actris hollywood terkenal (saya lupa, tepatnya siapa). Saat itu aku hanya tertarik dengan tipe keypad qwerty nya yang terlihat nyaman. Karena aku memang tidak terlalu melek teknologi, jadi tidak tau apa dan bagaimana kecanggihan sebuah blackberry.

Saat blackberry mulai masuk ke Indonesia, jujur aku menginginkan untuk memilikinya, tapi ya hanya sekedar ingin. Itu saja, tidak sibuk untuk berusaha mendapatkannya. Setelah ada beberapa temen yang menggunanaknnya, aku menjadi tertarik dengan teknologi yang ada, apa lagi kalau bukan BMM-nya. Tapi ya masih hanya sekedar tertarik.

Hingga akhirnya, balckberry menjadi perbicangan dan aku  penasaran dengan blackberry dan sibuk berselancar di dunia maya mencari tau kecanggihannya, juga ikut mencoba blackberry milik sahabat saya. Dan tibalah hati ulang tahun saya. Iseng aku mengatakan keingnan kado ulang tahunku "Ma, Wulan mau BB boleh?". Mama tidak melotot, mama tersenyum dan bertanya-tanya tentnga harga, kelebihannya dan mengapa saya menginginkan itu. Aku pun mejelaskan dengan lengkap, berikut dengan gambar dan kecanggihannya. Yey!! Aku  mendapatkan bb itu, senengnya bukan main.

Awal memiliki bb, daftar temen di bbm hanya hitungan 5 jari. Saya hanya sibuk di jejaring sosial dan beberapa aplikasinya. Lama kelamaan, daftar temen menjadi puluhan, karena kerepotan saya pun jadi terpaksa mengelompokannya. Belum lagi undangan untuk gabung di berbagai macam grup, Aktivitas di bb menajdi semakin meningkat. Di tambah lagi dengan akun jejaring sosial yang saya daftarkan. Saat berbincang dengan keluarga, sahabat, bb menjadi gangguan yang mengasyikan. Karena bb, aku bisa seenaknya saja tidak fokus mendengar celoteh dosen, curhatan temen, nasihat mama, hanya kerena bunyi dari bb yang pertanda ada 'pesan' yang masuk. Yah, walaupun akhirnya aku bisa mengubahnya.

Hingga di hari pertama lebaran, bb itu harus aku ikhlasin untuk tidak jadi milik ku. Berbagai macam perasaan yanga ku rasain saat itu. Hidup flat tanpa bb lah, temen-temen bbm lah, aktivitas nge-tweet lah, semua catatan yang ku simpan lah, pokoknya tentang bb tapi yang lebih menyakitkan adalah itu hadia ulang tahun dari mama. Sampai sekarang, hanya itu sedikit mengganggu saat mengingat bb. Hanya itu.

Aku sempat berpikir, akan susah ni hidup tanpa bb. Gak bisa bbm-an, gak gampang buat twitteran, repot kalo mau online, tapi ternyata sekarang, aku malah tidak lagi menginginkan bb hadir di hidupku. Sampai saat ini, aku masih baik-baik saja dengan hp sederhana ku, masih menjadi makhluk sosial yang punya banyak teman, masih bisa bersosialisasi lewat dunia maya dan yang baik adalah, lebih menghargai dunia nyata. Karena kalau bersama bb, kadang aku harus berbagi antara nyata dan maya, hilang fokus. 



Dan ternyata, kebutuhan akan sesuatu itu adalah tentang bagaiaman kita menyikapinya sebijaksana mungkin.

No comments:

Post a Comment