Monday, October 17, 2011

Kapan terakhir kali jalan berdua dengan Ayah?

Dulu, saat belum mengenal naksir-naksiran sama temen cowok. Saat masih begitu bergantung dengan mama dan ayah. Saat belum ada geng di sekolah. Saat masih bertanya PR dengan mama dan ayah. Aku selalu girang berjalan berdua dengan mama atau ayah. Meminta bantuan mereka untuk urusan sekolah, Urusan apapun itu.

Sampai saat ini pun aku masih ingat detailnya. Siang itu panas matahari begitu terik. Ayah mengendarai motor di jalanan sepi dan sempit. Jalanan menuju luar kota Tungkal, demi memenuhi kebutuhan sekolah ku. Mencari tanaman yang ku mau untuk tugas sekolah. Aku bermain-main di boncengan. Tangan ku liar ke sana kemari dan setiap menit ayah bilang "pegangan Wulan."

Saat siang mendekati sore. Aku sibuk minta di ajak jalan memutari kota. Senang melihat apa yang terjadi di kota kecil itu saat sore. Saat pagi, aku membututi ayah atau mama jalan subuh. Berjalan pegangan tangan beriringan. Saat itu begitu senang dan girang. Aku diceritakan banyak hal dan aku bertanya banyak hal.

Waktu tanpa ampun terus maju. Aku bertemu bermacam pergaulan, bertemu temen, bertemu cinta, bertemu gengsi. Dimana bergantung pada orang tua adalah sesuatu yang "gak asik". Perlahan berubah. Aku memnuhi kebutuhan sekolah bersama temen-temen. Memenuhi kebutuhan lain bersama teman. Terlebih saat telah mengenal cinta. Hanya kebersamaan dengannya yang aku tunggu. Tidak lagi merengek dengan mama atau ayah minta di ajak jalan.

Dan tadi...di perjalanan menuju Ketep Pass bersama seorang sahabat, tiba-tiba aku teringat ayah saat melihat dia sedang menyetir motor. Tiba-tiba rindu itu datang. Tiba-tiba teringat ayah yang selalu bilang "pegangan Wulan" saat membonceng aku. Dan tiba-tiba, aku menangis. Aku begitu rindu masa itu. Takut itu tak akan terjadi lagi.

Ayah, dulu aku memang malu kalau jalan denganmu, malu kalau bergantung padamu. Tapi sekarang, saat waktuku banyak tersita dengan kesibukan bersama temen, cinta, kampus dan lain-lain, aku merindukan jalan-jalan denganmu. Aku rindu bercerita denganmu. Aku rindu. Dan pasti aku tidak malu lagi.

Ada banyak hal mengesankan yang kau berikan dalam hidupku. Saat kau berlari sekencang mungkin menuju apotek saat tanganku terbakar petasan. Saat kau tanpa baju menyusul aku yang tercebur di kolam. Saat kau antarkan makan ke kamar ku ketika aku dihinggapi keegoisan untuk ngambek. Ketika kau bertanya "bagimana kuliahmu Lan?". Ada banyak sekali ayah yang aku rekam di sini, aku simpan rapi dalam memori ku.

Kelak nanti,ketika waktu semakin bergerak maju, ketika fase kehidupan ku akan berubah. Aku ingin berjalan berdua denganmu ayah. Aku ingin bercerita denganmu. Aku ingin berpegangan tangan denganmu. Aku ingin berterima kasih denganmu. Aku ingin meminta maaf denganmu. Aku ingin berdua denganmu, bersama mengenangnya. Dan semoga waktu masih berbaik hati mengizinkan itu terjadi. Aku tulis catatan ini bersama rasa takutku kehilanganmu ayah. Sangat teramat takut.

Maharani yang merindukanmu

17 Oktober 2011, Ketep Pass

No comments:

Post a Comment