Siapa yang tau tentang umur? Kemarin bisa teman kita, hari ini bisa saja kamu, aku atau dia. Atau seseorang yang paling kita cintai. Seseorang yang kita inignkan untuk selalu ada. Gak ada yang pernah tau tentang itu. Yang terbaik adalah bebruat sebaik mungkin selama kesempatan menarik nafas itu ada. Dan bagi kita yang ditinggalkan, keihklasan adalah hal terpenting untuk terus melanjutkan hidup dan mandamaikan yang pergi, agar mealngkah ke alam yang berbeda dengan ketenangan. BEristirahat di tempat terakhir dengan senyuman.
Sudah sering tulisan seperti ini kita baca, kita dengar bahkan kita ucapkan. Tapi ketika kabar itu datang, kekagetan tetap saja ada. Kaget karena sepertinya teman kita pergi begitu cepat kaget karena sebelumnya beliau sehat walafiat, kaget karena baru saja kita tertawa bersama. Yah...apapun bisa terjadi jika itu memang takdir-NYA. Banyak rasa bercampur aduk saat jabar kehilangan ini didengar, rasa kasihan terhadap keluarga yang ditinggalkan, rasa kasihan atas hidup mereka yang pergi, rasa kasihan dan tak tega dengan cerit ayang menyebabkan kepergian mereka. Dan...perasaan takut, jika setelahnya adalah giliran kita. Apakah kamu, aku siap? Rasa takut akan hukuman atas kejahatan dan kelalaian di bumi. Rasa takut sendirian di bawah tanah sana.
Aku sering berpikir, manusia yang berjalan dengan jalan yang benar saja masih merasa takut akan dosa dan siksa di hari akhir, apa lagi aku? Kalau aku berpikir masih ada esok, tapi jika detik ini, saat aku menyelesaikan tulisan ini adalah waktu ku, apakah waktu itu masih banyak? Kadang kesimpulan terhadap sesuatu yang jelas tidak kita ketahui sering kali kita buat sendiri. Yang berakhir pada kesia-siaann waktu. Aku tau teori tapi dalam prakteknya banyak godaan yang lebih menarik.
Penyebab kematian adalah karena kehidupan itu sendiri. Yah...kalimat sederhana ini lah yang menyadarkan ku, tidak lah penting penyebabnya itu apa, tapi karena nafas itu lah mati itu ada. Meski kadang aku merinding mendengar cerita penyebab kematian, membayangkan rasa sakit yang pasti luar biasa sakit.
Membayangkan seseorang yagn dekat telah tiada, seseorang yang pernah tertawa bersama ku, pernah bercerita, pernah tidur di atas kasur yang sama telah tiada, masih seperti mimpi. INilah realita hidup yang penuh kejutan. Dan saat-saat seperti inilah aku merasa kemewahan dunia bukan hal penting, bahkan seperti gerbang untuk dosa yang besar.
Yang terpenting ada pelajaran atas semua yang terjadi, ada perbaikan yang terbentuk. Karena setiap cerita baik dari ALLOH adalah pelajaran untuk hamba yang mengerti. Semoga hati ini tidak hitam untuk megerti dan merasakan yang indah dnegan penuh rasa syukur.
RIP my friend Saidah...senang sekali pernah tertawa bersamamu, penah meminta tolong denganmu, pernah memejamkan mata bersamamu, dan pernah berlari bersama mu...
No comments:
Post a Comment