Seperti apa sebenarnya aku merindukanmu? Rindu yang membutuhkanya? Atau rindu untuk menyampaikan rasaku?Yang pasti, aku hanya ingin dia segera ada di sini. Sesaat setelah rindu menghampiri. Namun demi memberi kebebasan untuknya, demi memberikan hidup yang adalah haknya, aku membebaskannya. Tapi tidak semudah membebaskan aku akan rindu ini.
Selepas semua telah ku ikhlaskan, selepas semua telah ku berika senyum, bahkan untuk sesuatu yang menyakitkan. Aku menerima adanya ini, sebuah jarak, sebuah jarak yang ternyata terlalu jauh melebihi perbedaan antara pulau yang berbeda, yang kita pijak. Ini menyakitkan menyimpannya. Rindu ku tak miliki hak untuk bermuara padamu.
Kepada carikan kertas, kepada desing parau suara sore, kepada oranye langit sore di depan kamar sepi ini, aku menghela rindu yang terasa semakin pekat, menyulitkan nafasku. Begitu sesak kadang hingga berair wajah ini. Datanglah ke sini walau lewat kabar, walau mungkin kau berbohong, membodohi ku, untuk membebaskan aku bernafas.
Selepas semua telah terbang kembali pada tempatnya masing-masing. Rinduku pun seharusnya menemui ajalnya. Harusnya mati dan tiada lagi. Selamanya. Memang dia tak harus datang lagi. Waktunya memang singkat, meski telah merubah tahunan hidup yang telah ku jalani dan ku buat. Hanya seperti itu rindu akanmu datang. Yang bahkan aku tak sadari ini rindu karena rasa ini atau rindu membutuhkanmu. Selamat tinggal rindu.
No comments:
Post a Comment