Friday, April 15, 2011

Sedikit Cerita tentang seorang Ayah

Aku memanggilnya Baba'Am. Kata Mama itu karena dulunya aku sering mendengar orang-orang memanggil beliau dengan panggilan Pak Am singkatan dari Amdani. Namun karena masih cadel, jadilah Baba'Am yang tersebut, dan berlanjut hingga sekarang. Kata Mam lagi, setelah lahir adik ku Dian, panggilan Baba'Am itu akan berganti, panggilan Ayah dan akan diajarkan pada Adik ku. Tapi ternyata cadel Dian lebih parah, bahkan hingga masuk Sekolah Dasar, sampai sekarang pun dia belum bisa bicara cepat dengan lurus. Panggilan Baba'Am pun melekat hingga sekarang. Sahabat terdekat pun memanggilnya Baba'Am. Dulu aku sempat malu, tapi sekarang aku malah bangga dengan panggilan itu. Setiap bercerita tentangnya aku menyebutnya Baba'Am.

Ba'Am dulu sangat dekat dengan ku, kemana-mana kami sering berboncengan atau naik kendaraan umum. Aku selalu ingin ikut setiap beliau pergi. Tapi beranjak dewasa dan kehadiran Dian, kedekatan seperti itu sudah berkurang. Namun kami tidak pernah tidak berbgi cerita dan rencana-rencana ku ke depan.
 wajah sederhana yang selalu aku rindukan

Aku bangga menjadi anaknya meskipun selalu penuh berdebatan. Beliau tidak pernah mengajarkan tentang hidup langsung kepada kami anak-anaknya. Tapi beliau mencontohkan itu semua. Aku hanya menyimpulkan itu semua dan mengamalkan kebaikannya untuk hidupku. Tak pernah ada aturan resmi dalam keluarga ku kecuali aturan agama itu sendiri yang memang diajarkan sejak aku menghirup udara dunia ini.

Meskipun aku tidak peduli dengan pekerjaan Baba'Am, tapi aku tau beliau adalah pegawai negri jujur. Bahkan waktu kecil aku pernah merengek menolak pemberian uang dari rekan kerjanya. Saaat itu aku belum benar-benar tau apa maksud pemberian uang itu. Namun aku hanya pernah melihat Ba'Am selalu menolak pemberian uang seperti itu, dan aku pun mengikutinya. Yah, beliau tak pernah bercerita tapi memperlihatkan secara langsung.

Aku membeci nya karena merokok, tidak olahraga, suka makan daging dan masih membuang sampah sembarangan. Orang tua, seperti biasa, enggan diberi tahu yang lebih muda, meskipun tau itu adalah benar. Mutlak. Tetap saja bersih keras mereka lah yang benar. Belum menerima perubahan dari anaknya sendiri. Itu yang sering ku gumamkan kalau perdebatan itu dimulai. Dan itupun bukan benci dalam arti sebenarnya. Aku hanya khawatir sesuatu yang buruk terjadi nanti padanya. Itu saja. Satu hal lagi yang membuat aku terkesan, Ba'Am gak pernah peduli dengan ulang tahunnya, namun peduli dengan ulang tahun keluarganya, meskipun tanpa perayaan, namun tak pernah ada penolakan setiap kami memintanya.

Baru-baru ini aku mendengar tentang pekerjaannya. Istilah di sana, tempat Ba'Am kerja, Ba'Am telah di non-job kan oleh Bupati terpilih karena saat pemilu Ba'Am mendukung lawannya. Aku hanya tersenyum kecut mendengar cerita itu. Demikian politik. Ba'Am yang tidak menyenanginya pun harus terjerumus dan terkena dampaknya. Ba'Am selalu terlihat tentang tapi aku tau bahwa beliau pun gusar, apakah mampu memenuhi keinginan kedua putrinya yang sama-sama haus sekolah. Ingin sekolah setinggi-tingginya. Aku pun sedih kalau mengingat itu. Dengan berubahnya pekerjaan Ba'Am maka pola hidup aku pun harus berubah. Aku tidak masalah dengan itu, hanya aku mengkhawatirkan kesehatan mereka di sana, aku jauh di sini , tidak bisa melihat setiap waktu. Juga kahwatir dengan adik yang baru akan kuliah.

Tapi dari ini semua, aku sadar bahwa ini adalah roda kehidupan. Sedang mendapat ujian berarti jalan untuk bertambah mulia. Doaku selalu untuk kesehatan kedua orang tuaku, kelancaran ku untuk terus sekolah meskipun dengan cara yang akan menyusahkan sekalipun namun halal, begitu juga dengan Dian. Keluarga ku yang terpenting dalam hidup saat ini. Hanya mereka yang bisa aku harapkan, bukan untuk kebaikan ku tapi untuk mereka yang selalu ada dan tidak pernah meninggalkan.

Dear Ba'Am, maaf untuk semua yang buruk, yang pernah aku lakukan. Boros. Keras kepala. Tapi aku tidak pernah bohong loh. Aku masih ingat ceritamu tentang anak pembohong dan dosanya di mata Allah tapi maaf, aku masih sering berucap "ah!" kata yang kay selalu benci. Dan aku juga tidak akan pernah minta maaf sudah marah-marah setiap Ba'Am merokok atau ngomel macam-macam setiap Ba'Am buang sampah sembarang. That is true bad attitude Deeeed...

Sekarang...bekerjalah semampu, berhentilah jika lelah sudah selalu kau rasa. Aku siap bergantian denganmu meskipun aku tidak tau mau jadi apa nanti. Tapi sungguh, aku akan berusaha. Hanya mohon selalu doa dan dukunganmu. Berhentilah merusak dirimu sendiri, karena kami di sini, begitu dan terlalu mengkhawatirkanmu. Kami masih, akan dan selalu membutuhkanmu sampai kapanpun. Bukan tentang uang yang kau hasilkan, tapi kehadiran dan keberadaanmu bagi kami yang selalu kami butuhkan.

No comments:

Post a Comment