Ari mengibaskan tangan di depan wajahnya sendiri, berharap dapat menghapus keinginan untuk air matanya jatuh meluapkan yang dia rasakan. Hari itu Tania masih terlihat sama, masih terlihat sebagai gadis yang menguakan rasa cintanya. Masih sama. Tapi jelas keadaan saat ini sangat berbeda dengan 8 tahun lalu. Saat Ari dan Tania masih memiliki kebebasan untuk memutuskan tentang dirinya sendiri.
8 Tahun yang lalu...
Tania saat itu begitu polos, lugu apa adanya, kucel, jerawatan, sering tertawa nyengir menampilkan jajaran giginya yang rapih. Ah Tania, begitu mengejutkan kehadirannya saat itu bagi Ari. Siapa gadis tak biasa ini. Penampilannya yang sungguh berantakan dan membuat mata seakan berubah fungsinya saat melihat. Ah Tania, begitu tampak berbeda. Ari hanya tersenyum simpul saat melihat gadis mungil ini pertama kali. Saat mendengar ocehan Tania dengan temen sepermainan Ari, Ari semakin merasakan perbedaan di hatinya. Mirip seperti film-film dan sinetron remaja kebanyakan. Ari tidak pernah merasakan rindu. Itu saja. Perjalanan hidupnya yang mengantarnya kepada kekecewaan yang hingga saat ini masih membekas membawa Ari menjauh dari kata rindu. Tapi Tania, telah membawanya kembali kepada rasa itu. Saat itu, hanya rindu ingin selalu melihat dan mendengar Tania.
Hingga Tania dengan lugunya bertanya sesuatu pada Ari melalui sms dan mulai saat itu Ari terus dan terus mencari-cari alasan agar Tania selalu menghubunginya setiap hari. Entah dengan berjanji sesuatu hari esok atau menunda jawaban dari pertanyaan Tania. Hingga akhirnya mereka harus terpisah karena mimpi Ari untuk melanjutkan sekolah menjadi nyata saat seorang gadis berantakan bernama Tania telah mengenalkannya kembali pada rasa rindu.
Perpisahan itu. Ah, perpisahan yang tidak seharusnya tidak terjadi. Peprisahan dari rasa sesak di hati Tania yang tidak dapat bertahan dalam keadaan penuh perjuanan untuk melawan semua penentang hubungan mereka. Bukan tentang orang ketiga, tapi masa lalu mereka berdua. Masa lalu Ari yang membawa Tania kepada rasa bersalah dan bingung. Masa lalu Tania yang juag membawa Ari pada rasa bersalah. Cinta telah menyatukan mereka tanpa perlu berkenalan dulu dengan masa lalu keduanya, namun ternyata hal ini yang membuat mereka harus berpisah. Empat tahun berjuang, menutup telinga dari segala macam bentuk cacian karena keputusan mereka bertahan. Menguatkan hati dalam jarak yang begitu jauh untuk mempertahan apa yang mereka miliki. Dan ternyata berakhir, tak tau apa cocok disebut berkahir begitu saja. Tapi nyatanya memang begitu, tak ada cerita lagi setelahnya. Selain perjalanan cinta yang mengebalkan hati. Menetap untuk selalu menyimpan Tania.
Ari memandang nanar ke depan, mengepalkan tangan. Menyalakan mobil dan menembus jalanan kota ini dengan pikiran berisi "Tania". Saat-saat Ari melihat Tania perjuang dalam permainan out bond nya, saat Ari mendengar cerita harian Tanian melalui aplikasi chating di laptop, atau lewat telfon dan ketika mereka dapat bertemu setiap kali perayaan hari besar agama. Mengunjungi keluarga dan kerabat bersama Tania. Tania yang tidak perlu repot bertukar pakaian kalau mau pergi. Tidak pernah repot dengan penampilan. Bukan tentang Tania yang selalu apa adanya, yang berantakan, tapi tentang Tanian yang selalu dapat membuat Ari merasakan rindu. Itu saja. Bahkan Tanian sudah merobohkan pertahanan Ari untuk tidak akan pernah merasakan rindu itu lagi. Hanya Tania.
Mobil Ari berhenti pada suatu tempat wisata alam. Jelas sekali bahwa tempat ini adalah kenangan mereka berdua. Memang hanya sekali Tania dan Ari berkunjung ketempat ini. Tapi ditempat ini pertama kalinya Tania menampakan bola matanya yang indah sambil mengatakan "aku bersyukur loh bisa sama kamu". Cuma kalimat itu, sedetik pun dari kejadian sore itu tidak pernah dilupakan oleh Ari. Dicatat begitu rapi dan lengkap di harian hatinya. Sore ini, Ari hanya tersenyum memandang pemandangan indah di depan matanya. Masih terngiang suara Tania, namun begitu sadar bahwa itu hanya khayalan, Ari segera melamparkan batu kerikil sejauh mungkin sambil mengemhembuskan nafas yang menyimpan desakan masa lalu.
"Kamu masih di sini Tania"
No comments:
Post a Comment