Terinspirasi dari judul sebuah catatan di facebook, aku pun ingin menulis dengan judul yang sama. Namun tidak sama sekali mencontek apa yang ada pada catatan tersebut.
Dear calon suami, aku tidak tahu engkau siapa. Entah yang saat ini bersama ku, atau seseorang yang belum aku kenal, atau temen dekatku, atau siapapun yang belum aku tau dengan pasti. Aku tau persis itu masih jadi rahasia Tuhan, tapi saat ini aku berusaha untuk itu. Hmmm, atau mungkin aku akan bertemu engkau kelak di lain dunia. Entahlah...
Dear calon suami, aku bukan perempuan dengan banyak kelebihan. Secara fisik pun aku tidaklah begitu indah. Paras ini pun tak begitu cantik. Namun sungguh ini yang terbaik dari sang Pencipta untuk ku Dari sikap pun aku jauh dari sempurna, masih banyak pengertian dalam hidup yang belum mampu ku rangkul. Aku masih belajar ini dan itu. Aku pun bermimpi dan ingin meraihnya dengan daftar yang cukup banyak. Tapi percayalah, aku tak ingin menyusahkan mu dengan mimpi-mimpi itu kelak, aku butuh dukunganmu. Dengan segala kekurangan itu pun aku tidak dapat berjanji untuk menjadi istri yang baik untumu kelak namun aku berjanji akan berusaha untuk itu. Maaf, aku tidak bisa menjanjikan hal-hal yang indah, aku hanya ingin melakukan yang terbaik saat ini juga, saat itu juga.
Dear calon suami. Saat ini hidupku tercukupi oleh orangtuaku, entahlah saat nanti. Mungkin saat itu aku akan menuntut kau melakukan hal yang sama, mencukupi semua yang kuinginkan seperti apa yang telah dilakukan orang tuaku. Tapi tolong lah jika semua melebihi batas. Tolong beri aku penjelasan yang lembut dan juahkan dirimu dari bentakan.
Dear calon suami, jujur aku menginginkan mu dengan fisik yang manis serta dapat membuat ku bangga, tapi sungguh...Takutlah engkau pada Tuhan mu, pada yang menciptakanmu. Karena dengan demikian, sudah pasti kau akan melakukan hal-hal yang baik dan itu pun cukup membuat mu tampak indah bagi ku. Tak penting orang lain, karena ini hanya tentang aku dan kamu.
Dear calon suami, aku menyenagi pesta pernikahan yang mewah, aku senang berada di dalamnya, namun aku tak menginginkan itu terjadi pada ku. Aku ingin kesederhanaan denganmu.
Dear calon suami...aku menginginkan urutan rencana sebelum tanganmu berjabat dengan waliku mengucapkan janji itu. Bukan rencana-rencana penuh kesenangan, tapi rencana agar semua yang akan dijalin nanti berjalan indah. Agar komitmen itu tampak nyata.
Dear calon suami..aku ingin menjadi yang terbaik bagimu hingga kau tak perlu berpaling. Aku ingin hanya kamu adanya satu. Dan untuk itu ... takutlah engkau pada Ar-Rahman, Ar-Rahim yang kelak nanti mempertemukan kita. Dengan takutmu kau akan mampu membimbingku, mengajariku serta memimpin keluarga kecil kita kelak dengan pedomana yang benar.
Sebuah tulisan dini hari saat gempa baru berlangsung.
Bogor
No comments:
Post a Comment