Ini semua tentang yang saya alami
Sering kali saya merasa kesal hanya karena sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Kadang hanya tentang hal kecil, seperti becandaan yang menurut saya saat itu berlebihan, atau hanya karena barang jatuh dari lemari pakaian saya berturu-turut hingga saya repot harus merapihkannya kembali. Lalu hal yang tidak saya inginkan itu, berhasil membuat saya marah berkali-kali. Merutuki hari itu sebagi hari yang sial.
Dulu saat saya masih kecil, hal itu malah lebih parah, kalau tidak sesuai dengan yang inginka, saya dengan brutal menendangi dinding-dinding rumah yang terbuat dari kayu dan triplek. Sambil teriak. Pernah waktu itu, saya sangat menginginkan buku tulis lucu berukuran kecil. Ntah kenapa dari dulu hingga sekarang saya paling suka membeli buku-buku lucu untuk menulis apa saja. Lalu di siang hari yang terik saya pergi ke sebuah toko potocopy rumahan berjarak kurang lebih 500 meter dari rumah saya, saya pergi dengan jalan kaki. Sampai di toko saya menunggui pelayan untuk menghampiri saya. Lama saya berdiri dan memanggi-manggil pelayan tersebut, sambil ,menjijitkan kaki, tapi tak satupun menemui saya dan mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bahkan menoleh pun tidak. Saat itu saya benar-benar berang. Hari itu panas terik lagi. Saya memutuskan pulang sambil berlari dan sampai di rumah saya menerjang pintu rumah, masuk ke kamar, menendangi dinding kamar, melempari apa saja dan nangis sekencang-kencangnya. Berjam-jam, hingga tertidur.
Bagaimana saya tidak bisa melupakan kejadian itu, saya paling ingat komentar Mama saat melihat saya mengamuk. Mama hanya bilang "Rugi hey kayak gitu" diringi muka takjubnya, muka jengkelnya, muka geleng-gelengnya. Sebelumnya Mama bertanya "Kenapa hey?" saat saya datang dengan menerjang pintu rumah. Saya mejawab dengan berteriak. Dan kalau sekarang saya seperti itu, kalimat Mama terngiang di ingatan. Kenapa emosi saya dikendalikan oleh orang lain, bukankah seharusnya diri saya sendiri? Bukankah yang memutuskan tentang diri sendiri itu adalah diri kita sendiri?
Yah, memang betul, hal yang terjadi itu tidak sesuai dengan keinginan kita atas reaksi dari lingkungan sekitar dan orang lain, tapi reaksi dari diri kita sendiri bukankah kita yang memutuskan?Mau meladeni amarah, mau tetap stay cool, mau tetap tenang, atau malah mengamuki keadaan? Bukan itu kita yang memutuskan dan yang memilih? Oleh karena ini, kalau ada hal yang tidak saya inginkan terjadi, saya hanya perlu berdiam diri sebentar, untuk mencerna, menelaah dan menerima semua sebagai bagian dari perjalanan waktu saya. Setelah itu saya memutuskan untuk "baik-baik saja" kembali. Tentu dalam arti yang sebenarnya. Dan yang paling penting, jangan lupa "senyum". Karena seluruh wajah di muka bumi ini yang terbaik bentuknya adalah saat senyum. Senyum juga mengirinkan ion-ion positif untuk hati. ^^
Selamat tersenyum sahabat ^^
seiring bertambahnya usia, tantangan hidup, tanggung jawab, semestinya semakin tua manusia semakin dewasa....tanpa kehilangan kepribadian dan karakter aslinya....
ReplyDeletetapi banyak jg yang tidak...karakter tetap kentara, tapi pikiran tidak bertambah dewasa..
Tulisan yang bagus lan....ak suka bacanya...waktu kecil ak juga pernah buang semua buku kakakku krna marah...sama kyk kau tu yg suka tendang dinding...(untuk dindingnya ga beton ya :P )
Sedikit saran : Perbaiki tanda baca dan ejaan. Gunakan EYD jika memungkinkan, kalau terpaksa menggunakan bahasa tidak baku, sebaiknya di cetak miring.. :D ...itu kata teman sih :)