Ketika di sengaja di khianati oleh cinta yang dengan setia kita jaga seperti ada ribuan paku yang menymur menyerbu menusuk-nusuk hati. Sakitnya membuat pagi gelap, membuat rapuh ketika sadar bahwa hari ini harus dileawati lagi, dengan keterpaksaan, dengan tatapan kosong, dengan harapan kosong. Atau dengan kepura-puraan, berpura-pura baik-baik saja, tapi hati dan pikiran bersama berjuang melawan kesedihan yang menyesakan dirinya ingin keluar lewat diri.
Ketika keterlambatan dari sebuah pernyataan menghantammu jauh menjadi sebuah penyesalan. Mengungkung dirimu dengan pertanyaan-pertanyaan. Dengan ketidak mengertian. Atau dengan segala macam bentuk rasa tak terejawantahkan. Tidak paham ingin menjelaskan bentuk patah hati ini, tidak mengerti dengan ketersesatan rasa yang sekian lama di simpan, seketika mendebu. Seketika merobek alasan kau bertahan pada kesetiaan rasa.
Terhadap semua sakit yang di rasakan dan kepada masa lalu yang menyedihkan. Untuk kesetiaan yang dikhianati, untuk penantian yang di cundangi waktu. Untuk ratapan pada pagi yang datang (lagi), untuk malam yang menjadi teman kesenderian untuk rasa sedih yang menyelimuti. Selalu ada ada harganya. Bukan atas izin-NYA ini terjadi.
Mungkin sebuah dosa bagi si pengkhianat, tidak membayar kesetiaan di sisinya, tapi setiap perjalanan ada tepinya, ada labuhnya. Ada harga yang harus di bayar, ada ganjaran yang harus di terima. Ada jalan yang harus di lewati meskipun pun mengkhianati diri sendiri dan orang lain. Ada pilihan yan gharus di jalani tanpa di ketahui alasannya. Hingga nanti, suatu hari, kita hanya tinggal cerita, tanda tugas kita telah usai, semua akan terjawab. Semesta akan mengindahi kesabaran dan penerimaan akan pengkhianatan itu.
Tergugu mengingat keterlambatan itu, termangu mencoba membuat jalan cerita sendiri, lalu sadar dan kembali patah. Ribuan pertanyaan semakin merobek hati yang akhirnya memberi penyesalan semakin dalam. Tapi setiap sedih sudah seharusnya akan berujung. Ada waktu yang menunggu di depan, yang harus di lewati, meski dengan hati yang berdarah. Bada pada lautan pun akan berakhir, demikian dengan hati yang pedih itu. Ada harga dari rasa yang besar dan di simpan lama. Ada harga dari sebuah kesetiaan, ada harga untuk itu semua. Hingga nati, suatu jari, ketika tugas telah selesai, hingga ini menjadi cerita bagi bumi, semua akan terjawab. Semesta akan mengindahi penerimaan dan pilihan untuk terus jalan, ke depan.
No comments:
Post a Comment