Friday, May 18, 2012

Katty dan Karin

Katty mematut dirinya di depan cermin setinggi 180 cm. Tubuhnya bahkan hanya satu perenam tinggi dari cermin itu. Ke kiri, ke kanan, berusaha berdiri menghadap ke belakang, memainkan ekor. "Sudah aku bilang, aku yang tercantik di sini", gumamnya sambil tersenyum angkuh. Katty masih ceria dan begitu percaya diri 3 tahun yang lalu.

Putih bersih, tebal, bersih, hidung pesek dan mata bulatnya yang biru di sertai bulu mata nan indah, Katty menjadi kucing favorit di sebuah komplek perumahan ternama. Di huni oleh kaum hedon, yang tak mempunyai kesulitas sedikitpun dalam keuangan, bahkan bisa di jamin tujuh turunan tak akan habis.

Hidup Katty bak seorang putri, mempunyai ruangan khusus, perawat khusus, semua serba khusus. Bahkan perawat Katty mempunyai bagiannya masing-masing. Nyonya Sury sangat membanggakan Katty. Setiap sore, saat mereka berjalan sekedar mengelilingi taman komplek nan megah, semua mata yang ada di sana, bahkan sulit membagi mana yang harus di lihat dengan seksama. Nyonya Sury, sebagai seorang istri dari Tuan Sury yang memiliki 45 cabang perusahaan baik di Indonesia maupun di Luar Negri, hasil dari perawatan dan perkawinan kedua orang tuanya, menghasilkan wajah, tubuh serta keseluruhan fisiknya cantik luar biasa. Kulit kuning langsat bersih, bertubuh tinggi langisng, berkaki jenjang, sangat Indonesia namun tentu saja cantik dan menarik. Kalau Katty? Jangan lagi di tanya, sudah 3 tahun ini Katty menjadi kucing tercantik di Komplek ini, atau mungkin dunia.

Hari itu, rumah yang tepat berada di depan kediaman Nyonya Sury di isi oleh tetangga baru. Tuan Magic dan Nyonya Agis. Pasangan suami istri itu berserta kedua anaknya adalah pencinta binatang. Ada lima jenis hewan peliharaan mereka yang turut serta menjadi penghuni baru. Ical si Anjing. Jewel si kucing berbulu pirang. Ibas si  Kura-Kura, Bagas si Marmut dan terakhir yang paling menyeramkan namun menjadi kesayangan Tuan Magic, Raka si Buaya. Ical dan Jewel menjadi hewan peliharaan Rika si sulung perempuan sementara Ibas menjadi peliharaan Diman si bungsu leaki-laki dan Nyonya Agis adalah sisanya. Mereka semua seperti sebuah keluarga yang ramai dan bahagia.

Halaman kediaman Nyonya Sury cukup unik. Pada kebiasaannya halaman sebuah rumah adalah taman dan air mancur. Namun kediaman Nyonya Sury sunguh unik, mereka semua memang selalu menajdi pusat perhatian semenjak menjadi penghuni komplek itu 3 tahun yang lalu. Halam di bentuk seperti pantai lengkap dengan ombak buatan. Biasanya pemandangan seperti ini lebih cocok di halaman belakang, namun keluarga ini ingin menghadirkan kedamaian bagi siapa saja yang menginjak kediaman rumah ini pertama kali. Sungguh unik. Namun sungguh terlihat cantik. Replika pantai itu sungu mirip seperti film-film Hollywood, ada rumah di tepi pantai. Namun kali ini rumahnya lebih besar dari pantainya.

Pagi itu Katty sedang asik berjemur, di temani dengan pengawalnya yang saat itu sibuk mempercantik kukunya setelah memijat Katty. Ical pun saat itu sedang asik bermain basket bersama Tuan Magic. Katty melepaskan kaca matanya, mengamati Ical dengan cermat. Lima belas menit Katty terus memandangi Ical. Lalu dia memutuskan untuk masuh ke rumah.

Dua tahun yang lalu. Ketika Katty belum mengenal Kara, Katty adalah kucing periang yang senang bercengkarama bersama kucing-kucing komplek lainnya. Suka berbaur, bercerita, bergosip atau melakukan perawatan bersama. Namun setelah hari itu, setelah Katty sadar akan perbedaan itu, setiap sore Katty hanya menghabiskan waktu dengan berjalan di samping Nyonya Sury. Kemudian mendengarkan cerita Nyonya Sury dan membalas cerita itu dengan tatapan. Namun Nyonya Sury tak pernah tau, luka yang di simpan Katty dua tahun ini.

Kara adalah hewan peliharaan yang bebas, meskipun begitu Kara selalu ingat pulang dan selalu ada jika pemiliknya membutuhkannya. Kara sering berjalan keliling komplek saat pagi dan sore. Sekedar Jogging atau mengiring bola basket kesayangannya. Saat itu Katty baru menjadi penghuni komplek, sementara Kara, yang mempunyai majikan seorang duta besar asala benua Eropa, telah empat tahun berada di sana.

Katty tak pernah tau apa itu perbedaan. Katty senang melihat Kara dan murung jika sehari saja tak bertemu Kara. Setiap hari Katty selalu mencari tempat untuk sekedar melihat Kara. Entah itu saat sedang berjemur, bergosip, semua hal itu adalah hal penting nomor dua, yang pertama adalah melihat Kara.

"Kita hanya boleh jatuh cinta dengan sesama kucing Katt" komentar Ika tiba-tiba, saat kedua sahabat itu sedang melakukan diam bersama. Katty benar-benar sedih saat itu, sehingga dia hanya butuh teman untuk diam bersama.
"Kalau memang begitu, kenapa aku punya perasaan ini?" Katty yang cantik berubah murung beberapa hari setelah menyadari perbedaannya dan Kara.
"Buat ngajarin kamu, kalau perbedaan itu ada, kalau ada perbedaan yang gak bisa kamu bantah, kalau ada perbedaan yang memang harus kamu terima, dan antara cinta dan rasa ingin memiliki itu beda."
"Harus ya pelajaran itu aku dapat dengan cara kayak gini?"
"Tuhan ngajarin kita banyak hal dengan cara yang beda-beda Katt."
"Hhhhhhhh" Katty menghela nafas dan menunduk. 
Malam itu Katty membasahi tempat tidurnya yang beralas sutra dengan air mata.

Katty teriangat pembicaraannya dengan Ika satu minggu yang lalu, yang mengambil sebagian semangat Katty untuk menjalani hidup.
"Kamu kenapa si, kok senyum-senyum terus? Lagi jatuh cinta yaaa?" cecar Ika sore itu saat mereka sedang manicure bersama
Katty hanya senyum.
"Cerita dong Katt, sama siapa? Gilang, Agung, Rio atau?"Ika menyebutkan nama-nama kucing jantan di komplek.
"Bukan kucing Ka...." Katty masih menjawab dengan wajah penuh senyum.
"Ha? Lalu?"
"Kaaa...raaa.." Katty menjawab terbata
"Katt kamu tau kalau Kara beda sama kita. Sekalipun Kara juga suka dengan kamu, gimana kalian bisa berkomunikasi. Kehidupan kalian jelas beda Katt."
Katty seakan tersadar, apa yang di rasakannya tiga bulan terakhir ini adalah hal yang salah.

Namun dua bulan masih bisa di atasi Katty dengan baik-baik saja, Kara masih tetap di perhatikannya dari jauh. Namun setelah Kara pindah bersama majikannya ke luar negri Katty perlahan menarik diri, lebih banyak menghabiskan waktu untuk sekedar berdiam di replika pantai, ruangan membacanya atau menulis sebanyak banyaknya puisi. Terkadang Ika datang menghampiri Katty, sekedar menghibur dengan melakukan kebiasaan mereka yang menyenangkan. Namun Ika sadar, kepergian Kara mengambil sebagian ceria Katty. Dan dia kehabisan cara untuk mengambalikan Katty yang dulu.

Ical dengan bola basketnya mengingatkan Katty akan Kara. Pagi menjelang siang itu Katty berhenti berjemur dan masuk menuju kamar Nyonya Sury. Katty mendapati Nyonya Sury sedang melamun. Wajah cantiknya tak hilang barang sedikitpun, cantik yang sedang berduka. Katty datang dan duduk di pangkuan Nyonya Sury. Katty tau Nyonya Sury begitu kesepian. Kesibukan suaminya dan ketiadaan buah cintanya bersama suami membuat Nyonya Sury sering kali bersedih.

Sekalipun sedang tidak sibuk Tuan Sury lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Dua orang yang tidak lagi menginginkan hal yang sama, di paksa bersama entah karena apa, hingga yang tinggal hanya luka dan sandiwara. Nyonya Sury sadar, Tuan Sury masih mempertahankan pernikahannya hanya karena kecantikannya yang luar biasa, yang dapat di b anggakan kemanapun Tuan Sury pergi untuk urusan bisnis dan Nyonya Sury bertahan dengan ketulusan cintanya.

"Kadang memang harus ada yang kita tinggalkan dalam hidup ini. Entah itu untuk sementara waktu atau selamanya, untuk memberikan pesan untuk yang menyianyiakan kita" Katty berkata lirih dalam hati lewat tatapan matanya saat Nyonya Sury menatapanya bersama aliran air mata.

Katty duduk di atas bukit. Matahari yang baru saja terbit sedang cantik-cantiknya tampil tepat di hadapannya. Katty memejamkan matanya. Semua kenangan itu terlintas seiring satu tarikan nafasnya. Katty membuka matanya. Karin, yang sekarang berstatus janda masih memejamkan mata di sampingnya. Katty beringsut ke pangkuan Karin.Keduanya meninggalkan kemewahan, kenyamanan bersedih dan memilih menjalani dan menikmati sisa hidup sebaik-baiknya, di sebuah kota kecil di Swiss. 

"Meninggalkan bukan berarti tak mencintai, menginginkan juga bukan berarti telah mencintai dengan baik."

No comments:

Post a Comment