Tersentak, seketika tersadar, bahwa hanya baumu yang memenuhi ruang rindu. Meski kita sedang bersama. Pandangan kita tak lagi saling susuri cinta. Sentuhan pun hanya pada udara. Sudahkah saat ini sampai pada titik terendah?
Tubuh yang sedang bersama, di buru nafas yang membawa hati dan pikiran semakin jauh. Terasa begitu lelah karena keterpaksaan. Pemberontakan mengejang di dalam, menyelimuti lelah fisik yang menjadi alasan untuk semakin menjauh.
Selalu memilih jalan yang berjauhan, memisahakan diri diantara keramaian, kemudian hilang. Hadirpun dalam bisu, tuli dan buta hingga cerita ini diserap dinding dan melebur bersama udara, tatapan ini hanya menghantam kekosongan.
Hilang sudah sesuatu bernama "saling", tiada cerita, tawa, yang tersisa tetes air, desau angin pun sungkan mendekap. Terlalu beku dalam kesakitan yang dianggap tiada. Dia yang bernama pura-pura. Kepedulian pun mendekam angkuh.
Ini kah petunjuk untuk belok? Atau sekedar penghalang yang harus dihilangkan?
Bisakah urusan rasa ini di campuri? Atau memang sebaiknya direlakan?
Walau pahit
No comments:
Post a Comment