"Gue pengen deh motret semu ekspresi orang. Gimana yah?"tanya temen ku di suatu sore.
"Ya bisalah, lo beli aja kamera paling canggih yang bisa ngezoom jauh. Kalo lo mau motret langsung bisa-bisa di ajak ribut lu, belum tentu ada yang seneng di poter. Apa lagi kalo lagi sebel, bisa-bisa lu jadi sasaran. Hahahahha" jawab ku asal. Dan temen ku hanya ikut tertawa.
Aku pun sebenarnya mengingnkan hal yang sama. Memotret ekspresi itu dan menjadikannya tulisan. Pasti hasilnya lebih dalam karena dilengkapo dengan ekspresinya.
Ada beberapa ekspresi yang masih ku ingat hingga sekarang.
Malam itu aku menumpang Kereta Rangkaian Listri kelas Ekonomi jurusan Jakarta Kota Bogor. Aku menuju Bogor. Aku berdiri di dalam kereta yang penuh sesak. Mata ku sesekali memutar melihat keadaan yang sumpek, panas dan menyebalkan. Mataku menangkap satu pemandangan yang buat ku sangat berharga saat kerena sudah mulai sepi penumpang yang turun dibeberapa stasiun yang dilewati.
Pedagang tahu itu menurunkan harganya demi menghabiskan dagangannya. Seorang Bapak menghabiskan tahu itu dengan uang dua ribu rupiah. Aku melihat kantong plastik kecil hitam itu penuh. Bapak itu mengikatnya, menggenggamnya, dan menatapnya. Tatapan sedih. Aku terus menatap Bapak itu. Dia menunduk, dalam dan semakin dalam. Aku penasaran apa yang sedang dia pikirkan hingga menampakan wajah begitu sedih. Apakah hari ini tidak bisa pulang membawa uang yang banyak? Apakah tiitpan keluarganya tidak terpenuhi? Atau apa? Atau tadi dilukai hatinya? Ahhh....karena berhenti. Bapak itu turun. Sedangkan aku masih harus menempuh perjalanan, belum sampai di stasiun Bogor. Ekspresi itu masih tersimpan di hatiku hingga sekarang. Apa lagi mata sedih Bapak itu saat melihat bungkusan tahu itu.
Dan hari ini, ada seorang Bapak datang ke ruangan tempat ku PKL (Praktik Kerja Lapang), wajahnya terlihat sangat lelah. Masih dengan wajah lelah, Bapak itu menyerahkan beberapa berkas ke salah satu staff di ruangan ini. Ekpresi lelah yang memiliki beban. Aku menatap Bapak itu sampai dia berlalu keluar ruangan. "Sedih kenapa Pak?" aku ingin seklai bertanya. "Apakah orang disini menyusahkan Bapak?". Ahh, ekspresi sedih, lelah, sakit karena beban hidup memang memilukan. Aku sering terbawa dalam kesedihan itu kala melihatnya di wajah seseorang.
Semoga ekspresi gembira dan seseorang yang lain dapat mencerahkan hati seseorang yang sedang bersedih. Itulah sebabanya senyum itu ibadah, karena dapat menyenangkan hati orang lain. Jadi...tersenyumlah, untuk dirimu dan untuk yang sedang sedih saat ini.
Bingung mau comment yg mn,bagus2 semua...^_^
ReplyDeleteBingung mau comment yg mn,bagus2 semua lan...^_^
ReplyDeleteBagus lan,tulisannyo...:)
ReplyDeleteBagus,lan...:)
ReplyDeletebaru bisa masuk ni Jib,ternyata ada di spam comment nya..makasi yaa ^^ keep writting
ReplyDelete