Tadi malam aku berbincang singkat lewat telphone dengan teman SMA. Percakapan yang cukup gila karena menembus batas waktu. Setiap aku dia menceritakan apa yang sedang dia alami dan dia rencanakan, aku selalu menyambutnya dengan apa yang aku pikirkan, dan tentu saja itu belum terjadi. Pembicaraan itu seolah-olah membuat suatu peristiwa benar-benar terjadi. Hahahahahahaha. Cukup untuk menambah senyum hari kemarin.
Salah satu kalimat penting yang dia ucapkan malam tadi adalah "ada kawan aku yang bilang Lan, 'ada dua hal yang gak bisa di beli, kebebasan dan privasi' ." Seketika aku menyetujuinya, Kebebasan itu meskipun kita rasakan tapi bisa saja tak sepenuhnya bisa kita miliki. Beberapa hal yang terkait dengan hidup kita dapat seketika merenggut kebebasan itu. Dan privasi...yah, semua orang membutuhkannya. Ada kalanya kita gak bisa berbagi dengan orang lain karena itu sangat amat rahasia untuk diri kita.
Tapi....kadang kala kita menggadaikan kedua hal yang paling penting dalam hidup itu hanya demi cinta. Bodohkan? Entahlah, tergantung akibat yang ditimbulkan dari kedua hal tersebut, mungkin. Kadang kita berpikir jika sudah resmi menjalin hubungan, pacaran atau menikah. Handphone, laptop, password jejaring sosial dan email atau bahkan diary sudah bukan lagi hal yang bersifat pribadi. Untuk alasan "aku untuk kamu, kamu untuk aku" hal-hal penting itu dengan mudahnya dibagi pada pasangan. Pada awalnya menyenangkan, bisa melihat aktivitasnya, membaca e-mail-e-mail dari teman-temannya, atau bahkan membaca apa yang di tulis tentang hari ini pada diarynya. Tanpa disadari, privasi itu telah digadaikan, hilang. Masih kah nyaman? Bagi sang pencinta yang terlalu, saya pikir hal tersebut masih sangat menyenangkan. Tapi bagi saya, tentu saja tidak.
Kemudian kebebasan. Sekarang saya sering menertawakan sikap saya sendiri yang sempat menurut saja saat sang pacara saya (dulu) meminta saya untuk tidak pergi ke sini, ke situ (saat SMA). What a studpi tings haaaa?? Tolol bukan? Menuruti permintaannya begitu saja. Lalu apa untungnya buat saya? Jelas saja itu mengurangi kesempatan saya untuk mendapatkan sesuatu yang mungkin berguna buat saya kalau saya pergi. Ah, terlalu ribet untuk mengulang-ulang hal tersebut. Masa lalu. Berbicara saat ini, saya sudah tidak mau lagi melakukan hal-hal bodoh itu, tidak penting seperti itu. Buat apa? Menyenangkan pacar? Saya rasa bisa dengan cara lain. Bahkan menurut saya, jika dalam sebuah hubungan pun kita masih memerlukan kebebasan dan privasi. Kekasih kita bisa memiliki hati dari fisik kita seutuhnya. Tapi tentu tidak hidup kita.
Kepercayaan, komitmen, komunikasi, rasa cinta dan saling memiliki. Ke empat hal ini lebih penting dari pada menggadaikan kebebasan dan privasi. Mengecek e-mail pasangan, aktivitas jejaraing sosial, memutus hubungannya dengan orang lain, bukan kah suatu bentuk ketidak percayaan? Padahal pada awalnya sudah berkomitmen untuk bersama, tentu juga membutuhkan kepercayaan dong...
Dibuat dengan penuh rasa syukur atas semua pengertian dan penerimaan.
Terima kasih untuk inspirasi dan penerimaan. :)