Telinga ini kadang bertanya dan bercerita.
Bisa aku mendengar suaramu? Bukan suara mereka yang menggema dalam pikiranmu kemudian menemui ku yang bosan dengan suara-suara itu. Kata-kata mu tak mampu redakan bosan ku. Bisakah ku dengar suaramu?
Bisakah ku dengar suaramu yang datang dari hatimu?Tak perlu kau sembunyikan luka mu lewat tawa palsumu. Aku tau kau merintih. Bisa kah ku dengar suara seseorang meredakan tangismu?Aku muak mendengar mu tergugu sendiri, hingga kau terlelap tidur. Aku lelah mendengar ini. Bisakah ku dengar suara orang lain meredakan mu?
Bisakah aku berhenti mendengar suara helaan panjang dari hatimu? Merasakan lirikan matamu menyapun bagian bawah pandanganmu, memejam sebentar lalu merasa seakan mendapat tenaga. Padahal masih bisa ku rasakan yang kau simpan. Bisakah aku berhenti mendengar itu?
Bisakah aku berhenti mendengar mu menghembuskan nafas panjang untuk mencegah buncahan air matamu, kala kau merasa belum saat berhenti tapi lingkunganmu sudah memberhentikan itu, dan kau tak mampu berbuat apa-apa. Bisakah aku mendengar itu beriring dengan kebahagiaanmu?
Dan semua kesakitan yang ku dengar itu, selalu kau obati dari suara ketikanmu. Karena saat itu aku merasakan kau benar-benar tersenyum.
No comments:
Post a Comment