Tuesday, August 23, 2011

Harus bagaimana kita?

Tanggal 18 Agustus 2011 lalu, Walhi Jambi mengadakan acara buka puasa bersama dan diskusi yang berhubungan dengan lingkungan. Mengundang beberapa LSM terkait dan kumpulan pecinta alam Jambi. Saya mewakili Siswa Pecinta Alam SMADA WIRNA Jambi turut hadir di acacara tersebut. Undangan yang hadir cukup ramai dan datang dari berbagai kalangan, siswa, mehasiswa ataupun para pekerja. Semua membau menjadi satu.

Setelah acara buka bersama, sholat magrib bersama, acara selanjutnya adalah diskusi tentang lingkungan. Diskusi di awali dengan pemutaran film yang menjabarkan tentang "perjalanan sebuah produk". Dalam film tersebut di gambarkan bahwa sebuah produk yang di hasilkan semua berasal dari alam. Diciptakan dengan kehebatan daya pikir manusia. Setelah sebuah produk jadi, maka tahapan selanjutnya adalah memasarkan ke konsumen. Setelah sampai konsumen, barang di gunakan. Setelah tidak lagi di gunakan, lalu, kemana produk tersebut???

Sekarang ini, pemerintah lebih tunduk kepada perusahaan karena persusahaan memberi penghasilan lebih bagi negara. Bukan lagi berpihak pada rakyat, tapi pada perusahaan. Bukan dari rakyat untuk rakyat lagi. Tapi dari perusahaan untuk perusahaan. Menyedihkan.

Perusahaan mampu menghasilkan produk yang digilai masyarakat dengan teknik pemasaran mereka. Mereka menjaga perjalanan roda ekonomi perusahan dengan menghasilkan berbagai macam produk terus menerus. Darimana produk tersebut berasal? Tentu dari alam, sebagai sumber dan karunia paling berharga milik makhluk bumi ini. 

Sumber daya alam dikeruk sedalam-dalamnya, sebanyak-banyaknya untuk menghasilkan keserakahan manusia. Keserakahan?Ya karena manusia tidak mengambil yang dia butuhkan saja. Sumber daya alam di ambil dengan harga murah, dinilai murah dan tidak melakukan usaha perbaikan atau pemulihan setelahnya.

Harga barang dijual murah agar pasar tetap terjaga, agar konsumen merasa membutuhkan dan membeli produk tersebut. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, jelas itu adalah sebuh permainan.Contoh, produk handphone, model, tampilan, gaya, aplikasi, dan remeh temeh yang ada di produk tersebut berganti terus menerus. Berbagai macam bentuk handphone sekarang tersedia di pasar, hampir setiap minggu selalu ada produksi handphone terbaru, baik dari merek A, B dan C. Konsumen di buat tergiur dengan barang tersebut, lalu setelah ramai konsumen yang membeli maka akan keluar lagi handphone model terbaru yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Lalu marketing mereka membuat seolah-olah handphone model terbaru ini lah yang dapat lebih memenuhi kebutuhan mereka. Produk yang lama? Syukur-syukur kalau masih terus digunakan, nah kalau berakhir ke pembuangan sampah, yah, walaupun akhirnya akan berakhir ke sana juga. Maka kegiatan konsumtif ini akan menghasilkan banyak sampah, karena hampir semua perusahaan yang menghasilkan produk selalu melakukan inovasi terhadap produksinya. 

Entah bagaiaman ceritanya, yang jelas kita suda masuk ke dalam sistem pemasaran tersebut dan menjadi konsumtif. Banyak sekali barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar kita butuhkan, namun kita beli karena menurut iklan barang tersebut kita butuhkan. Ini semua sudah menjadi taktik mereka agar dapat terus melakukan produksi yang menguntungkan perusahaan. 

Lalu kemana akhir dari perjalanan sebuah produk? Jelas TONG SAMPAH!!! Itu untuk produk yang di gunakan. Nah kalau yang tidak laku?Lama kelamaan jadi sampah juga. Mayoritas dari produk yang dihasilkan suatu perusahaan lebih banyak berakhir ke TONG SAMPAH. Daur ulang hanya membantu sebagain, untuk mengurangi jumlah sampah, namun tidak menjadi solusi terbaik, karena tetap menghasilkan banyak SAMPAH.

Itu baru dari produk yang di hasilkan dan telah di gunakan. Belum lagi bicara soal proses produksi dan bahan baku. Banyak sekali barnag elektronik yang di jual murah saat ini. Kalau di preteli satu-satu maka logikanya barang tersebut seharusnya lebih mahal. Setelah di selidiki ternyata masing-masing perangkat penysunnya berasal dari neagra-negara yang berbeda. Di dapat dengan harga murah. Kemudian di satukan, modifikasi, perbaharusi, dan Taraaaaa, jadilah produk yang menggiurkan dnegan harga murah. Sebenarnya kita membayar mahal, tanpa kita sadari, yaitu dengan musibah dan perubahan iklim y ang sekarang marak terjadi. Sadarkah???

Proses produksi tentu menbghasilkan limbah, baik padat, cair maupun gas. Semakin merusak alam. PEncarian bahan baku sudah merusak, proses produksi tambah merusak, ditambah lagi dengan produk yang sangat cepat berakhir menjadi samaph. Benar-benar merusak.

Biacara sola perputaran roda ekonumi, hal semacam ini tentu membantu bagi para perkeja, pengusaha, dan para konsumen yang memang membutuhkan.Entahalan untuk kebutuhan primer atau sekunder hidup atau hanya untuk prestis tersendiri Namun apakah ini yang terbaik ???? Dengan menghasilkan tumpukan limbah dan sampah seperti ini. Kembali kepada pemikiran measing-masing tentunya.

Kalau saja kita hanya mengambil yang kita butuh.....yah, kalau saja. Tapi manusia punya daya imajinasi serta kecerdasan untuk selalu berinovasi, menghasilkan sesuatu yang baru. Keinginan untuk menguasai, mempunyai sesuatu yang lebih, lebih dan lebih lagi. Dan saat ini.....saat kita sadar kita telah berada dalam "roda" ini. Benarkah barang yang kita beli saat ini yang benar-beanr kita butuhkan? Seorang teman pernah bertanya kepada saya saat saya inign membeli sebuah kaca mata  "eh, emangnya lo butuh tu kaca mata?". Saat itu saya sedang memegang kaca mata tersebut dan berniat menuju kasir, mendengar pertanyaan itu, saya tidak menjawab dan hanya, kemudia saya tersenyum apdanya dan meletakan kaca mata itu kembali. Saya memeang tidak membuthkannya, saya hanya suka dengan modelnya. Kalau saja saya beli, kaca mata itu akan tersimpan rapi di lemari saya, entah kapan saya akan memakainya. Syukur-syukur kalau saya masih ingat dimana saya menyimpannya, kalau kaca mata itu hilang? Dan saat saat saya sedang benar-benar membuthkannya, saya harus membeli lagi. Dan kacamata yang sebelumnya saya beli? Sudah jelas akhirnya kemana.....

Sangat susah untuk memgerti sistem ini dari awal. Karena kita (re:saya sebagai penulis) bukan lah bagian dari mereka (re:perusahaan, pemerintah). Konsumen itu masih ada, perusahaan tersu berproduksi, sumber daya alam terus di gali dan limbah juga menjadi semakin banyak.

Jika perusahaan tidak berproduksi maka akan gulung tikar, banyak pengangguran. Dilematis memang. Sampai saat ini saya pun masih mencari jawaban paling tepat. Harus bagaimana kita semua???

Ini semua tentu kembali kepada diri kita sendiri. Apakah sikap kita selama ini berpihak kepada alam, berpihak kepada sesama? Terlalu rumit untuk merunut dari atas apa yang telah terjadi, apa yang telah hilang, yang telah ada dan telah berubah. Kita sudah masuk ke dalamnya, menjadi bagaiannya. Berbuatlah dari hal kecil untuk bumi ini, berbuatlah dari diri sendiri dengan hati ikhlas, dan terus berbuat hingga menjadi besar dan  berarti. Ada banyak hal bisa kita lakukan, seperti:

1. (sudah basi, tapi masih langka) stop buang sampah sekecil apa apun di sebarang tempat
2. hemat energi
3.hemat air
4. jangan sisakan makanan (saya sendiri masih sulit)
5. tanam pohon
6. ambilah yang kau perlu, ambilah yang kau butuhkan
7. berbagilah....berbagi untuk bumi, untuk sesama, untuk dunia.


Tulisan ini saya buat dari suara hati saya, dari pergumulan pikiran saya. Sempat terhenti beberapa saat, karena saya mencoba merunut dari awal sebuah proses yang telah terjadi. Namun sangat sulit untuk bisa memahami dan mengambil solusi karena memang saya belum benar-benar tau apa yang telah terjadi pada merek ayang di "atas" sana. Saya tidak mau menghakimi sikap mereka, karena yah, saya memang belum benar-benar. Tapi yang saya yakini, bahwa, kita bisa memilih unutk bersikap berpihak pada sesama, pada lingkungan dari diri kita, sahabat-sahabat kita, keluarga kita dan lingkungan kita. Ada banyak mereka yang mebuthkan uluran tangan kita, ada banyak tanah, air udara yang rusak dan butuh kebijaksaan sikap kita.


No comments:

Post a Comment