Diam itu membuat batas antara kita, membedakan pengertian meskipun abu-abu. Diam juga memaksimalkan jauh begitu terasa, meskipun tampak jelas meminimalkan konflik. Diam juga meresahkan hati yang ingin berbagi, juga mendamaikan hati yang ingin sendiri dulu, tak tau batas waktunya. Diam ini milik dua sisi. Diam ini juga dapat menyamarkan kebersamaan dan lama kelamaan akan menghilang, pergi dengan pelan namun menyakitkan. Diam dan memberi senyum lebih menyenangkan daripada harus menjelaskan ini dan itu dan semua berahir pada bantahan.
Diam ini, entah akan membawa aku pergi atau membawa ku pada kerinduan. Diam ini tak ada arah. Diam ini diambil hati yang menginginkannya, diam ini mengarungi pikiran yang tak punyai kata-kata lagi. Jika kau paksa ku bicara maka akan tergambar aku sang pencari alasan, betapa terasa sakit kenyataan itu. Nyata bicara ku tak punya arti dan diam ku menggeramkan mu. Diam ku, karena aku sedang tak ingin bicara. Diam ku karena aku ingin memastikan gemuruh di sini dulu. Perjalanan menemuiku pada banyak kerikil dan kemungkinan-kemungkinan lain. Ini bukan kolam yang stagnan, ini sungai yang mengalir.
Diam ini bukan ucapan selamat tinggal. Diam ini juga bukan meng-iya-kan dan menolak seluruh pendapat, diam ini pilihan, diam ini pun sikap. Bukan arah, bukan mengurangi rasa, diam ini mencari jawaban. Apakah benar kamu? Diam itu aku saat ini
No comments:
Post a Comment